How to Make Millions Before Grandma Dies: Cerita Menghangatkan dan Mengharukan tentang Cucu dan Nenek—Nonton Ini Harus Siapin Tisu yang Banyak

Identitas Film Judul : How to Make Millions Before Grandma Dies Sutradara : Pat Boonnitipat Produser : Vanridee Pongsittisak, Jira Maligool Tanggal rilis : 4 April 2024 (Thailand), 15 Mei 2024 Rumah produksi : Jor Kwang Films Penulis naskah : Pat Boonnitipat, Thodsapon Thiptinnakorn Durasi tayang : 2 jam 5 menit Pemeran : Putthipong "Billkin" Assaratanakul, Usha "Taew" Seamkhum, Sarinrat "Jear" Thomas, Sanya "Duu" Kunakorn, Pongsatorn "Phuak" Jongwilas, Himawari Tajiri, Tontawan "Tu" Tantivejakul, Duangporn Oapirat Genre : Potongan kehidupan , komedi, drama keluarga   Sinopsis M (Putthipong "Billkin" Assaratanakul) ada

Menyelami Laut Purba Bersama Pontus dan Anak-Anaknya

Pontus

Protogenos of the Deep Sea and Water
The First God of the Sea
Father of Sea-Life



Pontus adalah salah satu dari protogenos, yakni dewa-dewi purba. Pontus merupakan protogenos dari laut, khususnya laut dalam (Protogenos of the Deep Sea), yaitu laut di mana hanya ada sedikit cahaya sehingga remang-remanglah di sana. Nama Pontus terkadang juga ditulis Pontos.

Pontus memiliki wujud pria tua, seperti bapak-bapak dengan janggut dan rambut panjang yang berwarna kelabu. Matanya berwarna biru-kehitaman melambangkan kedalaman-kedalaman laut yang menjadi kekuasaannya. Tubuhnya besar dan kekar dengan kulit berwarna kebiruan. Ia memiliki sepasang tanduk berupa capit lobster berwarna kuning. Setengah tubuhnya berwujud ular laut yang amat panjang dengan sisik berkilau.

Pontus senang tinggal di kedalaman-kedalaman laut. Di sana ia bisa berenang-renang bebas dan bermain bersama makhluk-makhluk laut dalam. Dialah pencipta mereka, penciptakan segala bentuk kehidupan laut. Oleh karena itu, ia disebut Bapak Makhluk Laut (Father of Sea-Life).

Jarang sekali Pontus ke permukaan, hanya sesekali dia melakukannya. Ketika ia pergi ke permukaan, dia akan muncul dalam gulungan-gulungan ombak besar yang menakutkan. Tubuh ularnya berubah menjadi sepasang kaki. Tubuhnya dilapisi baju zirah yang terbuat dari batuan laut. Dia biasanya hanya akan duduk di pantai karena ia tidak mau berpisah jauh dari laut. Ia hanya duduk-duduk sambil memandangi horizon, membiarkan air pasang menyapu lembut kakinya.

Di mitologi Mesir, Pontus bisa disejajarkan dengan Nun, Dewa Laut Purba (Primordial God of Sea). Sedangkan, di mitologi Nordik Pontus bisa disejajarkan dengan Dewa Laut Aegir (God of Sea) yang sangat senang tinggal di kedalaman laut dan juga bermabuk-mabukan. Di mitologi Hindu, ada Danu, Dewi Air Purba (Primordial Goddess of Water) yang mirip dengan Pontus.

***

Pontus dan Gaea, serta Keturunan Mereka

Dahulu, setelah Chaos menciptakan Bumi dan Langit, Chaos mulai ketagihan menciptakan sesuatu. Hatinya dipenuhi dorongan untuk terus menciptakan sesuatu. Atas kehendaknya, awan-awan kosmos berkumpul dan menyebabkan hujan, hujan pertama di dunia. Bergalon-galon air tumpah dari langit dan memenuhi bagian-bagian bumi yang cekung. Dari situ, jadilah lautan yang pertama. Ada yang mengatakan bahwa lautan pertama ini adalah Laut Mediterania.

Laut tersebut hidup dan memiliki manifestasi fisik, yaitu Dewa Laut Pontus. Dikisahkan bahwa Pontus adalah Penguasa Laut pertama di dunia.

Gaea, Dewi Bumi
Pada saat itu, Gaea sang Dewi Bumi (Goddess of the Earth) adalah dewi tercantik. Kecantikannya mampu menyihir banyak dewa, tak terkecuali Pontus. Pontus berusaha merayu Gaea untuk menjadi pasangannya. Dia sering mengajak Gaea untuk bertemu di pantai. Di sanalah mereka menghabiskan waktu dengan bahagia. Pontus menceritakan tentang pemandangan bawah laut yang indah dan makhluk-makhluk unik di dalamnya, sedangkan Gaea menceritakan indahnya daratan dengan hutan-hutan hijau dan gunung-gunung yang menjulang tinggi ke langit. Pada akhirnya, mereka saling jatuh hati dan kemudian mereka menjadi sepasang kekasih untuk beberapa abad.

Pantai adalah tempat bertemu kesukaan mereka. Sering sekali mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh kemesraan di pinggir pantai.

Dari hubungan mereka, Pontus memiliki beberapa anak yang terkenal sebagai dewa-dewi lautan. Nama-nama mereka adalah: Nereus (Pria Tua dari Lautan/The Old Man of the Sea), Thaumas (Dewa Keajaiban Lautan/God of the Wonders of the Sea), Porchys dan Keto (Dewa-Dewi Monster Laut/God and Goddess of Sea Monsters), dan Eurybia (Dewi Kekuatan Laut/Goddess of Force of the Sea).

Nereus adalah Dewa Laut yang dijuluki Pria Tua dari Lautan. Dia berwujud seperti bapak-bapak dengan tubuh manusia duyung. Di belakang daun telinganya, Nereus memiliki sirip ikan yang besar. Rambut dan janggutnya panjang sekali dan berwarna hitam. Kadang-kadang, Nereus duduk di dermaga atau pantai dalam wujud bapak-bapak.

Nereus tidak pernah berbohong, dia selalu mengatakan hal-hal benar dan tak pernah melupakan kebenaran yang ada. Dia dapat dipercaya dan juga bijaksana. Dialah anak sulung dari Pontus, bijaksanalah ia selayaknya seorang anak sulung.

Di kemudian hari, Nereus menikahi Doris, salah satu dari Oceanid, anak-anak Oceanus. Bersama, mereka tinggal di wilayah Laut Aegean. Dari hubungan pernikahan mereka lahirlah lima puluh Nereid dan Nerites. Nereid adalah nymph-nymph laut atau peri-peri laut sedangkan Nerites adalah dewa laut minor (Minor Sea God) yang memiliki wujud rupawan yang bahkan Dewi Cinta Aphrodite (Goddess of Love) jatuh hati padanya.

Anak Pontus yang kedua adalah Thaumas. Thaumas adalah Dewa Keajaiban Laut. Thaumas mewakili aspek keindahan lautan, seperti debur ombak dan warna-warni terumbu karang. 
Phorcys, Dewa Bahaya Laut

Di kemudian hari, Thaumas menikah dengan salah satu Oceanid, yaitu Electra. Dari hubungan pernikahan mereka, Thaumas menjadi ayah dari Dewi Pelangi Iris (Goddess of Rainbow) dan para harpy. Harpy merupakan monster wanita-burung dan juga manifestasi dari angin ribut.

Anak Pontus yang ketiga adalah Phorcys. Phorcys adalah Dewa Bahaya Laut (Gof the Danger of the Sea). Phorcys mewakili bahaya laut dari aspek alam dan aspek makhluk lautnya. Phorcys memiliki wujud pria berjanggut dengan tubuh manusia duyung. Satu tangannya berupa capit kepiting raksasa dan satu tangannya lagi memegang trisula. Dia memiliki tanduk berupa antena udang.

Phorcys menikahi Keto, saudarinya. Keto berwujud perempuan dengan tubuh setengah manusia dan setengah ular laut. Di balik rambut Keto yang berwarna hitam, terdapat ular-ular laut beracun. Kulitnya berwarna kebiruan seperti zombie.

Keto, Dewi Monster Laut
Phorcys dan Keto memiliki banyak sekali anak dan semuanya adalah monster laut. Oleh sebab itu, Keto dikenal sebagai Ibu Monster Laut dan Dewi Monster Laut. Beberapa monster laut terkenal yang merupakan anak mereka adalah: para Gorgon (Medusa, Stheno, dan Euryale), para Graiai atau Abu-abu Bersaudari, Charybdis, Scylla, Echidna, Ladon, dan Skolopendra. Namun, masih banyak lagi monster laut tak dikenal yang merupakan anak-anak mereka.

Anak bungsu Pontus dan Gaea adalah Eurybia yang dijuluki Dewi Penguasa Laut (Goddess of Mastery of the Sea) dan Dewi Kekuatan Laut (Goddess of Force of the Sea). Dia mewakiliki aspek eksternal yang memengaruhi laut, misalnya bulan, bintang, dan angin. Eurybia berwujud cantik dengan rambut biru gelap yang panjang bergelombang menyimbolkan ombak. Matanya berwarna biru cemerlang dengan tatapan yang tegas. Gaunnya berwarna putih tampak halus dan bergerak-gerak anggun saat ditiup angin laut. Kulitnya sewarna dengan pasir pantai, putih dan bersih. Eurybia senang sekali berjalan-jalan di pinggir pantai, menikmati angin bertiup, melihat bintang-gemintang saat malam tiba, dan melihat deburan ombak menyapu tepi pantai.
Ada yang mengatakan bahwa Eurybia seorang Titan karena ia menikah dengan Titan Krios, salah satu kakak Kronos.

Biarpun Pontus dan Gaea memiliki banyak anak, hubungan mereka tidak berhasil. Mereka mulai jarang bertemu di pantai; Pontus lebih sering di lautan dalam dan Gaea di atas gunung.

***

Pontus dan Thalassa, serta Keturunan Mereka

Thalassa, Istri Pontus
Pada akhirnya, Pontus menikah dengan Thalassa, Dewi Laut (Goddess of the Sea). Thalassa adalah anak dari Aether (Cahaya) dan Hemera (Siang) yang berarti ia adalah cucu dari Erebos (Kegelapan) dan Nyx (Malam). Mereka menjadi orang tua dari berbagai ikan dan bentuk kehidupan laut lainnya.

Salah satu anak-anak Pontus dan Thalassa yang paling terkenal adalah para telekhine. Telekhine adalah makhluk anjing-ikan. Mereka memiliki kepala anjing, tetapi badan mereka seperti ikan. Mereka memiliki empat tungkai anjing sehingga mereka bisa berjalan di darat dan terkadang mereka dapat berjalan dengan dua kaki. Para telekhine bertempat tinggal di Pulau Keos dan Rhodes. Mereka sangat terkenal dengan kemampuan pandai besi mereka – ada yang mengatakan bahwa merekalah yang membuatkan Sabit Batu Kronos dan Trisula Poseidon. Mereka juga ahli dalam ilmu sihir dan mereka pernah bereksperimen dengan menciptakan senjata kimia yang luar biasa mematikan, campuran air Sungai Styx dan sulfur. Senjata kimia ini membunuh banyak hewan dan tumbuhan. Oleh sebab itu, Zeus menghukum mereka dengan mengutuk mereka sehingga mereka tidak bisa lagi tinggal di permukaan dalam balutan sinar mentari; mereka hanya bisa hidup bebas di kedalaman laut atau di Tartarus.

Kehidupan pernikahan Pontus dan Thalassa sangat bahagia. Tidak pernah terusik masalah apapun. Mereka juga dapat hidup bebas di lautan, menikmati pemandangan-pemandangan laut yang menakjubkan. Berbahagia selalus pernikahan Pontus dan Thalassa.


***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 

Komentar