A Curse For True Love: Dua Penjahat, Satu Gadis, dan Satu Kutukan untuk Cinta Sejati—Akhir Bagi Kisah Paling Menakjubkan di Utara Agung

Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult   Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1]   (2017) yang lalu menjadi buku best-...

5 Kepunahan Massal part 4: Kepunahan Triassic-Jurassic

Kepunahan Massal Triassic-Jurassic

 

Kepunahan massal keempat yang pernah terjadi di bumi disebut sebagai Kepunahan Massal Triassic-Jurassic (Kepunahan Tr-Jr). Sebutan lainnya untuk peristiwa kepunahan massal ini adalah Kepunahan Triassic Akhir. Kepunahan massal yang satu ini terjadi pada perbatasan periode Triassic dan Jurassic, tepatnya sekitar 201,3 juta tahun lalu, pada masa Fanezoikum.

Masa fanezoikum merupakan periode waktu kehidupan di mana hewan-hewan berkembang menjadi sangat variatif yang dimulai sejak ledakan Kambrium dan berlangsung hingga hari ini. Ledakan kambrium adalah peristiwa kemunculan filum-filum hewan utama dan diikuti oleh perkembangan variasi-variasi organisme lainnya.

Secara garis besar, peristiwa Kepunahan Tr-Jr menyebabkan kepunahan Conodont serta kepunahan 23 – 24% genus di laut. Sementara di ekosistem darat, binatang yang punah antara lain adalah semua Archosaurus, kecuali Crocodylomorpha (Sphenosuchia dan Crocodyliformes) dan Avemetatarsalia (pterosaurus dan dinosaurus). Beberapa jenis Therapsid yang hidup di periode Triassic dan amfibi-amfibi besar punah.

Kepunahan makhluk hidup dalam peristiwa ini, menurut para ilmuwan, lebih disebabkan oleh penurunan laju spesiasi (pembentukan spesies baru) dari pada peningkatan laju kepunahan.

Dampak

Kepunahan Tr-Jr terjadi tepat sebelum superbenua Pangaea pecah dan menyebabkan dominasi dinosaurus di periode Jurassic.

Late Triassic Landscape Illustration

Sementara itu, adapun pengaruh Kepunahan Tr-Jr terhadap kerajaan tumbuh-tumbuhan adalah terjadinya plantae turnover.  Bukti menemukan bahwa 60% ragam kumpulan serbuk sari (assemblage pollen) dari kelompok monosaccate dan bisaccate hilang. Monosaccate adalah tumbuhan dengan satu sacci dan bisaccate adalah tumbuhan dengan dua sacci sacci adalah kantung atau struktur menyerupai sayap pada serbuk sari yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan konifer. Hal tersebut menandakan bahwa ada genus besar tumbuhan yang hilang pada peristiwa kepunahan satu ini. Kemudian, genus baru yang menggantikannya ialah Corollina.  

Ammonoidea

Dampak Kepunahan Tr-Jr pada invertebrata laut sangat parah, salah satu contohnya adalah dampak terhadap kelompok hewan Ammonoidea yang terdampak secara substantif. Ordo Ceratitida dari kelas Ammonoidea, yang populisasinya mencolok di subkelas tersebut, telah punah. Di sisi lain, subordo Ammonitina, Lytoceratina, dan Phylloceratina berkembang menjadi semakin beragam di awal periode Jurassic.

Lain halnya dengan kelompok Bivalvia. Kelompok hewan kerang-kerangan tersebut mengalami kepunahan yang tinggi di zaman Rhoetian (akhir Triassic, 208,5 juta – 201,3 juta tahun lalu). Kemudian, lain pula dengan zooplankton dan Gastropoda (kelompok siput). Mereka tidak begitu terpengaruh akibat peristiwa kepunahan yang satu ini. Kepunahan terhadap kelompok hewan zooplankton itu hanya terjadi pada subfilum Radiolaria (Radiozoa).

Sementara itu, kelompok hewan Brachiopoda mulai mengalami penurunan jumlah secara perlahan. Filum hewan satu ini perlahan punah di akhir periode Triassic, tetapi jumlahnya kembali banyak dan menjadi beraneka ragam di awal periode Jurassic. Sedangkan untuk kelas Conulariida, mereka tidak bernasib baik. Kelompok hewan yang sepertinya termasuk filum Cnidaria tersebut punah di periode Triassic akhir.

Tidak hanya itu, komunitas terumbu karang juga hancur sebagai akibat dari Kepunahan Tr-Jr. Hal tersebut menyebabkan hilangnya terumbu karang di Samudra Tethys pada periode Triassic akhir. Namun, terumbu karang kembali berlimpah seperti semula pada akhir zaman Sinemurian (199,3 juta – 190,8 juta tahun lalu, zaman kedua pada periode Jurassic awal).

Conodont

Terlepas dari itu, kelompok invertebrata laut yang paling merasakan dampak dari peristiwa Kepunahan Tr-Jr adalah Conodont. Seluruh hewan dari kelompok Conodont yang saat itu hidup telah punah dan kini tidak dapat kita lihat lagi, kecuali fosil mereka.

Berikutnya, dampak Kepunahan Tr-Jr bagi populasi vertebrata laut, khususnya kelompok ikan (Pisces) tidak terlalu buruk. Kelompok Pisces tidak mengalami kepunahan secara massal. Kelas Actinopterygii (ikan bersirip kipas) mengalami penurunan keberagaman setelah sebelumnya telah mengalami ledakan evolusi pada masa Triassic pertengahan. Penyebabnya adalah penurunan permukaan laut sehingga habitat mereka semakin sempit. Selain itu, ada juga Carnial Pluvial Event (CPE) yang menjadi penyebabnya. CPE merupakan peristiwa perubahan iklim yang terjadi pada zaman Carnian, tepatnya pada periode Triassic (230 juta tahun lalu). CPE menjadikan iklim lembab dan menyebabkan pemanasan global menuju suhu tropis. Akan tetapi, beberapa ilmuwan juga masih belum menemukan jawaban yang tepat karena ada kemungkinan human error.

 Di sisi lain, salah satu subkelas dari kelompok ikan, yakni subkelas Neopterygii tidak terkena dampak yang besar. Akibatnya, terjadi biological turnover pada kelompok Pisces akibat Kepunahan Tr-Jr.    

Selanjutnya, kelompok reptilia laut mengalami kehilangan keberagaman, tetapi tidak ada peningkatan laju kepunahan. Hilangnya keberagaman reptilia laut terjadi pada periode Triassic pertengahan sampai Triassic akhir. Kepunahan yang paling besar terjadai pada zaman Ladinian (237 – 242 juta tahun lalu) di akhir periode Triassic pertengahan. Ada beberapa reptilia laut yang telah punah sebelum peristiwa Kepunahan Tr-Jr, yakni Placochelydae (famili terakhir ordo Placodontia) dan Ichtyosaurus raksasa (tepatnya famili Shastasauridae dan Shonisauridae).

Bottleneck Population affecting Population's Diversity

Pada akhir periode Triassic, kelompok Ichtyosaurus mengalami Leher Botol Populasi (Population Bottleneck). Leher Botol Populasi adalah penurunan tajam dalam ukuran populasi yang disebabkan peristiwa pada lingkungan seperti kelaparan, gempa bumi, banjir, kebakaran, penyakit, dan kekeringan atau aktivitas manusia seperti genosida atau perencanaan populasi oleh mansia. Peristiwa tersebut bisa mereduksi variasi dalam lungkang gen (gene pool) suatu populasi, maka populasi yang lebih kecil, dengan keberagaman lebih sedikit, bertahan untuk meneruskan gen mereka ke generasi berikutnya melalui reproduksi seksual. Keberagaman genetik tetap rendah, meningkat hanya jika ada aliran gen (gene flow) dari populasi lain terjadi atau meningkat secara lambat sepanjang waktu selagi mutasi acak (random mutation) terjadi.  

Leher Botol Populasi meningkatkan hayutan gen (gene drift), yang berbanding terbalik dengan ukuran populasi – semakin kecil populasi, semakin besar hanyutan gen. Selain itu, Efek Leher Botol juga meningkatkan perkawinan sekerabat karena jumlah pasangan yang bisa dipilih semakin berkurang dan hanya individu yang masih sekerabat (yang memiliki sifat mirip) yang tersisa.

Bottleneck Population Effect Illustration

Supaya dapat gambarannya, kamu bayangkan sebuah botol – botol memiliki diameter tubuh yang lebih besar dari pada diameter lehernya. Bayangkan botol itu berisi penuh biji-bijian – biji-bijian itu mewakili varian dalam populasi atau keberagaman sifat individu dalam suatu populasi. Populasi sendiri adalah sekumpulan makhluk hidup dalam spesies yang sama, dan di dalam suatu populasi pasti ada banyak variasi sifat. Misalnya, populasi manusia (Homo sapiens) yang punya berbagai sifat, seperti kulit sawo matang, kulit putih, rambut keriting, dan rambut lurus. Kemudian, bayangkan botol itu ditumpahkan, akan ada sebagian biji-bijian yang tumpah keluar dan sebagian yang tidak. Tidak semua biji-bijian lolos keluar sebab diameter leher botol lebih kecil daripada diameter badannya; kecilnya diameter leher botol merupakan persitiwa yang menyebabkan Populasi Leher Botol tadi (peristiwa pada lingkungan, misalnya). Hanya biji-bijian yang ukurannya lebih kecil daripada diameter leher botol yang bisa lolos. Artinya, terjadi seleksi pada gen dalam populasi (dalam kasus kita adalah Ichtyosaurus tadi), sehingga hanya sebagian varian dalam populasi tersebut yang bertahan hidup, sedangkan varian lainnya tidak – entah kerana mati atau tidak dapat berkembang biak. Mereka yang bertahan hidup (survive) tentu berasal dari varian yang sama dan memiliki kesamaan sifat tertentu sehingga mereka bisa lolos, misalnya ukuran biji yang kecil tadi. Kesamaan sifat tadi mengindikasikan individu-individu tersebut masih berkerabat dekat, masih saudara. Kemudian, kelompok varian yang bertahan hidup dapat berkembang dan menurunkan gen mereka lagi.

Sekarang, kembali lagi ke dampak Kepunahan Tr-Jr. Adapun dampak dari Kepunahan Tr-Jr terhadap vertebrata darat salah satunya adalah terjadi turnover pada Tetrapoda (hewan berkaki empat): amfibi, reptilia, dan synapsida. Kelompok dinosaurus, Lepidosauria, dan Crocodylimorpha mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh amfibi dan reptilia yang lebih tua dan sudah punah di awal periode Jurassic.

Temnospondylii

Sementara itu, kelompok amfibi Temnospondyli mengalami penurunan jumlah yang drastis. Padahal, Temnospondyli merupakan amfibi yang mendominasi pada periode Triassic. Meskipun begitu, kelompok Lissamphibia pertama (katak dan salamander) sudah ada di zaman tersebut dan kelomok ini menjadi banyak jumlahnya setelah Temnospondyli punah. Akan tetapi, kepunahan Temnospondylii menyebabkan guncangan (shock) pada ekosistem air tawar. Walaupun begitu, terlepas dari itu semua, belum diketahui seberapa punah kelompok tersebut di periode Triassic akhir.

Phytosaurus

Sementara itu, Kepunahan Tr-Jr ini menjadikan dinosaurus dan pterosaurus sebagai reptil dominan di periode Jurassic, sementara reptil kecil yang mendominasi adalah Lepidosauromorpha. Kelompok reptil, khususnya Phytosaurus dan anggota-anggota Pseudosuchia (nenek moyang buaya modern) mendominasi periode Triassic akhir. Di antara Pseudosuchia, hanya sedikit yang bertahan hidup pada periode Triassic akhir. Adapun kelompok Pseudosuchia yang punah adalah Aetosaurus (herbivora) dan Rauisuchia (karnivora). Sementara itu, Phytosaurus, Drepanosaurus, Trilophosauridae, Tanystropheus, dan Proclophonidae – reptil-reptil yang paling umum di periode Triassic akhir – punah di awal periode Jurassic.

Akan tetapi, terlepas dari semua temuan-temuan para ilmuwan tersebut, mereka sendiri masih kesulitan untuk meng-pinpoint kepunahan-kepunahan hewan tadi. Penyebabnya ialah pada akhir periode Triassic (zaman Rhoetian) dan awal periode Jurassic (zaman Hetrangian), ada sedikit catatan binatang darat besar.

Penyebab

Ada banyak pejelasan yang mencoba menjelaskan penyebab Kepunahan Tr-Jr, tapi belum ada yang berhasil secara tepat menjelaskannya. Ada tiga hal yang kemungkinan menjadi penyebabnya, yakni perubahan iklim bertahap, tubrukan benda asing, dan letusan gunung berapi.

Dugaan penyebab pertama adalah perubahan iklim yang terjadi bertahap. Hal ini didukung dengan temuan bahwa pada Triassic akhir, terjadi perubahan iklim, fluktuasi permukaan air laut, serta pulse pengasaman laut (oceanic acidification) yang mencapai titik kritis (tipping point). Namun, belum jelas efeknya terhadap hewan dan tumbuhan yang hidup pada periode Triassic.

Menurut penelitian oleh Edwin H. Colbert (1958), Kepunahan Tr-Jr adalah hasil dari proses geologis yang mengurangi keanekaragaman bioma darat. Bioma secara iklim dan geografis merupakan wilayah yang punya sifat geografis dan iklim yang sama, termasuk juga kesamaan komunitas tumbuhan, hewan, organisme tanah, bakteri, dan virusnya. Contoh bioma adalah bioma tundra, bioma padang rumput, dan bioma hutan hujan tropis. Berkurangnya keanekaragaman bioma tersebut mengindikasikan adanya perubahan iklim.

Di periode Triassic, iklim cenderung bervariasi, tetapi berbeda di periode Jurassic, di mana iklim cenderung seragam di dunia. Perubahan ini terjadi karena adanya ekskursi, perubahan isotop 12C/13C oleh laut dalam.

Penelitian selanjutnya menunjukkan adanya aridifikasi pada periode Triassic akhir. Aridifikasi sendiri adalah proses jangka panjang sampai iklim di suatu wilayah menjadi sangat kering. Bukti geologisnya adalah adanya peningkatan deposit karbonat dan evaporat, yang umum ditemukan di tempat beriklim kering, dan penurunan deposit batu bara, yang umum ditemukan di tempat beriklim lembab. Deposit karbonat adalah deposit batuan kapur, sedangkan deposit evaporat adalah deposit mineral yang larut dalam air sebagai hasil proses konsentrasi dan kristalisasi oleh evaporasi larutan (aquos).

Selain itu, berdasarkan formasi geologis Eropa, permukaan air laut di akhir periode Triassic turun, lalu kembali naik di periode Jurassic awal. Namun, korelasi hal tersebut dengan Kepunahan Tr-Jr ini belum memiliki cukup bukti. Walaupun terdapat kepunahan organisme laut yang disebebkan penurunan permukaan air laut, hal itu belum tentu terjadi secara global.

Manicouagan Reservoir

Dugaan penyebab kedua dari Kepunahan Tr-Jr ialah tubrukan benda asing. Beberapa ilmuwan menganggap bahwa penyebab kepunahan massal kali ini adalah tubrukan komet atau asteroid. Akan tetapi, belum ditemukan adanya bekas kawah tubrukan yang cocok penanggalannya dengan Kepunahan Tr-Jr.

Pada periode Triassic, benar terjadi beberapa tubrukan benda asing di Bumi, dan bahkan salah satunya tergolong tubrukan benda asing terbesar nomor dua di era mesozoikum, yakni tubrukan benda langit di Danau Manicouagan di Quebec. Danau Manicouagan (Manicouagan Reservoir) adalah salah satu dari kawah bekas tubrukan benda asing (crater) yang terbesar dan tampak dari permukaan bumi jika kita melihatnya dari luar angkasa. Tubrukan tersebut terjadi sekitar 214 juta tahun lalu, sekitar 13 juta tahun sebelum Kepunahan Tr-Jr. Maka dari itu, temuan tersebut kurang kuat untuk menjadikan tubrukan benda langit di Danau Manicouagan sebagai penyebab Kepunahan Tr-Jr.

Akan tetapi, tentu saja tubrukan Manicouagan meninggalkan dampak bagi kehidupan bumi di masa itu. Salah satu dampaknya ialah selimut ejekta shocked quartz yang ditemukan di batuan di Inggris dan Jepang. Ejekta merupakan partikel yang dikeluarkan (ejected) dari suatu area. Dalam istilah volcanologi, ejekta secara partikular mengacu pada batuan piroklastik yang keluar dari letusan gunung atau kawah dan bergerak di udara atau dalam air sampai nanti mengendap di permukaan tanah atau dasar laut. Kemudian, shocked quartz sendiri adalah batuan kuarsa (quartz) yang memiliki susunan mikroskopik yang berbeda dengan batuan kuarsa normal (bedanya seperti apa bisa kalian cari tahu sendiri ya hehehe).

Walaupun begitu, Tubrukan Manicouagan mungkin menyebabkan kepunahan massal dalam skala yang lebih kecil pada zaman Carnian-Norian. Kepunahan tersebut adalah kepunahan organisme laut yang berdampak pada Radiolaria, sponge, Conodont, dan Ammenoidea.

Selain Tubrukan Manicouagan, ada beberapa tubrukan benda asing lainnya yang terjadi, yaitu tubrukan pada Kawah Rachechouaret di Perancis, tubrukan pada Kawah Puchezh-Katunti di Rusia bagian Timur, tubrukan pada Kawah Saint Martin di Manitoba, tubrukan pada Kawah Obolori di Ukraina, dan tubrukan yang membentuk struktur anak sungai Red Wing di Dakota bagian Utara.

Selanjutnya, dugaan penyebab ketiga yang menyebabkan Kepunahan Tr-Jr adalah aktivitas vulkanik. Aktivitas vulkanik, secara spesifik yaitu peristiwa banjir basal dari Central Atlantic Magmatic Province (CAMP) diduga sebagai penyababnya. Banjir basal CAMP melepas sulfur oksida, karbon dioksida, dan aerosol yang menyebabkan entah pemanasan global atau pendinginan global yang intens.

Area covered by CAMP

CAMP sendiri adalah large igneous province (LIP) kontinental terbesar di Bumi. LIP adalah akumulasi yang sangat besar dari batuan beku (magma beku), termasuk intrusif dan ekstrusif yang muncul ketika magma bergerak menembus kerak bumi menuju permukaan bumi. Intrusif adalah batuan yang didorong, saat dalam keadaan plastis, ke dalam lubang atau celah pada retakan atau lapisan batuan. Sementara itu, ekstrusif adalah batuan yang didorong, saat dalam keadaan plastis, ke permukaan Bumi untuk berada di atas batuan. Kembali ke CAMP, ia sendiri utamanya terdiri dari basal yang terbentuk sebelum superbenua Pangaea terpecah pada era Mesozoikum, pada peralihan Tr-Jr.

Berdasarkan catatan pengeluaran gas (degassing) CAMP, tercatat ada beberapa pulse karbon dioksida atau CO2 setelah pulse besar dari aktivitas magma. Pulse CO2 tersebut terjadi paling sedikit dua kali sehingga menggandakan jumlah CO2 di atmosfer. Artinya, terjadi peningkatan emisi gas rumah kaca yang dapat mengubah iklim di bumi.

Akan tetapi, terlepas dari semua temuan-temuan tersebut, belum ada bukti yang kuat untuk mengetahui penyebab Kepunahan Tr-Jr ini. Para ilmuwan masih melakukan pencarian dan merumuskan penjelasan yang paling tepat dan masuk akal.

Sebelumnya

Selanjutnya

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 


Komentar