Kepunahan
Massal Triassic-Jurassic
Kepunahan
massal keempat yang pernah terjadi di bumi disebut sebagai Kepunahan Massal
Triassic-Jurassic (Kepunahan Tr-Jr). Sebutan lainnya untuk peristiwa
kepunahan massal ini adalah Kepunahan Triassic Akhir. Kepunahan massal
yang satu ini terjadi pada perbatasan periode Triassic dan Jurassic, tepatnya
sekitar 201,3 juta tahun lalu, pada masa Fanezoikum.
Masa
fanezoikum merupakan periode waktu kehidupan di mana hewan-hewan berkembang
menjadi sangat variatif yang dimulai sejak ledakan
Kambrium dan berlangsung hingga hari ini. Ledakan kambrium adalah peristiwa
kemunculan filum-filum hewan utama dan diikuti oleh perkembangan
variasi-variasi organisme lainnya.
Secara
garis besar, peristiwa Kepunahan Tr-Jr menyebabkan kepunahan Conodont
serta kepunahan 23 – 24% genus di laut. Sementara di ekosistem darat, binatang
yang punah antara lain adalah semua Archosaurus, kecuali Crocodylomorpha
(Sphenosuchia dan Crocodyliformes) dan Avemetatarsalia (pterosaurus dan
dinosaurus). Beberapa jenis Therapsid yang hidup di periode Triassic dan
amfibi-amfibi besar punah.
Kepunahan
makhluk hidup dalam peristiwa ini, menurut para ilmuwan, lebih disebabkan oleh penurunan
laju spesiasi (pembentukan spesies baru) dari pada peningkatan laju kepunahan.
Dampak
Kepunahan
Tr-Jr terjadi tepat sebelum superbenua Pangaea pecah dan menyebabkan
dominasi dinosaurus di periode Jurassic.
 |
Late Triassic Landscape Illustration |
Sementara
itu, adapun pengaruh Kepunahan Tr-Jr terhadap kerajaan tumbuh-tumbuhan adalah
terjadinya plantae turnover. Bukti menemukan bahwa 60% ragam kumpulan
serbuk sari (assemblage pollen) dari kelompok monosaccate dan bisaccate
hilang. Monosaccate adalah tumbuhan dengan satu sacci dan bisaccate
adalah tumbuhan dengan dua sacci – sacci adalah kantung atau
struktur menyerupai sayap pada serbuk sari yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan
konifer. Hal tersebut menandakan bahwa ada genus besar tumbuhan yang hilang
pada peristiwa kepunahan satu ini. Kemudian, genus baru yang menggantikannya
ialah Corollina.
 |
Ammonoidea |
Dampak
Kepunahan Tr-Jr pada invertebrata laut sangat parah, salah satu contohnya
adalah dampak terhadap kelompok hewan Ammonoidea yang terdampak secara
substantif. Ordo Ceratitida dari kelas Ammonoidea, yang populisasinya mencolok
di subkelas tersebut, telah punah. Di sisi lain, subordo Ammonitina,
Lytoceratina, dan Phylloceratina berkembang menjadi semakin beragam di awal periode
Jurassic.
Lain
halnya dengan kelompok Bivalvia. Kelompok hewan kerang-kerangan tersebut
mengalami kepunahan yang tinggi di zaman Rhoetian (akhir Triassic, 208,5 juta –
201,3 juta tahun lalu). Kemudian, lain pula dengan zooplankton dan Gastropoda
(kelompok siput). Mereka tidak begitu terpengaruh akibat peristiwa kepunahan
yang satu ini. Kepunahan terhadap kelompok hewan zooplankton itu hanya terjadi
pada subfilum Radiolaria (Radiozoa).
Sementara
itu, kelompok hewan Brachiopoda mulai mengalami penurunan jumlah secara
perlahan. Filum hewan satu ini perlahan punah di akhir periode Triassic, tetapi
jumlahnya kembali banyak dan menjadi beraneka ragam di awal periode Jurassic. Sedangkan
untuk kelas Conulariida, mereka tidak bernasib baik. Kelompok hewan yang
sepertinya termasuk filum Cnidaria tersebut punah di periode Triassic akhir.
Tidak
hanya itu, komunitas terumbu karang juga hancur sebagai akibat dari
Kepunahan Tr-Jr. Hal tersebut menyebabkan hilangnya terumbu karang di Samudra
Tethys pada periode Triassic akhir. Namun, terumbu karang kembali berlimpah
seperti semula pada akhir zaman Sinemurian (199,3 juta – 190,8 juta tahun lalu,
zaman kedua pada periode Jurassic awal).
 |
Conodont |
Terlepas
dari itu, kelompok invertebrata laut yang paling merasakan dampak dari
peristiwa Kepunahan Tr-Jr adalah Conodont. Seluruh hewan dari kelompok
Conodont yang saat itu hidup telah punah dan kini tidak dapat kita lihat lagi,
kecuali fosil mereka.
Berikutnya,
dampak Kepunahan Tr-Jr bagi populasi vertebrata laut, khususnya kelompok ikan
(Pisces) tidak terlalu buruk. Kelompok Pisces tidak mengalami kepunahan
secara massal. Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas) mengalami
penurunan keberagaman setelah sebelumnya telah mengalami ledakan evolusi pada
masa Triassic pertengahan. Penyebabnya adalah penurunan permukaan laut sehingga
habitat mereka semakin sempit. Selain itu, ada juga Carnial Pluvial Event (CPE)
yang menjadi penyebabnya. CPE merupakan peristiwa perubahan iklim yang terjadi
pada zaman Carnian, tepatnya pada periode Triassic (230 juta tahun lalu). CPE
menjadikan iklim lembab dan menyebabkan pemanasan global menuju suhu tropis. Akan
tetapi, beberapa ilmuwan juga masih belum menemukan jawaban yang tepat karena
ada kemungkinan human error.
Di sisi lain, salah satu subkelas dari
kelompok ikan, yakni subkelas Neopterygii tidak terkena dampak yang
besar. Akibatnya, terjadi biological turnover pada kelompok
Pisces akibat Kepunahan Tr-Jr.
Selanjutnya,
kelompok reptilia laut mengalami kehilangan keberagaman, tetapi tidak ada
peningkatan laju kepunahan. Hilangnya keberagaman reptilia laut terjadi pada periode
Triassic pertengahan sampai Triassic akhir. Kepunahan yang paling besar
terjadai pada zaman Ladinian (237 – 242 juta tahun lalu) di akhir periode Triassic
pertengahan. Ada beberapa reptilia laut yang telah punah sebelum peristiwa
Kepunahan Tr-Jr, yakni Placochelydae (famili terakhir ordo Placodontia)
dan Ichtyosaurus raksasa (tepatnya famili Shastasauridae dan
Shonisauridae).
 |
Bottleneck Population affecting Population's Diversity |
Pada
akhir periode Triassic, kelompok Ichtyosaurus mengalami Leher Botol Populasi
(Population Bottleneck). Leher Botol Populasi adalah penurunan tajam
dalam ukuran populasi yang disebabkan peristiwa pada lingkungan seperti
kelaparan, gempa bumi, banjir, kebakaran, penyakit, dan kekeringan atau
aktivitas manusia seperti genosida atau perencanaan populasi oleh mansia.
Peristiwa tersebut bisa mereduksi variasi dalam lungkang gen (gene pool)
suatu populasi, maka populasi yang lebih kecil, dengan keberagaman lebih
sedikit, bertahan untuk meneruskan gen mereka ke generasi berikutnya melalui
reproduksi seksual. Keberagaman genetik tetap rendah, meningkat hanya jika ada aliran
gen (gene flow) dari populasi lain terjadi atau meningkat secara
lambat sepanjang waktu selagi mutasi acak (random mutation) terjadi.
Leher
Botol Populasi meningkatkan hayutan gen (gene drift), yang
berbanding terbalik dengan ukuran populasi – semakin kecil populasi, semakin
besar hanyutan gen. Selain itu, Efek Leher Botol juga meningkatkan perkawinan
sekerabat karena jumlah pasangan yang bisa dipilih semakin berkurang dan hanya
individu yang masih sekerabat (yang memiliki sifat mirip) yang tersisa.
 |
Bottleneck Population Effect Illustration
|
Supaya
dapat gambarannya, kamu bayangkan sebuah botol – botol memiliki diameter tubuh
yang lebih besar dari pada diameter lehernya. Bayangkan botol itu berisi penuh
biji-bijian – biji-bijian itu mewakili varian dalam populasi atau keberagaman
sifat individu dalam suatu populasi. Populasi sendiri adalah sekumpulan
makhluk hidup dalam spesies yang sama, dan di dalam suatu populasi pasti ada
banyak variasi sifat. Misalnya, populasi manusia (Homo sapiens) yang punya
berbagai sifat, seperti kulit sawo matang, kulit putih, rambut keriting, dan
rambut lurus. Kemudian, bayangkan botol itu ditumpahkan, akan ada sebagian biji-bijian
yang tumpah keluar dan sebagian yang tidak. Tidak semua biji-bijian lolos
keluar sebab diameter leher botol lebih kecil daripada diameter badannya;
kecilnya diameter leher botol merupakan persitiwa yang menyebabkan Populasi
Leher Botol tadi (peristiwa pada lingkungan, misalnya). Hanya biji-bijian yang
ukurannya lebih kecil daripada diameter leher botol yang bisa lolos. Artinya, terjadi
seleksi pada gen dalam populasi (dalam kasus kita adalah Ichtyosaurus tadi),
sehingga hanya sebagian varian dalam populasi tersebut yang bertahan hidup,
sedangkan varian lainnya tidak – entah kerana mati atau tidak dapat berkembang
biak. Mereka yang bertahan hidup (survive) tentu berasal dari varian
yang sama dan memiliki kesamaan sifat tertentu sehingga mereka bisa lolos,
misalnya ukuran biji yang kecil tadi. Kesamaan sifat tadi mengindikasikan
individu-individu tersebut masih berkerabat dekat, masih saudara. Kemudian, kelompok
varian yang bertahan hidup dapat berkembang dan menurunkan gen mereka lagi.
Sekarang,
kembali lagi ke dampak Kepunahan Tr-Jr. Adapun dampak dari Kepunahan Tr-Jr
terhadap vertebrata darat salah satunya adalah terjadi turnover pada
Tetrapoda (hewan berkaki empat): amfibi, reptilia, dan synapsida. Kelompok
dinosaurus, Lepidosauria, dan Crocodylimorpha mengisi kekosongan yang
ditinggalkan oleh amfibi dan reptilia yang lebih tua dan sudah punah di awal periode
Jurassic.
 |
Temnospondylii |
Sementara
itu, kelompok amfibi Temnospondyli mengalami penurunan jumlah yang
drastis. Padahal, Temnospondyli merupakan amfibi yang mendominasi pada periode
Triassic. Meskipun begitu, kelompok Lissamphibia pertama (katak dan
salamander) sudah ada di zaman tersebut dan kelomok ini menjadi banyak
jumlahnya setelah Temnospondyli punah. Akan tetapi, kepunahan Temnospondylii menyebabkan guncangan (shock) pada ekosistem air tawar. Walaupun begitu,
terlepas dari itu semua, belum diketahui seberapa punah kelompok tersebut di periode
Triassic akhir.
 |
Phytosaurus |
Sementara
itu, Kepunahan Tr-Jr ini menjadikan dinosaurus dan pterosaurus
sebagai reptil dominan di periode Jurassic, sementara reptil kecil yang
mendominasi adalah Lepidosauromorpha. Kelompok reptil, khususnya Phytosaurus
dan anggota-anggota Pseudosuchia (nenek moyang buaya modern) mendominasi
periode Triassic akhir. Di antara Pseudosuchia, hanya sedikit yang bertahan
hidup pada periode Triassic akhir. Adapun kelompok Pseudosuchia yang punah
adalah Aetosaurus (herbivora) dan Rauisuchia (karnivora). Sementara itu,
Phytosaurus, Drepanosaurus, Trilophosauridae, Tanystropheus, dan Proclophonidae
– reptil-reptil yang paling umum di periode Triassic akhir – punah di awal periode
Jurassic.
Akan
tetapi, terlepas dari semua temuan-temuan para ilmuwan tersebut, mereka sendiri
masih kesulitan untuk meng-pinpoint kepunahan-kepunahan hewan tadi. Penyebabnya
ialah pada akhir periode Triassic (zaman Rhoetian) dan awal periode Jurassic
(zaman Hetrangian), ada sedikit catatan binatang darat besar.
Penyebab
Ada
banyak pejelasan yang mencoba menjelaskan penyebab Kepunahan Tr-Jr, tapi belum
ada yang berhasil secara tepat menjelaskannya. Ada tiga hal yang kemungkinan
menjadi penyebabnya, yakni perubahan iklim bertahap, tubrukan benda asing, dan
letusan gunung berapi.
Dugaan
penyebab pertama adalah perubahan iklim yang terjadi bertahap. Hal ini
didukung dengan temuan bahwa pada Triassic akhir, terjadi perubahan iklim,
fluktuasi permukaan air laut, serta pulse pengasaman laut (oceanic
acidification) yang mencapai titik kritis (tipping point). Namun,
belum jelas efeknya terhadap hewan dan tumbuhan yang hidup pada periode
Triassic.
Menurut
penelitian oleh Edwin H. Colbert (1958), Kepunahan Tr-Jr adalah hasil dari
proses geologis yang mengurangi keanekaragaman bioma darat. Bioma
secara iklim dan geografis merupakan wilayah yang punya sifat geografis dan
iklim yang sama, termasuk juga kesamaan komunitas tumbuhan, hewan, organisme
tanah, bakteri, dan virusnya. Contoh bioma adalah bioma tundra, bioma padang
rumput, dan bioma hutan hujan tropis. Berkurangnya keanekaragaman bioma
tersebut mengindikasikan adanya perubahan iklim.
Di periode
Triassic, iklim cenderung bervariasi, tetapi berbeda di periode
Jurassic, di mana iklim cenderung seragam di dunia. Perubahan ini
terjadi karena adanya ekskursi, perubahan isotop 12C/13C
oleh laut dalam.
Penelitian
selanjutnya menunjukkan adanya aridifikasi pada periode Triassic akhir.
Aridifikasi sendiri adalah proses jangka panjang sampai iklim di suatu wilayah
menjadi sangat kering. Bukti geologisnya adalah adanya peningkatan deposit
karbonat dan evaporat, yang umum ditemukan di tempat beriklim kering, dan
penurunan deposit batu bara, yang umum ditemukan di tempat beriklim lembab.
Deposit karbonat adalah deposit batuan kapur, sedangkan deposit evaporat adalah
deposit mineral yang larut dalam air sebagai hasil proses konsentrasi dan
kristalisasi oleh evaporasi larutan (aquos).
Selain
itu, berdasarkan formasi geologis Eropa, permukaan air laut di akhir periode
Triassic turun, lalu kembali naik di periode Jurassic awal. Namun, korelasi
hal tersebut dengan Kepunahan Tr-Jr ini belum memiliki cukup bukti. Walaupun
terdapat kepunahan organisme laut yang disebebkan penurunan permukaan air laut,
hal itu belum tentu terjadi secara global.
 |
Manicouagan Reservoir |
Dugaan
penyebab kedua dari Kepunahan Tr-Jr ialah tubrukan benda asing. Beberapa
ilmuwan menganggap bahwa penyebab kepunahan massal kali ini adalah tubrukan
komet atau asteroid. Akan tetapi, belum ditemukan adanya bekas kawah
tubrukan yang cocok penanggalannya dengan Kepunahan Tr-Jr.
Pada periode
Triassic, benar terjadi beberapa tubrukan benda asing di Bumi, dan bahkan salah
satunya tergolong tubrukan benda asing terbesar nomor dua di era mesozoikum,
yakni tubrukan benda langit di Danau Manicouagan di Quebec. Danau
Manicouagan (Manicouagan Reservoir) adalah salah satu dari kawah bekas tubrukan benda asing (crater)
yang terbesar dan tampak dari permukaan bumi jika kita melihatnya dari luar
angkasa. Tubrukan tersebut terjadi sekitar 214 juta tahun lalu, sekitar 13 juta
tahun sebelum Kepunahan Tr-Jr. Maka dari itu, temuan tersebut kurang kuat untuk
menjadikan tubrukan benda langit di Danau Manicouagan sebagai penyebab
Kepunahan Tr-Jr.
Akan
tetapi, tentu saja tubrukan Manicouagan meninggalkan dampak bagi kehidupan bumi
di masa itu. Salah satu dampaknya ialah selimut ejekta shocked quartz
yang ditemukan di batuan di Inggris dan Jepang. Ejekta merupakan
partikel yang dikeluarkan (ejected) dari suatu area. Dalam istilah
volcanologi, ejekta secara partikular mengacu pada batuan piroklastik yang
keluar dari letusan gunung atau kawah dan bergerak di udara atau dalam air
sampai nanti mengendap di permukaan tanah atau dasar laut. Kemudian, shocked
quartz sendiri adalah batuan kuarsa (quartz) yang
memiliki susunan mikroskopik yang berbeda dengan batuan kuarsa normal (bedanya
seperti apa bisa kalian cari tahu sendiri ya hehehe).
Walaupun
begitu, Tubrukan Manicouagan mungkin menyebabkan kepunahan massal dalam skala
yang lebih kecil pada zaman Carnian-Norian. Kepunahan tersebut adalah kepunahan
organisme laut yang berdampak pada Radiolaria, sponge, Conodont, dan
Ammenoidea.
Selain
Tubrukan Manicouagan, ada beberapa tubrukan benda asing lainnya yang terjadi,
yaitu tubrukan pada Kawah Rachechouaret di Perancis, tubrukan pada Kawah
Puchezh-Katunti di Rusia bagian Timur, tubrukan pada Kawah Saint Martin di
Manitoba, tubrukan pada Kawah Obolori di Ukraina, dan tubrukan yang membentuk
struktur anak sungai Red Wing di Dakota bagian Utara.
Selanjutnya,
dugaan penyebab ketiga yang menyebabkan Kepunahan Tr-Jr adalah aktivitas
vulkanik. Aktivitas vulkanik, secara spesifik yaitu peristiwa banjir basal
dari Central Atlantic Magmatic Province (CAMP) diduga sebagai
penyababnya. Banjir basal CAMP melepas sulfur oksida, karbon dioksida, dan
aerosol yang menyebabkan entah pemanasan global atau pendinginan global yang
intens.
 |
Area covered by CAMP |
CAMP
sendiri adalah large igneous province (LIP) kontinental terbesar
di Bumi. LIP adalah akumulasi yang sangat besar dari batuan beku (magma beku),
termasuk intrusif dan ekstrusif yang muncul ketika magma bergerak menembus
kerak bumi menuju permukaan bumi. Intrusif adalah batuan yang didorong,
saat dalam keadaan plastis, ke dalam lubang atau celah pada retakan atau
lapisan batuan. Sementara itu, ekstrusif adalah batuan yang didorong,
saat dalam keadaan plastis, ke permukaan Bumi untuk berada di atas batuan.
Kembali ke CAMP, ia sendiri utamanya terdiri dari basal yang terbentuk sebelum
superbenua Pangaea terpecah pada era Mesozoikum, pada peralihan Tr-Jr.
Berdasarkan
catatan pengeluaran gas (degassing) CAMP, tercatat ada beberapa pulse
karbon dioksida atau CO2 setelah pulse besar dari
aktivitas magma. Pulse CO2 tersebut terjadi paling sedikit
dua kali sehingga menggandakan jumlah CO2 di atmosfer. Artinya, terjadi
peningkatan emisi gas rumah kaca yang dapat mengubah iklim di bumi.
Akan
tetapi, terlepas dari semua temuan-temuan tersebut, belum ada bukti yang kuat
untuk mengetahui penyebab Kepunahan Tr-Jr ini. Para ilmuwan masih melakukan
pencarian dan merumuskan penjelasan yang paling tepat dan masuk akal.
Sebelumnya
Selanjutnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar