Identitas Buku Judul : A Curse for True Love Penulis : Stephanie Garber Penerjemah : Yuli Pritania Penerbit : Noura Books PT Mizan Publika Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 410 halaman Harga : Rp109.000 ISBN : 9786232424197 Genre : High fantasy , fantasi romantis , misteri, petualangan, young adult Tentang Penulis Stephanie Garber adalah seorang penulis New York Times Best-Seller . Setelah naskahnya beberapa kali ditolak, dia akhirnya debut sebagai penulis sebuah buku bergenre opera antariksa, tetapi tidak laku di pasaran. Kemudian, barulah dia menulis Caraval [1] (2017) yang lalu menjadi buku best-...
The Lion King: Sebuah Remake CGI yang Hidup tapi Kurang Bernyawa
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas Film
Judul :
The Lion King
Sutradara :
Jon Favreau
Tanggal rilis :
17 Juli 2019 (Indonesia)
Rumah Produksi :
Walt Disney Pictures
Penulis naskah :
Jeff Nathanson (screenplay by), Brenda Chapman (story), dkk
Durasi tayang :
118 menit
Pemeran (Pengisi suara) :
Donald Glover (Simba), Beyonce Knowles (Nala), Chiwetel Ejiofor (Scar), James
Earl Jones (Mufasa), dkk
Sinopsis
Raja
Mufasa dan Ratu Sarabi dianugerahi putra yang tampan dan calon raja di masa
depan bernama Simba. Suatu hari nanti, Simba yang akan memimpin Pride Land.
Akan tetapi, adik Mufasa yang pendengki dan iri hati, yakni Scar, tidak bisa
terima jika suatu hari nanti Simba yang menjadi raja, bukan dirinya.
Sementara
itu, Simba tumbuh dididik oleh Mufasa agar menjadi raja yang bijaksana. Bersama
temannya, Nala, Simba selalu bermain. Hingga pada suatu hari, mereka bermain
terlalu jauh ke tempat yang terlarang bagi mereka. Di sanalah mereka bertemu
para hyena yang merupakan musuh abadi bagi singa. Beruntung Mufasa datang tepat
waktu untuk menyelamatkan kedua anak singa tersebut.
Namun,
dibalik itu semua, Scar memiliki rencana licik untuk merebut kekuasaan dari
tangan Mufasa. Dia membangun aliansi dengan para Hyena untuk menyingkirkan
Mufasa dan Simba. Kedamaian di Pride Land terancam dan Simba harus pergi untuk
bisa berdamai dengan dirinya.
Kelebihan
Film
ini merupaka remake dari film dengan judul yang sama yang telah tayang
sebelumnya di tahun 1994. Jadi, kelebihannya adalah film ini memberikan nuansa
baru karena hadir dalam format yang lebih nyata, sekalipun CGI. Semuanya terasa
sangat nyata, baik binatang-binatangnya maupun latarnya yang berupa padang savanna
Afrika. Penonton diberikan kesan lebih hidup terhadap film ini, bahkan sampai
banyak yang salah bilang bahwa film ini adalah live action remake.
Kemudian,
ada scene yang sangat aku suka, yaitu saat soundtrack yang
berjudul “Can You Feel the Love Tonight?” diputar. Jujur, saat scene itu,
Simba dan Nala terlihat jauh lebih romantic dariapda yang ada di film
animasinya. Bahkan, nyanyian dari para pengisi suaranya benar-benar mendukung!
Wajar sih, soalnya ada Beyonce. Pokoknya aku suka banget scene itu.
Kalau kalian menontonnya dengan pengkhayatan, you’ll be mind-blown for sure!
Kemudian,
poin lebih lainnya adalah nilai yang ingin dibawa film ini tuh berhasil
disajikan dnegan cukup baik, sama seperti di film animasinya. Film ini sarat makna,
terutama masalah pencarian jati diri. Kita lihat perjalanan Simba yang pergi
melupakan masa lalunya pada akhirnya harus kembali untuk melindungi rumahnya. Kalau
dipikir-pikir, itu sama saja dengan anak-anak remaja yang mencoba untuk mencari
jati diri, padahal pada akhirnya mereka akan menemukannya jika pulang ke rumah.
Kelemahan
Kelemahan
dari film ini juga terletak pada CGI-nya. Karena terlalu realistis, ada
beberapa scene di film ini yang terasa kurang bernyawa. Saat adegan yang
penuh tawa misalnya, kita tidak bisa meliaht wajah dari tokoh-tokoh binatang
kita tersenyum lebar. Jadi, rasanya kurang bernyawa saja.
Kemudian,
seperti halnya beberapa film remake Disney lainnya, film ini juga memberikan
beberapa scene baru yang berbeda dari film versi animasinya. Mungkin
maksudnya sebagai improvisasi supaya tidak membosankan. Namun, scene
improvisasi tersebut kurang signifikan di film ini. Kalau dibandingkan dengan
film Aladdin di mana ada kehadiran Dalia si pelayan sebagai improvisasi,
scene-scene improvisasi di film The Lion King seperti mengganggu
saja. Tidak ada perubahan yang berarti terhadap jalan cerita film, atau sekadar
memberi nuansa berbeda. Bagi aku, scene-scene tersebut malah terasa
buang-buang waktu.
Kelemahan
terakhirnya adalah film ini terlalu persis sama dengan film versi animasinya.
Memang ada beberapa improvisasi, tapi seperti yang aku bilang di atas, tetap
kurang. Karena aku masih menonton film The Lion Kingversi
animasi di RCTI, aku kurang lebih hafal jalan ceritanya. Makanya aku cukup
bosan saat menonton film ini. Apalagi improvisasinya tidak membantu sama sekali.
Kesimpulan
Bagi kalian yang pecinta film Disney, film ini pasti
gak boleh terlewatkan. Apalagi, scene romantisnya Simba dan Nala itu benar-benar
bagus banget. Tapi kalau memang kalian masih berpikir-pikir untuk nonton film
ini, gak apa-apa kalau kalian tidak tonton di bioskop. Aku memberi skor 7,6/10
untuk film ini karena kurang recommended. Aku gak bilang film ini jelek,
tapi kurang bagus, apalagi kalau dibandingkan dengan Aladdin yang baru
aja tayang beberapa bulan lalu. Berikut ini ada trailer-nya film The Lion King
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar