The Dating Game: Novel Romcom yang Dewasa dan Cheesy Bergaya Jaksel

Identitas Buku Judul : The Dating Game Penulis : Nina Ardianti Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2022 Cetakan : II Tebal : 360 halaman Harga : Rp99.000 ISBN : 9786020665184 Genre : Komedi romantis, metropop   Tentang Penulis Nina Ardianti suka membaca dan menulis novel romantis sejak masih remaja. Dia melakukannya sebagai bentuk pelarian karena realita tak seindah di novel-novel. Nina Ardianti adalah lulusan jurusan arsitektur Universitas Indonesia. Setelah lulus, dia bekerja sebagai banker, lalu melanjutkan studi dengan program Master of Business Administration di The Ross School of Business, University of Michigan. Beberapa buku yang pernah dia tulis adalah Lelaki Buaya Darat (20

Darah Keturunan Pontus, Para Penguasa Laut Sebelum Era Poseidon

Children of Pontus

Pontus, Primordial God of the Deep Sea
Pontus, Dewa Laut Purbakala

Dewa Laut Pontus adalah salah satu dari para Protogenos, atau dewa-dewi purba. Pontus merupakan personifikasi paling purba dari laut dalam. Dia terlahir dari Chaos (Ketiadaan) dan Gaea (Bumi) pada permulaan penciptaan.

Seperti dewa-dewi lainnya, Pontus juga pernah berhubungan dengan Gaea. Dia dan Gaea memiliki beberapa anak yang merupakan dewa-dewi penguasa laut paling pertama. Nama-nama mereka adalah Nereus, Thaumas, Phorcys, Keto, dan Eurybia. Anak-anak mereka berdua akan menjadi orang tua dari beberapa dewa-dewi yang memiliki peran penting bagi peradaban Yunani Kuno.

Namun, yang menjadi istri sang Dewa Laut adalah Thalassa. Thalassa ada Protogenos Laut (Protogenos of the Sea), seperti halnya Pontus. Bedanya adalah Pontus merepresentasikan laut dalam yang gelap, sementara Thalassa merepresentasikan laut bagian atas yang masih terkena cahaya. Thalassa sendiri adalah putri dari Dewa Udara Atas Aether (God of Upper Air) dan Dewi Siang Hemera (Goddess of Day).

Hubungan pernikahan Pontus dan Thalassa melahirkan hewan-hewan laut yang menghuni kedalaman laut biru. Semua ikan dan makhluk laut lainnya adalah keturunan kedua dewa-dewi tersebut. Mereka juga adalah orang tua dari monster telekhine, para monster laut yang menghuni Pulau Keos dan Pulau Rhodes.

Cerita tentang anak-anak Pontus tidak banyak dikenal. Namun, keberadaan mereka penting sebab mereka adalah orang tua dari dewa-dewi generasi berikutnya, dewa-dewi yang membantu Bangsa Olympus memenangkan perang dan menjaga keseimbangan dunia. Untuk itu, ini adalah sedikit cerita tentang mereka.

***

Nereus

The Old Man of the Sea

God of Sea’s Rich Bounty of Fish

Father of the Fifty Nereids 

Nereus, si Pria Tua dari Lautan

Nereus adalah anak tertua dari pasangan Pontus dan Gaea. Dia adalah personifikasi dari keberlimpahan jenis ikan di lautan. Oleh sebab itu Nereus dikenal sebagai Dewa Keberlimpahan Ikan. Dia mewakili aspek keberagaman hayati yang ada di dalam laut. Nama Nereus sendiri berarti “Yang Basah” (The Wet One).

Nereus selalu digambarkan sebagai pria tua dengan janggut kelabu. Berbeda dengan kebanyakan dewa laut yang digambarkan tidak berpakaian, Nereus mengenakan kain tunik khas Yunani yang berwarna biru-kelabu. Tubuh bagian bawahnya bukan kaki, tetapi ekor ikan yang panjang meliuk dengan sisik kebiruan. Karena penampilannya yang sangat kebapak-bapakan, Nereus dikenal dengan julukan Pria Tua dari Laut.

Nereus dikenal sebagai dewa yang bijaksana. Dia jujur, tidak berdusta, dapat dipercaya, lembut, serta tidak pernah melupakan kebenaran. Dia juga memiliki pikiran yang jernih dan cemerlang. Putra sulung Pontus ini memiliki kemampuan berubah bentuk, selayaknya dewa-dewi laut lainnya. Namun tidak hanya itu, Pontus memiliki kemampuan meramal – dia merupakan entitas penting di laut karena adalah sumber kekuatan oracle di dalam laut (sebagaimana Titan Phoebe dan Dewa Apollo yang adalah sumber kekautan oracle di daratan).

Nereus menikahi seorang Oceanid (putri Titan Oceanus dan Tethys), yakni Doris. Nereus dan Doris tinggal di kedalaman Laut Aegean bersama anak-anak mereka. Akan tetapi, sering kali juga Nereus ada di pantai atau pelabuhan, duduk dan berjemur bersama para anjing laut. Saat di pantai itu, Nereus selalu menyamar sebagai pria tua, julukannya sebagai Pria Tua dari Laut pun semakin cocok dengannya.

Nereus dan Doris memiliki banyak anak. Lima puluh di antara anak-anaknya adalah para Nereid, nymph laut. Sementara itu, anak mereka yang satunya bernama Nerites, dia adalah dewa laut yang tampan dan masih sangat muda. Kita akan mengenal sedikit tentang anak-anak Nereus kemudian.

Kisah yang cukup terkenal tentang Nereus adalah saat dia bertemu Hercules. Pada saat itu, Hercules sedang menjalankan misinya untuk mencuri apel emas di Kebun Hespirades. Namun, dia tidak tahu di mana lokasinya.

Dalam perjalanannya yang sangat membuat putus asa, Hercules bertemu dengan Nereus yang saat itu sedang duduk di pinggir pantai bersama para anjing laut. Hercules langsung menghampiri sang dewa karena dia tahu Nereus memiliki kemampuan meramal – Nereus bisa membantunya menemukan lokasi Kebun Hespirades.

Nereus adalah sosok yang pintar, tetapi bukan berhati penolong. Alih-alih menolong Hercules, Nereus kabur. Hercules langsung mengejarnya dan bergulat dengan sang dewa. Setelah menyerah, Nereus akhirnya memberi tahu Hercules di mana letak Kebun Hespirades dan bagaimana caranya agar bisa selamat dari misi itu.

***

Nereid

Nymphs of Sea

Daughters of Nereus

 

Nereid, Nymph Laut

Nereid adalah salah satu jenis nymph – mereka adalah roh alam berwujud perempuan yang merupakan personifikasi dari aspek-aspek tertentu dari alam. Mereka juga bisa dikatakan sebagai dewi minor, dewi dengan kekuasaan sangat, sangat kecil. Para Nereid sendiri adalah nymph lautan, atau bisa dibilang sebagai peri laut.

Para nereid mulanya berjumlah lima puluh dan semuanya adalah anak-anak Dewa Nereus dan Dewi Doris. Kemudian, para nereid tersebut melahirkan nereid-nereid berikutnya.

Mereka dahulu tinggal bersama ayah dan ibu mereka di kedalaman Laut Aegean. Kemudian, ketika Poseidon mengambil kuasa atas lautan, para nereid jadi sering terlihat menemani sang Dewa Laut tersebut. Bahkan, para nereid sering muncul ke permukaan dan membantu para nelayan dan pelaut.

Semua nereid memiliki rupa perempuan yang sangat cantik, dengan mengenakan gaun putih dari sutra serta mahkota dari terumbu karang, dan bertelanjang kaki. Mereka merupakan wujud dari kecantikan yang dimiliki lautan. Nyanyian merdu mereka sering kali didengar para pelaut yang tengah berpetualang. Masing-masing dari kelima-puluh nereid merupakan representasi dari aspek-aspek yang dimiliki lautan: air asin, buih laut, pasir, batu, bahkan beberapa kemampuan para pelaut.

Akan tetapi, hanya sedikit nereid yang namanya banyak dikenal orang-orang. Pertama, dialah Thetis, yang tertua sekaligus pemimpin para nereid. Thetis akan menikahi seorang pahlawan bernama Peleus di kemudian hari, dan memiliki anak bernama Achilles. Kemudian, ada Amphitrite yang akan menjadi istri Dewa Poseidon. Yang ketiga adalah Galatea, nereid yang disukai oleh Cyclops Polyphemus di kemudian hari. Cerita-cerita tentang mereka akan diceritakan di zaman para Bangsa Olympus berkuasa atas dunia.

***

Nerites

God of Shellfish and Sea Snail

Son of Nereus


Di samping para nereid, Nereus dan Doris memiliki satu anak lagi, yakni Nerites. Nerites adalah satu-satunya putra mereka berdua dan adik dari pada nereid. Nerites memiliki paras pria muda yang tampan dengan kulit kecoklatan (tan). Rambutnya berwarna hitam dengan mata berwarna biru-kelabu. Senyumnya sangat manis, bahkan dia disukai oleh beberapa nymph pada saat itu.

Namun, dia memiliki sedikit kekurangan, yakni dia malas. Dia sangat malas untuk bergerak. Oleh sebab itu, dia dikatakan sebagai Dewa Siput Laut, hewan kesukaannya.

Nerites merupakan kekasih pertama Dewi Aphrodite. Dewi Aphrodite lahir di dalam laut dari alat kelamin Ouranos, yang mengandung esensi sang Dewa, yang lalu bercampur dengan esensi Dewi Thalassa yang ada di dalam air laut.  Sang dewi menghabiskan beberapa waktu di sana sebelum akhirnya dia pergi ke Olympus di kemudian hari.

Tidak banyak dewa laut pada saat itu, dan kebetulan hanya Nerites dewa laut yang belum memiliki pasangan. Aphrodite pun tertarik dengan wajah manis Nerites. Dan akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih.Hari lepas hari, Nerites sangat terhipnotis dengan kecantikan Aphrodite. Namun, hari yang ditakdirkan itu datang. Para Dewi Musim bertemu Aprhodite dan mengajak sang Dewi untuk pergi ke Olympus. Aphrodite memiliki ide untuk mengklaim tahta di sana. Dia pun mengajak Nerites ikut, tetapi Nerites menolaknya. Nerites malas dan lebih suka menghabiskan waktu di dasar laut.

Itu adalah kali pertama Aprhodite mengalami penolakan. Tidak terima tawarannya ditolak seperti itu, Aprhodite mengutuk kekasihnya itu menjadi kerang. Sejak itu, Nerites juga dikenal sebagai Dewa Kerang.

Namun ada versi kisah lainnya tentang Nerites. Nerites merupakan pembawa kereta kesayangan Dewa Poseidon, sekaligus adalah kekasihnya. Namun, Nerites bersombong hati dan menantang Dewa Matahari Helios untuk lomba balapan kereta perang. Rupanya, Nerites kalah dan untuk memberinya pelajaran – Helios mengutuk Nerites menjadi kerang, hewan laut yang geraknya sangat lambat.

***

Thaumas

God of Sea’s Wonders


Thaumas merupakan anak kedua pasangan Gaea dan Pontus. Thaumas memiliki wujud yang sangat rupawan, tubuh kekar, dengan kulit sewarna dengan pasir putih. Rambutnya agak panjang dengan warna biru-hitam yang sama dengan warna matanya. Tubuhnya setengah ikan dari pinggang ke bawah dengan warna sisik hijau laut yang berkilauan. Di kepalanya terdapat sepasang tanduk kecil berupa capit lobster.

Thaumas merupakan personifikasi dari aspek keindahan laut. Dia merupakan Dewa Keajaiban Laut (God of Wonders of the Sea). Thaumas mewakili segala hal menakjubkan dan indah mengenai laut, debur ombak, terumbu karang yang beraneka warna dan bentuk, kilauan air asin, dan sebagainya. Segala hal ajaib dan menakjubkan tentang laut merupakan kekuasaannya.

Thaumas menikah dengan seorang Oceanid, putri Titan Oceanus dan Tethys, yang bernama Electra. Thaumas dan Electra memiliki beberapa anak: Iris, Arke, dan para harpy. Setelah ini, hanya akan diceritakan mengenai Arke dan para harpy, sementara cerita tentang Iris akan ada tersendiri.

***

Arke

Titaness/Goddess of the Secondary Rainbow

The Messenger of Titans

 

Arke adalah anak dari Dewa Thaumas dan Oceanid Electra. Arke merupakan anak kedua, adik dari Dewi Pelangi Iris (Goddess of Rainbow). Arke memiliki wujud wanita yang cantik dengan kulit cerah dan rambut pendek berwarna hitam. Ketika tersenyum, ia menyiratkan kesan bahwa dia licik. Warna matanya terus berubah-ubah, merah, ungu, kuning, dan seterusnya. Arke mengenakan gaun putih sederhana yang sewarna dengan awan. Seperti halnya Iris, Arke juga memiliki sepasang sayap yang berbentuk seperti sayap burung dengan bulu berwarna-warni serta berkilauan.

Sebagai adik dari sang Dewi Pelangi, Arke selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya. Arke sendiri personiikasi dari pelangi sekunder, pelangi yang biasanya ada di belakang pelangi utama. Pelangi sekunder tersebut memang jarang sekali tampak di mata, seperti halnya Arke yang selalu kalah pamor dari Iris. Oleh sebab itulah Arke dikenal sebagai Dewi Pelangi Sekunder (Goddess of Secondary Rainbow), tetapi terkadang Arke dianggap sebagai Titan karena dia memihak para Titan saat Titanomachy.

Hal itu membuat Arke kesal. Segala yang dia lakukan tetap tidak bisa mengalahkan Iris. Kemudian, ketika pecah perang antara bangsa Olympus dan bangsa Titan, Arke ikut dalam perang. Iris bergabung dengan bangsa Olympus, sedangkan Arke bergabung dengan bangsa Titan. Fungsi Iris adalah sebagai pembawa pesan para dewa, jalur komunikasi utama mereka. Sementara itu, Arke menjadi pembawa pesan para Titan. Oleh karena keberpihakannya kepada bangsa Titan, Arke kerap dikenal sebagai seorang Titan alih-alih dewi.

Namun, perang berakhir dengan kekalahan bangsa Titan. Zeus menghukum semua yang memihak Kronos, termasuk Arke. Zeus mencabut sayap Arke dan memenjarakan Arke di Tartarus bersama para Titan lainnya.

Di kemudian hari, sayap Arke tersebut Zeus berikan kepada Dewi Thetis sebagai hadiah pernikahannya dengan pahlawan Peleus. Setelah Thetis melahirkan putranya, Achilles, Thetis menghadiahkan sayap Arke kepada putranya itu.

***

Harpy

Spirits of Gust

Harpy, Roh Angin Ribut

Di samping Dewi Iris dan Titan Arke, Thaumas dan Electra memiliki anak-anak lainnya yakni para harpy. Harpy adalah daimon atau roh (spirit), tepatnya adalah roh angin kencang. Harpy adalah personifikasi dari angin kencang yang datang tiba-tiba dan meniup benda-benda pergi.

Berbeda dengan nymph yang merupakan roh alam berwujud perempuan cantik, daimon adalah roh dengan wujud yang lebih seram. Wujud para daimon menyerupai monster. Para daimon pun umumnya merepresentasikan hal-hal yang kurang disukai manusia, seperti kutukan, tipuan, dan wabah penyakit. Daimon pun sering kali dianggap sebagai dewa/dewi ketimbang roh, tergantung seberapa kuat daimon tersebut.

Para harpy memiliki wujud setengah manusia dan setengah burung. Mereka memiliki wajah perempuan. Mereka juga memiliki postur tubuh menyerupai manusia, hanya saja tubuh mereka adalah tubuh burung yang ditutupi bulu, bukan kulit. Mereka bukan memiliki kaki, tetapi cakar burung yang tajam dan menyayat. Sementara itu, lengan mereka adalah sepasang sayap burung. Umumnya harpy memiliki wujud yang menyerupai burung pemangsa, seperti elang atau rajawali.

Thaumas dan Electra melahirkan dua harpy pertama di dunia, yakni Aello dan Ocypete. Keduanya kemudian yang akan menjadi ibu dari harpy-harpy berikutnya.

Para harpy terbang dengan sangat cepat, sebab mereka adalah roh angin kencang. Mereka bisa melesat dan mengambil benda-benda dengan begitu gesitnya.

Para dewa menghukum Raja Phineus dengan mengiriminya para harpy untuk mengganggunya. Raja Phineus terlahir dengan kemampuan meramal, dan ia menggunakannya untuk membocorkan rahasia para dewa. Untuk menghukum kelancangannya, para dewa mengirim para harpy untuk mengambil apapun yang ingin Phineus makan. Setiap Phineus mau makan, selalu muncul harpy yang dengan gesit mengambil makanannya.  Namun, kutukan itu juga berlaku bagi para harpy tersebut di mana mereka hanya bisa makan dari mejanya Phineus, mereka tidak bisa makan makanan dari tempat lain.

***

Phorcys

God of the Sea’s Dangers

Father of the Sea Monsters

 

Phorcys, Dewa Bahaya Lautan

Phorcys merupakan anak dari dewa Pontus dan dewi Gaea. Phorcys memiliki wujud manusia setengah ikan dengan ekor ikan yang panjang dan bersisik hijau alga. Phorcys memiliki sepasang tungkai depan berupa capit kepiting. Kulitnya berwarna merah yang berkilauan dan berduri. Mata sang dewa berwarna hitam, rambut abu-abu, dan kepalanya dihiasi sepasang tanduk.

Phorcys adalah Dewa Bahaya Laut (God of the Dangers of the Sea). Dia adalah personifikasi dari segala aspek berbahaya di dalam laut. Phorcys menguasai badai laut, gelombang besa, dan sebagainya. Makhluk-makhluk paling mengerikan yang hidup di dasar laut tunduk kepadanya. Orang-orang takut kepadanya sebab dia senang menenggelamkan kapal-kapal.

Phorcys menikahi saudarinya sendiri, yakni Keto. Dia dan Keto dikenal sebagai Bapak dan Ibu Monster Laut. Mereka memiliki banyak sekali anak dan hampir semuanya adalah para monster laut, seperti leviathan, kraken, dan ular laut raksasa.

Di antara semua anak-anaknya, anak-anak Phorcys yang paling terkenal ialah para roh abu-abu Graeae, para Gorgon, Echidna si dracaena, Ladon si naga penjaga apel emas, Scylla, dan Thoosa sang ibu Cyclops Polyphemus.

***

Keto

Goddess of Sea Monsters

Goddess of Whales and Great Sharks

Mother of Sea Monsters

Keto, Ibu Monster Laut

Keto adalah putri dari Pontus dan Gaea. Nama Keto juga bisa dieja Ceto dan artinya adalah paus. Keto adalah dewi dengan tubuh setengah ulat laut dengan ekor bersisik biru yang panjang. Kulitnya berwarna kebiruan dengan rambut hitam panjang. Kepalanya memiliki sepasang tanduk dan terselip di antara rambutnya ada ular-ular luat beracun.

Keto merupakan dewi monster laut (Goddess of Sea Monsters), dan bisa dikatakan adalah wujud perempuan dari Phorcys. Di samping itu, Keto juga adalah Dewi Paus dan Hiu Besar (Goddess of Whales and Great Sharks) sebab hewan-hewan tersebut ditakuti oleh para pelaut Yunani Kuno dan dianggap sebagai monster yang berbahaya. Keto adalah personifikasi aspek bahaya lautan dari sisi makhluk hidupnya, sementara Phorcys dari sisi fisik laut itu sendiri.

Sebagai sesama dewa-dewi monster laut, Keto dan Phorcys menikah. Pernikahan mereka memiliki beberapa anak dan semuanya adalah monster laut. Anak-anak mereka menjadi monster-monster dan predator paling berbahaya di dasar laut, seperti leviathan, kraken, dan ular laut raksasa. Semua makhluk seram yang menghuni kedalaman laut Yunani Kuno tunduk pada Keto.

Di antara semua anak-anak Keto, yang paling terkenal adaah para Graeae (Roh Abu-abu), para Gorgon, Echidna si dracaena, Ladon sin aga penjaga apel emas, Scylla, dan Thoosa si ibu dari Cyclops Polyphemus.

***

Eurybia

Goddess/Titaness of Sea’s Force

Goddess/Titaness of Mastery Over the Sea

 

Eurybia, Dewi Penguasaan Laut

Eurybia adalah anak bungsu dari pasangan Pontus dan Gaea. Dia memliki paras cantik dengan kulit sewarna pasir putih. Gaunnya putih dan anggun, tapi sederhana, meliuk-liuk cantiik tertiup angin pantai. Eurybia memiliki rambut biru gelap panjang yang bergelombang selayaknya ombak. Tatapan matanya yang berwarna biru cemerlang sangat tegas. Dia sedikit mewarisi raut wajah Gaea yang keibuan.

Eurybia adalah seorang dewi, tetapi karena pernikahannya dengan Titan Krios, ia juga dianggap sebagai seorang Titan. Eurybia adalah personifikasi dari kekuatan laut sehingga dia disebut Dewi Kekuatan Laut (Goddess of Sea's Force). Kekuatan laut yang ia kuasai adalah aspek eksternal yang berhubungan dengan laut, seperti tiupan angin dan kekuatan gravitasi bulan.

Eurybia juga adalah Dewi Kekuasaan terhadap Laut (Goddess of Mastery over the Sea). Maksudnya adalah dia merepresentasikan aspek kekuatan dan kemampuan manusia untuk menaklukan laut. Dia mewakili hal-hal yang berhubungan dengan navigasi termasuk kekuatan para pelaut untuk menaklukan ganasnya lautan.

Eurybia menikah dengan Titan Bintang Krios. Anak-anak mereka adalah Astraeus (Titan Senja dan Astrologi/Titan of Dusk and Astrology), Perses (Titan Kehancuran/Titan of Destruction), dan Pallas (Titan Seni Perang/Titan of Warcraft). Astraeus lalu menikah dengan Titan Eos (Titan Fajar/Titaness of Dawn) dan memiliki empat anak, yakni para Dewa Angin yang disebut Anemoi (Gods of Winds). Perses menikahi Titan Asteria (Bintang Jatuh/Titaness of Shooting Stars) dan melahirkan Dewi Sihir Hecate (Goddess of Magic) dan Astrae (Roh-Roh Bintang/nymphs of the stars). Kemudian, Pallas menikahi Dewi Styx dan memiliki empat anak, yang disebut seabgai Empat Dewa Kekuatan (Gods of Powers): Zelus (Semangat), Nike (Kemenangan), Bia (Kekuatan), Kratos (Tenaga).

Keturunan-keturunan Eurybia merupakan dewa-dewi yang merepresentasikan aspek-aspek penting bagi pelaut, termasuk aspek-aspek yang dibutuhkan pelaut untuk bisa menaklukan lautan yang ganas. Misalnya, angin (yang diwakilkan Dewa-Dewa Angin Anemoi) dibutuhkan untuk berlayar, lalu bintang (yang diwakilkan Roh-Roh Bintang Astra) dibutuhkan untuk menunjukkan arah berlayar dan navigasi, serta kekuatan (yang diwakilkan oleh Empat Dewa Kekuatan: Zelus, Nike, Bia, dan Kratos) melambangkan supremasi kekuatan armada Angkatan laut di Yunani Kuno.

***

Telekhine

 

Telekhine

Telekhine merupakan anak-anak dari Dewa Pontus dan istrinya, Dewi Thalassa. Telekhine merupakan monster atau daimon laut misterius yang memiliki wujud gabungan antara anjing Doberman, singa laut, dan manusia. Dia merupakan makhluk humanoid (menyerupai manusia), dengan kepala berupa anjing dengan rambut hitam dan mata kecoklatan. Tubuhnya licin seperti tubuh singa laut. Dia memiliki sepasang tungkai belakang yang tidak terlalu panjang, dengan kaki yang bersirip untuk berenang. Kedua lengannya menyerupai lengan manusia dengan cakar yang tajam.

Telekhine mulanya adalah penghuni asli Pulau Keos dan Pulau Rhodes. Mereka adalah penemu dari seni pandai besi, dan bahkan yang mengajari para Rakasasa Tangan Ratusan dan Cyclops Tertua untuk menjadi pandai besi. Selain itu, para telekhine juga cakap dalam ilmu sihir.

Para telekhine diyakini sebagai yang membuatkan Sabit Batu milik Kronos, meskipun sebenarnya mereka hanya bertanggungjawab dalam perawatan rutin senjata tersebut saja. Para telekhine juga yang memodifikasi kekuatan Trisula Poseidon sehingga mampu menenggelamkan gunung untuk membuat pulau di Laut Aegea.

Namun, para telekhine bertingkah terlalu jauh. Mereka mempraktikkan hal terlarang dengan membuat senjata kimia yang mematikan. Mereka mencampur air Sungai Styx dengan sulfur sehingga menghasilkan zat kimia yang membunuh banyak hewan dan tumbuhan di Pulau Keos dan Rhodes. Oleh sebab itu, Zeus marah dan menghukum mereka. Para telekhine diusir jauh ke dasar laut dan beberapa dibuang ke Tartarus.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar