How to Make Millions Before Grandma Dies: Cerita Menghangatkan dan Mengharukan tentang Cucu dan Nenek—Nonton Ini Harus Siapin Tisu yang Banyak

Identitas Film Judul : How to Make Millions Before Grandma Dies Sutradara : Pat Boonnitipat Produser : Vanridee Pongsittisak, Jira Maligool Tanggal rilis : 4 April 2024 (Thailand), 15 Mei 2024 Rumah produksi : Jor Kwang Films Penulis naskah : Pat Boonnitipat, Thodsapon Thiptinnakorn Durasi tayang : 2 jam 5 menit Pemeran : Putthipong "Billkin" Assaratanakul, Usha "Taew" Seamkhum, Sarinrat "Jear" Thomas, Sanya "Duu" Kunakorn, Pongsatorn "Phuak" Jongwilas, Himawari Tajiri, Tontawan "Tu" Tantivejakul, Duangporn Oapirat Genre : Potongan kehidupan , komedi, drama keluarga   Sinopsis M (Putthipong "Billkin" Assaratanakul) ada

Serial TV Terfavorit 2023 (part 3)

Serial TV Terfavorit 2023

Halo! Akhirnya aku kembali dengan beberapa rekomendasi serial TV dari judul-judul yang kutonton di tahun 2023. Seharusnya tulisan ini diunggah sejak lama, tetapi aku kehilangan mood untuk menulisnya. Di pertengahan tahun, selera menontonku berkurang dan itu memengaruhi mood-ku untuk menulis. Aku hanya menonton judul-judul yang ramai, tidak banyak mengeksplorasi. Kemudian, aku berusaha untuk menuntaskan rekomendasi serial TV ini agar konsisten serta sebagai sebuah komitmen kepada diri sendiri. Menunda tak masalah, yang penting jangan tak diselesaikan sama sekali, hahaha. So here it is! Semoga kalian bisa mendapatkan rekomendasi menarik dalam daftar ini.

***

Daftar isi:
***

Demon Slayer: Swordsmith Village arc
Season 3

(2021–on going)

Judul

:

Demon Slayer (Kimetsu no Yaiba)

Sutradara

:

Sotozaki Haruo

Penulis

:

Ufotable

Produser

:

Fujio Akifumi, Miyake Masanori, Takahashi Yuuma, Kondo Hikaru (season 1), Takano Takahashi (season 2)

Musim/Episode

:

3 Musim/55 episode (on going)

Pengisi suara

:

Hanae Natsuki, Kitou Akari, Okamoto Nobuhiko, Hanazawa Kana, Kawanishi Kengo

Genre

:

Petualangan, dark fantasy, seni bela diri, historical fantasy , shounen

Demon Slayer adalah sebuah serial anime yang diadaptasi dari manga berjudul sama karya Koyoharu Gotouge. Judul versi Bahasa Jepang-nya adalah “Kimetsu no Yaiba.” Manga Demon Slayer, per Februari 2021, memiliki 150 juta copy dalam peredaran, termasuk versi digitalnya, sehingga dia menjadi serial manga kesembilan yang paling best-selling sepanjang masa. Kalian dapat menonton Demon Slayer di Bilibili.tv, Netflix, Viu, Vidio.com, Catchplay, Disney+ Hotstar, dan iQIYI.

Pada saat aku menulis reviu ini, Demon Slayer musim keempat baru saja tayang, hehehe. Jadi, sudah agak terlambat, tapi tak apa.

Cerita Demon Slayer mengambil latar waktu pada era Taishou (1912–1926). Di zaman itu, hidup seorang pemuda bernama Kamado Tanjiro (Hanae Natsuki) yang mendapati seluruh keluarganya tewas dibunuh oleh iblis. Satu-satunya anggota keluarganya yang selamat ialah adiknya, Kamado Nezuko (Kitou Akari), tetapi Nezuko pun telah berubah menjadi iblis.

Tanjiro lalu bergabung dengan sebuah organisasi rahasia, bernama Korps Demons Slayer, organisasi pendekar pedang yang bertujuan membasmi iblis. Dengan menjadi anggota Korps Demon Slayer, Tanjiro berharap dapat menemukan cara untuk mengembalikan adiknya menjadi manusia. Maka dari itu, Tanjiro dengan membawa Nezuko ke mana-mana, serta ditemani dua temannya, Agatsuma Zenitsu (Shimono Hiro) dan Hashibara Inosuke (Matsuoka Yoshitsugu), melakukan petualangan untuk melawan iblis-iblis dan mencari cara menyembuhkan Nezuko.

Di musim ketiga ini, kita melihat petualangan Tanjiro dan teman-teman di Desa Pengerajin Pedang. Setelah menyelesaikan misinya bersama Hashira[1] Suara, Uzui Tengen (Konishi Katsuyuki) dan tubuhnya sudah pulih dari luka-luka akibat pertarungan, Tanjiro dan Nezuko pergi ke Desa Pengerajin Pedang untuk menemui Haganezuka-san (Namikawa Daisuke), pengerajin pedangnya Tanjiro. Mereka ingin meminta Haganezuka-san agar mau membuatkan Tanjiro pedang baru.

Namun, setibanya di Desa Pengerajin Pedang, Haganezuka-san menolak permintaan Tanjiro. Alih-alih, sambil terus membujuk si pengerajin pedang, Tanjiro berlatih agar menjadi pendekar pedang yang lebih mahir. Di sana bahkan, Tanjiro bertemu dengan dua orang Hashira lain.

Akan tetapi, ketenangan di Desa Pengerajin Pedang terpaksa rusak saat muncul dua Iblis Bulan Atas yang menyerang desa tersebut. Dapatkah Tanjiro, Nezuko, dan teman-teman mengalahkan kedua iblis tersebut dan menyelamatkan desa?

Sejauh ini, bisa dibilang ini adalah musim favoritku di anime Demon Slayer. Iya, mungkin banyak yang tidak sepakat denganku, tetapi aku tetap mantap pada pernyataanku tadi. Salah satu alasannya adalah karena di musim ini, muncul dua Hashira favoritku, hahaha.

Secara cerita, musim ini menarik karena kita melihat Desa Pengerajin Pedang yang menyuplai Korps Demon Slayer dengan pedang nichirin—pedang khusus untuk membunuh iblis—terbaik. Konsep desanya pun unik ya, sebab lokasinya dirahasiakan dan cara mengaksesnya pun khusus. Bahkan, para anggota Korps Demon Slayer yang ingin ke sana tak boleh tahu lokasinya. Di desa tersebut pun kita mendapatkan sedikit petunjuk tentang sosok pendekar pedang pertama yang menggunakan teknik pernapasan—teknik berpedang yang memanfaatkan pernapasan terkonsentrasi penuh yang digunakan pembunuh iblisdalam bertarung.

Kemudian, di musim ketiga ini kita bertemu dengan tokoh-tokoh baru. Yang pertama adalah Shinazugawa Genya (Okamoto Nobuhiko). Dia salah satu anak yang lulus bersama dengan Tanjiro dalam ujian masuk Korps Demon Slayer pada musim pertama. Ternyata, dia adalah adik dari Hashira Angin, tetapi mereka memiliki hubungan yang kurang akur karena masa lalu pahit mereka. (Spoiler alert) dulu, ibu mereka berubah menjadi iblis, lalu si kakak terpaksa membunuhnya, tetapi Genya yang pada saat itu tak mengerti apa-apa malah menyalahkan kakaknya karena telah membunuh ibu mereka—sebuah nasib yang kejam. Itu adalah konflik kakak adik yang menyesakkan sekali. Selain itu, keunikan Genya adalah cara bertarungnya. Dia memakan iblis sehingga dapat berubah menjadi iblis untuk sementara waktu. Menarik banget kan?

Tokoh baru yang kedua adalah Tokito Muichiro (Kawanishi Kengo), sang Hashira Kabut. Dia adalah Hashira termuda, bahkan usianya jauh lebih muda daripada Tanjiro; tetapi level skill bertarungnya luar biasa. Di musim ini, akan diceritakan tentang masa lalu Tokito-san, yang lebih baik kalian tahu dengan menonton sendiri karena sedih banget.

Episode yang menceritakan masa lalu Tokito-san merupakan episode yang sedih dan epik. Teknik pernapasan kabut milik Tokito-san ditampilkan dengan keren sekali, menunjukkan betapa besar gap antara kekuatannya dengan kekuatan iblis yang dilawannya. Di sisi lain, cerita masa lalu Tokito-san pun bisa disampaikan dengan begitu indah, dan menambah kesan epik pada pertarungannya. Pokoknya, episode tersebut dapat dirangkum dalam tiga kata: sedih, indah, dan epik. Sebuah pengalaman menonton anime yang menyenangkan.

Tokoh baru yang ketiga adalah Kanroji Mitsuri (Hanazawa Kana), sang Hashira Cinta. Well, salah satu hal menarik dari karakternya adalah fan service-nya, hahaha. Namun, lebih dari itu, aku suka pada pendalaman karakternya. Kanroji-san menjadi representasikan perempuan kuat yang harus berbenturan dengan norma masyarakat. Diceritakan (spoiler alert) bahwa sejak kecil Kanroji-san memiliki otot yang begitu kuat dan makan dalam porsi yang sangat besar.

Akan tetapi, hal itu malah menghambatnya bertemu jodoh. Tiap laki-laki yang dia kenal menganggapnya aneh karena memiliki otot kuat dan nafsu makan besar tersebut, juga karena warna rambutnya. Maka, demi bisa diterima para laki-laki, Kanroji-san mengubah dirinya dengan bersikap lebih feminin, tak menunjukkan bahwa dirinya kuat, menahan nafsu makannya walau harus kelaparan, dan mengecat warna rambutnya. Semua demi bisa sesuai dengan norma masyarakat.

Aku senang sekali ketika dia berhenti dan malah bergabung dengan Korps Demon Slayer. Dia tak perlu mengubah dirinya agar sesuai dengan ekspektasi siapa-siapa. Dia tak perlu membatasi dirinya demi laki-laki manapun. Karakternya membawa pesan tersebut kepada kaum perempuan di luar sana. Karakter Kanroji-san menjadi contoh agar kaum perempuan jangan mau membatasi diri mereka demi laki-laki; jika laki-laki tersebut tak bisa menerima kelebihan kalian, artinya mereka tidak pantas untuk kalian. Alih-alih, karena Kanroji-san malah bergabung dengan Korps Demon Slayer dan terus berlatih sampai berada di level Hashira, dirinya bertemu dengan orang-orang hebat lainnya, dengan laki-laki yang selevel dengan dirinya. Ketika seorang perempuan hebat terus mengasah kehebatannya, pada akhirnya dia akan bertemu laki-laki hebat juga; maka tak perlu pusing memikirkan laki-laki payah yang hanya ingin menghambat perempuan.

Selain mengenai representasi perempuan melalui latar belakangnya tersebut, karakter Kanroji-san menarik karena teknik penapasannya: pernapasan cinta. Secara visual, teknik pernapasan tersebut sepertinya adalah yang paling cantik. Gaya bertarung Kanroji-san seperti para atlet gymnastic dan penari balet—begitu gemulai dan elegan. Namun, dia juga tampil dengan sangat kuat. Betul-betul sosok strong woman yang tak ada lawan.

Selain para tokoh barunya, Tanjiro pun tampil dengan sangat keren loh. Di musim ini memang dia tidak ditemani Zenitsu dan Inosuke, tapi di musim ini Tanjiro mengalami perkembangan karakter yang luar biasa. Teknik tarian dewa api miliknya makin bagus. Dia menampilkan jurus-jurus yang lebih keren lagi daripada musim sebelumnya—kalian harus menontonnya sendiri.

Ditambah lagi, dramanya dengan Nezuko di episode terakhir itu sempurna. Aku yang sudah melihatnya saat membaca manganya saja tetap menangis. Visualnya cantik banget—kualitas film, bukan serial TV. Pembuat animenya berhasil me-elevate drama tersebut menjadi sajian yang menyenangkan mata dan menyentuh hati. Episode tersebut memang turning point yang sangat penting dari cerita Demon Slayer, dan Ufotable sukses besar menyajikannya kepada penonton.

Terakhir, aku suka dengan soundtrack-nya Kizuna no Kiseki oleh Man with a Mission dan Milet. Kalian yang penasaran dengan trailer musim pertamanya dapat menontonnya di sini dan trailer musim ketiganya dapat menontonnya di sini.

***

Never Have I Ever
Season 4

(2023)

Judul

:

Never Have I Ever

Pencipta

:

Mindy Kaling, Lang Fisher

Produser eksekutif

:

Mindy Kaling, Lang Fisher, Howard Klein, David Miner, Tristram Shapeero

Musim/Episode

:

4 Musim/40 episode

Pemeran

:

Maitreyni Ramakrishnan, Poorna Jagannathan, Richa Moorjani, Darren Barnet, Jaren Lewison, Ramona Young, Lee Rodriguez, Megan Suri

Genre

:

Drama komedi, coming of age, komedi romantis, drama remaja

Never Have I Ever merupakan sebuah serial drama remaja ciptaan Mindy Kaling dan Lang Fisher. Mindy Kaling mengatakan bahwa serial ini diciptakannya berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Boston. Never Have I Ever telah menjadi serial yang sangat berpengaruh dalam mematahkan stereotip orang-orang Asia Selatan. Kalian dapat menonton Never Have I Ever di Netflix.

Never Have I Ever bercerita tentang kehidupan seorang gadis remaja keturunan India, bernama Devi Vishwakumar (Maitreyi Ramakrishnan), yang harus menghadapi masa remaja yang rumit setelah dia kehilangan ayahnya secara mendadak. Kematian sang ayah sangat mengguncang Devi sampai dia sempat mengalami kelumpuhan kaki dan permasalahan psikis selama beberapa bulan. Itu semua menghancurkan reputasi Devi di sekolah.

Devi pun ingin membangun kembali reputasinya. Dengan bantuan kedua sahabatnya, Eleanor Wong (Ramona Young) dan Fabiola Torres (Lee Rodriguez), Devi berusaha mendekati anak laki-laki paling ganteng di sekolahnya, Paxton Hall-Yoshida (Darren Barnet). Namun, dia juga harus berurusan dengan rivalnya di sekolah, Benjamin “Ben” Gross (Jaren Lewison), yang tak pernah berhenti mengganggunya dan teman-temannya. Di sisi lain, Devi harus membangun hubungan harmonis dengan ibunya, padahal mereka tidak pernah akur.

Kalau kalian belum pernah menonton Never Have I Ever, sebaiknya kalian berhenti di sini karena setelah ini ada banyak spoiler. Kalian dapat menonton trailer musim pertamanya di sini.

Di musim keempat, ketika kembali melihat Devi di tahun terakhirnya di SMA. Setelah “malam” dengan Ben yang berakhir canggung, Ben me-ghosting Devi yang membuat gadis tersebut frustrasi. Ketika tahun ajaran selanjutnya dimulai, Devi mendapati ternyata Ben memiliki pacar baru, namanay Margot (Victoria Moroles). Tentu Devi merasa sangat dicampakkan. Tak dia sangka Ben melakukan itu padanya. Akan tetapi, tak butuh waktu lama bagi Devi untuk menemukan cowok baru: Ethan Morales (Michael Cimino). Semua akan sempurna, pikir Devi. Bagaimanakah akhirnya masa-masa terakhir Devi di SMA? Akankah sesuai dengan yang ia impikan?

Akhirnya serial yang kuikuti dari musim pertamanya ini tiba juga di musim terakhirnya. Menyaksikan perkembangan Devi sepanjang musim seperti melihat adik perempuan sendiri tumbuh dewasa. Devi masih gadis emosional dan gegabah yang ambisius, tetapi dia telah menjadi lebih dewasa dan bijaksana dalam bersikap. Dia masih ingin memiliki pacar ganteng, tetapi tidak lagi seputus asa itu.

Sebagaimana sebuah cerita bergenre coming of age, serial ini menyorot perkembangan karakter Devi. Dia sekarang sudah menjadi lebih dewasa, walau sesekali masih bersikap kekanak-kanakan—but she’s less enoying now, hahaha. Sebagai contoh, ketika dia bertengkar dengan Margot dan Fabiolla, Devi memang sempat kelepasan dan bertindak menurut emosi sesaatnya, tetapi lalu diikuti dengan dirinya meminta maaf dengan tulus.

Bahkan, dalam salah satu sesi konsultasi Devi dengan terapisnya, Dr. Jamie Ryan (Niecy Nash), sang terapis mengatakan bahwa Devi telah mengalami perkembangan karakter yang luar biasa. Dia tumbuh menjadi gadis yang membanggakan. Itu suatu cara yang unik untuk membuat penonton kembali mengingat Devi di musim pertama.

Yang aku suka dari musim ini adalah beberapa masalah yang Devi hadapi itu relatable dengan pengalamanku pribadi. Seperti Devi, aku juga pernah mengalami tidak diterima di universitas manapun dan dengan panik harus mencari universitas mana lagi yang masih membuka pendaftaran. Kemudian, ketika Devi merasa begitu emosional saat mengemas barang-barangnya sebelum berangkat kuliah, aku turut merasakan apa yang dirasakannya. Bagiku, berkemas adalah kegiatan yang emosional, seperti pengingat bahwa kita harus pergi dan menyudahi cerita senang di sini. Kalian juga merasa emosional saat berkemas, tidak?

Sayangnya, ketika Devi mengalami perkembangan karaker yang bagus, tokoh-tokoh lainnya tidak. Eleanor mungkin yang perkembangan karakternya lumayan bagus dengan segala problemnya menentukan rencana karir masa depan, tetapi tetap saja terasa seadanya. Fabiolla justru lebih buruk sebab di musim ini dia terlihat terlalu plin plan menentukan pilihan kuliah, padahal karakernya adalah gadis yang punya perencanaan baik. Sementara itu, Kamala Nandiwadal (Richa Moorjani) yang biasanya mendapatkan subplot yang bagus, kali ini memiliki screentime yang sangat sedikit dengan subplot yang tidak jelas. Lebih parah lagi dengan Aneesa Qureshi (Megan Suri), dirinya hampir tak mendapatkan screentime.

Kembali lagi ke Devi, di samping perkembangan karakternya, hal menarik darinya di musim ini adalah perjalanan cintanya. Di awal, kita dapat melihat Devi telah menjadi gadis yang cukup populer. Dia pun dengan mudah mendapat pacar baru, cowok terganteng saat itu setelah Paxton lulus, yakni Ethan, tapi hubungan mereka tak bertahan lama. Yang menarik adalah fakta bahwa Devi tak lagi seorang gadis yang putus asa untuk memiliki pacar cowok ganteng. Dia tahu mana cowok yang tepat untuk dia, yang baik untuk dia. She knows her worth. Aku bangga banget.

Sementara itu, hubungannya dengan Ben memang di awal agak menyebalkan dengan segala omong kosong drama remaja mereka. Namun, itu sesuatu yang perlu mereka lalui supaya mereka tahu siapa yang benar-benar mereka inginkan. Harus aku akui, sebagai Tim Ben sejak awal, aku senang sekali dengan akhir cerita mereka berdua, hahaha.

Kemudian, masih ada Paxton—iya, aku merasa kemunculannya kembali di musim ini agak aneh setelah dia lulus SMA di musim sebelumnya. Untung saja dia mendapatkan subplot yang tepat. Sebenarnya, apa yang dialami Paxton realistis—terkadang kita merasa ternyata tidak cocok dengan apa yang telah kita dapatkan melalui usaha kita, ternyata itu tak sesuai harapan kita. Paxton menunjukkan bahwa tidak masalah jika kita mengubah jalan dan memulai lagi dari awal.

Secara umum, aku masih lebih suka musim ketiga, tetapi musim keempat ini tidak buruk—karena tertolong dengan perkembangan karakter Devi. Kurasa, musim terakhir ini akan sangat relatable bagi kalian yang akan lulus SMA atau baru lulus SMA. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Skip and Loafer

(2023)

Judul

:

Skip and Loafer

Sutradara

:

Deai Kotomi

Penulis

:

Deai Kotomi

Musim/Episode

:

1 Musim/12 episode (on going)

Pengisi suara

:

Kurosawa Tomoyo, Egoshi Akinori, Terasaki Yuka, Uchida Maaya, Han Megumi, Saiga Mitsuki

Genre

:

Potongan kehidupan, coming of age, komedi romantis, drama remaja, seinen

Skip and Loafer merupakan serial anime yang diadaptasi dari serial manga karya Takamatsu Misaki dan diproduksi oleh studio P.A. Works. Pada tahun 2024, ada 2,3 juta copy manganya di peredaran. Anime ini juga menjadi yang paling sukses pada musim semi tahun 2023 lalu. Kalian dapat menontonnya di Bilibili.tv dan Netflix.

Iwakura Mitsumi (Kurosawa Tomoyo) adalah seorang gadis yang baru saja masuk SMA. Dia berasal dari desa kecil yang sepi di Prefektur Ishikawa yang terletak di wilayah utara Jepang. Dia merantau ke Tokyo demi melanjutkan sekolahnya. Gadis yang begitu optimistis dan pintar itu berharap dapat menggapai cita-citanya untuk menjadi PNS, lalu menjadi pejabat di pemerintahan supaya bisa membangun daerah asalnya.

Akan tetapi, rupanya Tokyo tak semudah itu ditaklukkan. Di hari pertamanya sekolah saja dia hampir terlambat dan tak bisa mengikuti upacara penerimaan siswa baru. Namun, insiden kecil itu mempertemukannya dengan cowok rupawan yang ternyata adalah teman sekolahnya, Shima Sousuke (Egoshi Akinori). Berkat Shima-kun, Mitsumi-chan bisa bernapas lega. Akan tetapi, bisakah Mitsumi-chan menghadapi hari-hari berikutnya di SMA tetap dengan ceria?

Meskipun sekilas cerita anime ini tampak biasa saja—mungkin membosankan bagi beberapa orang—anime ini memiliki tempat tersendiri bagiku. Aku menyukainya karena ceritanya terasa relatable secara personal. Jangan heran ya kalau di reviu ini aku akan banyak menggunakan kata “relate”, hehehe.

Daya tarik utama dari anime ini adalah protagonisnya: Mitsumi-chan. Dia adalah gadis lugu, optimistis, ambisius, dan tekun. Dia memiliki tujuan dan dengan gigih berusaha meraihnya. Dia mengingatkanku pada diriku di masa SMP dan SMA yang berpikir bahwa jalan menuju sukses itu mudah. Ternyata, jalan menuju sukses penuh lika liku dan absurd, hahaha. Namun, yang aku suka darinya adalah bagaimanapun kesulitan dan kegagalan yang dia hadapi, dia menghadapinya dengan pikiran positif. Namun, dia bukan orang berpikiran positif yang menyebalkan, malah dia menyenangkan, membuat teman-teman di sekitarnya ikut merasa senang. “Aku adalah orang yang sering terjatuh secara mencolok. Tapi aku juga sangat mahir dalam bangkit kembali!” Itulah dialog Mitsumi-chan yang membekas bagiku yang membuatku sangat menyukai karakternya.

Selain itu, bagiku pribadi permasalahan yang dihadapi Mitsumi-chan terasa relatable. Aku tahu bahwa bersekolah di tempat yang anak-anaknya punya pergaulan high class itu sulit; membuat kesan pertama yang baik itu sulit; membuat teman baru itu sulit; berusaha tambil bergaya itu sulit; menjadi murid yang aktif kontributif itu sulit; menyeimbangkan antara belajar dan kegiatan nonakademik di sekolah itu sulit; mendengar ada teman yang berbicara jelek tentang kita di belakang kita itu sulit; berusaha tetap berpikiran positif dan senyum bagaimanapun keadaannya itu sulit; dan konsisten mengejar target itu sulit. Aku rasa itu hal lain yang membuat karater Mitsumi-chan menarik, yaitu dia begitu lekat bagi banyak orang, seakan kita bisa melihat diri kita padanya. Ditambah lagi, anime ini, walaupun temanya kehidupan sekolah, targetnya adalah orang dewasa, maka mungkin bagi penonton yang sudah lulus SMA akan merasa sedikit nostalgia melihat Mitsumi-chan dan teman-temannya.

Karakter utama laki-lakinya, Shima-kun, juga tak kalah menarik loh. Baik hati, namun terasa kesepian—itulah deskripsi Mitsumi-chan terhadap Shima-kun. Aku pikir, hanya Mitsumi-chan yang menyadari hal tersebut. Karakter Shima-kun memang menarik karena dia seperti terlihat baik-baik saja di luar, padahal ada banyak kegalauan di hatinya. “Kalian yang terus bisa melangkah tanpa ragu-ragu, jauh lebih mempesona… dan terasa jauh.” That dialog hit me hard, karena (yup) relatable sekali. Aku bisa mengerti yang Shima-kun rasakan di adegan itu karena aku sendiri pernah mengalaminya. Sayangnya, karakter Shima-kun belum dieksplorasi sepenuhnya, sepertinya masih banyak cerita yang ditawarkan Shima-kun.

Di samping kedua tokoh utamanya tersebut, para tokoh pendukungnya juga tak kalah menarik. Yang aku suka ialah masing-masing karakter dirancang khusus agar realistis, tak aneh-aneh sebagaimana yang biasanya kita lihat di anime-anime. Ada Makoto-chan (Han Megumi) yang tampak culun dan sederhana. Dia insecure dengan penampilannya dan selalu merasa terintimidasi dengan anak-anak perempuan yang terlihat stylish dan cantik, maka dia menjauhi serta bersikap dingin kepada mereka. Ada Yuzu-chan (Uchida Maaya) yang cantik dan dikagumi banyak anak laki-laki. Namun, dia muak dengan itu semua karena orang-orang hanya menilainya dari paras cantiknya saja, padahal dia juga punya kelebihan-kelebihan lain. Ada Mika-chan (Terasaki Yuka) yang manis dan suka cari perhatian. Dia adalah tipe anak perempuan yang selalu memperhitungkan segalanya, mulai dari penampilan sampai pergaulan, dan ingin menjadi cewek populer di sekolah, tetapi terkadang dia bersikap seperti bermuka dua. Namun, menurutku karakter Mika-chan lebih kompleks daripada itu, dan perlahan-lahan dia mengalami perkembangan karakter yang bagus. Aku harap di musim selanjutnya karakternya lebih dieksplorasi lagi.

Meskipun genrenya komedi romantis, romansanya itu tipis sekali. Aku justru suka yang begitu karena makin terasa kepolosan anak SMA-nya. Hubungan Mitsumi-chan dan Shima-kun justru lebih terasa platonic, tetapi kalian pasti bisa merasakan bahwa keduanya tertarik pada satu sama lain. Mungkin, ini yang akan dikembangkan di musim selanjutnya ya.

Tak hanya penokohannya, menurutku daya tarik anime ini juga terletak pada art style-nya. Desain karakter Mitmusi-chan tampak sederhana sekali, agak berlawanan dengan tren sekarang yang berusaha membuat tokoh utama seunik mungkin. Tokoh-tokoh lainnya juga memiliki desain yang sederhana yang sangat sesuai dengan karakter mereka. Ditambah lagi, colot palette-nya terlihat manis dengan warna-warni pastelnya.

Yang tidak kalah manis adalah intro pembukanya. Intro pembukanya menggemaskan sekali dengan menampilkan Mitsumi-chan dan Shima-kun yang menari dengan lagu Mellow oleh Suda Keina. Outro penutupnya juga tampak sederhana dan menggemaskan dengan lagu Hanauta to Mawari Michi oleh Aida Rikako. Bisa dibilang, anime ini menunjukkan bahwa kesederhanaan yang terasa lekat merupakan daya tarik yang tak bisa dilawan.

Sayangnya, sejauh ini belum ada informasi apa-apa kapan musim keduanya tayang. Semoga segera ada informasi ya. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

A Tale of Thousand Stars

(2021)

Judul

:

A Tale of Thousand Stars

Sutradara

:

“Aof” Noppharnach Chaiwimol

Penulis

:

“Aof” Noppharnach Chaiwimol, “Bee” Pongsate Lucksameepong

Musim/Episode

:

1 Musim/10 episode

Pemeran

:

“Mix” Sahaphap Wongratch, “Earth” Pirapat Watthanasetsiri, “Aye” Sarunchana Apisamaimongkol, “Champ” Nattharat Kornkaew, “Nammon” Krittanai Arsalprakit, “Khaotung” Thanawat Rattanakitpaisan, “Drake” Sattabut Laedeke, “White” Nawat Phumphotingam

Genre

:

Boys’ love, drama

A Tale of Thousand Stars merupakan serial BL (boys’ love) asal Thailand produksi GMMTV. Serial ini diadaptasi dari novel dengan judul serupa karya Bacteria. Serial yang tayang pada tahun 2021 ini mendapatkan banyak tanggapan positif dari penonton. Kalian bisa menontonnya di kanal Youtube GMMTV.

Tian Sopasitsakun (“Mix” Sahaphap Wongratch) memiliki penyakit jantung yang hanya dapat disembuhkan dengan transplantasi jantung. Setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut, Tian memilih menghabiskan hari-harinya dengan foya-foya seakan dia akan mati esok. Namun, pada suatu malam dia kolaps akibat kondisi jantungnya tersebut. Dia harus segera mendapatkan donor jika ingin selamat.

Tian lalu membuka mata, mendapati bahwa di tubuhnya sudah ada jantung baru. Dia pikir itu pasti karena campur tangan ayahnya yang seorang pejabat negara sehingga dia bisa mendapatkan donor secepat itu. Tian lalu mencari tahu siapa pemilik asli jantung tersebut, yang ternyata adalah seorang perempuan seusianya bernama Torfun Chareonpon (“Aye” Sarunchana Apisamaimongkol), yang tewas dalam sebuah kecelakaan tragis.

Melalui buku harian Torfun yang ditemukannya, Tian mencari tahu siapa Torfun. Dia adalah seorang guru sukarelawan di desa Pha Pun Dao, sebuah desa terpelosok di wilayah utara Thailand, yang dekat perbatasan negara. Tian membaca bagaimana Torfun sangat menikmati hari-harinya di desa tersebut, walaupun tempat itu begitu terpencil. Tian iri dengan kebahagiaan yang Torfun rasakan, karena dia belum pernah merasakannya.

Kemudian, Tian pun memutuskan untuk meneruskan hidup Torfun. Dia lalu pergi juga menjadi guru sukarelawan di desa tersebut. Di sanalah dia bertemu Ketua Phupa (“Earth” Pirapat Watthanasetsiri), seorang polisi hutan dan laki-laki yang Torfun sukai. Namun, meskipun dirinya sudah kesusahan beradaptasi dengan lingkungan desa dan berbaur dengan masyarkat, Ketua Phupa malah berusaha membuatnya menyerah. Akan tetapi, karena tekadnya sudah bulat, Tian bertahan. Dapatkah Tian melanjutkan kehidupan Torfun dan menemukan kebahagiaannya sendiri di desa Pha Pun Dao?

Dari semua judul serial BL Thailand yang pernah kutonton, A Tale of Thousand Stars memiliki konsep yang paling berbeda. Drama BL Thailand lain biasanya tentang mahasiswa, siswa sekolah, atau teman kerja dengan latar perkotaan; A Tale of Thousand Stars justru tentang seorang guru sukarelawan dan polisi hutan dengan latar pedesaan yang begitu asri. Menonton serial ini terasa adem berkat latar desanya yang memanjakan mata dengan warna hijau alaminya. Bahkan, ternyata kru produksinya membangun latar desa ini dari nol, bukan menggunakan desa yang sudah ada—keren banget ya. Ditambah dengan soundtrack-nya, lengkaplah suasana pedesaannya.

Tak hanya menyuguhkan suasana pedasaan yang asri, serial ini pun mengangkat permasalahan daerah-daerah pelosok di Thailand. Ketiadaan listrik dan sinyal, jarak yang jauh ke fasilitas pelayanan masyarakat, masyarakat yang berpendidikan rendah, tengkulak yang menipu dan memanipulasi harga hasil bumi, serta penyelundupan barang-barang terlarang merupakan permasalahan yang diangkat dalam cerita ini. Memang sih itu latarnya di Thailand, tetapi aku yakin di Indonesia hal-hal tersebut juga terjadi. Maka dari itu, serial ini pun bisa meningkatkan awareness kita terhadap kesenjangan yang terjadi di daerah-daerah pelosok dan perbatasan.

Sementara itu, cerita utamanya sendiri amat menyentuh dan indah. Salah satu poin cerita ini adalah usaha Tian untuk meneruskan hidup mendiang Torfun. Pendekatannya agak mirip dengan drakor Hometown Cha-cha-cha (baca reviunya di sini): orang kota metropolitan datang ke desa untuk bekerja, lalu kesulitan berbaur dengan masyarkaat desa dan malah jatuh hati dengan orang lokal. Yang aku suka dari Tian adalah dia tidak ditampilkan klise—tidak ada adegan Tian tampak bertingkat manja atau jijik dengan lingkungan di desa tersebut. Dia tetap kesusahan, baik beradaptasi dengan lingkungan pedesaan dan berbaur dengan warga, tetapi dia tidak pernah tampak menyerah. Itu mempertegas keseriusan Tian, yang membuatku menyukai karakternya.

Aku suka adegan ketika Tian yang teringat ucapan Pak Wanai, ketua yayasan guru sukarelawan. Pak Wanai berpesan: ketika Tian merasa lelah, merasa dirinya tidak becus, merasa ingin menyerah, dirinya harus ingat masa tersulit yang pernah dia lewati sebelumnya supaya menguatkan hatinya bahwa dia bisa melewati kesulitan ini juga.

Setelahnya, Tian mengalami perkembangan karakter yang sangat membanggakan. Perjalanannya ke desa Pha Pun Dao merupakan perjalanannya untuk menemukan diri, tujuan, dan kebahagiaan. Dengan mengikuti jejak mendiang Torfun, Tian belajar banyak hal dari murid-muridnya serta warga desa lainnya. Dalam salah satu episode, Tian bilang aneh rasanya bahwa di tempat yang tak ada listrik dan internet tersebut, dirinya merasa lebih bahagia daripada yang pernah dia rasakan seumur hidupnya. Serial ini mengajarkan kita bahwa kebahagiaan dapat ditemukan pada hal dan momen sederhana dalam hidup. Itu sebuah konklusi yang sangat menghangatkan hati.

Cerita ini juga merupakan perjalanan Tian untuk bisa memaafkan dirinya. Tian merasa bersalah sebab dirinya yang selama ini menyia-nyiakan hidup malah selamat, sedangkan Torfun yang begitu baik hati dan mendedikasikan diri untuk hal positif harus meniggal. Rasa bersalah Tian diplot dengan rapih sehingga aku bisa ikut merasakan sesaknya rasa bersalah tersebut. Pada salah satu episode, Khama (“Thanom” Witaya Jethapai) sang kepala desa mengatakan bahwa yang lebih sulit daripada meminta maaf adalah memaafkan, apalagi memaafkan diri sendiri. That line hit so hard.

Sementara itu, romansa dalam serial BL ini memberikan kesan yang agak berbeda. Romansa slow-burn antara Tian dan Ketua Phupa merupakan enemy-to-lover trope. Selain itu, dalam hubungan tersebut, keduanya memiliki perbedaan usia yang cukup jauh—Tian masih kuliah, sementara Phupa sudah berusia 30-an. Maka dari itu, tidak heran jika Phupa terkesan lebih dewasa daripada Tian.

Yang aku kurang suka sebenarnya adalah ada terlalu banyak fan service. Entahlah, aku merasa agak risih saja dengan fan service tersebut. Apalagi ada yang berlebihan sehingga terkesan terlalu mengobjektifikasi aktornya. That was so unnecessary.

Akan tetapi, hubungan keduanya menunjukkan hubungan yang sehat antara dua orang dewasa. Ketika banyak cerita romansa yang menekankan pengorbanan besar-besaran demi cinta, Tian dan Phupa tak seperti itu. Mereka berkomunikasi dengan baik soal hubungan mereka dan membuat keputusan paling rasional tanpa mengutamakan ego. Hal tersebut terlihat ketika (spoiler alert) Phupa meminta agar Tian menyelesaikan dulu kuliahnya alih-alih menetap di desa tersebut. Phupa sadar bahwa Tian punya masa depan cerah dan perjalanan yang masih panjang, dan Phupa akan menunggunya. Itu keputusan yang realistis dan rasional. Hubungan yang baik seharusnya begitu, mendorong satu sama lain untuk maju dan menjadi lebih baik.

A Tale of Thousand Star adalah serial yang menghangatkan hati dan bisa menjadi bahan refleksi diri. Ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari ceritanya. This is highly recommended. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.

***

Alchemy of Souls
Part 1

(2022)

Judul

:

Alchemy of Souls

Sutradara

:

Park Joon Hwa

Produser eksekutif

:

Jang Jeong Do, Lee Yong Ok, Lee Soo Beom

Produser

:

Ahn So Jeong

Penulis

:

Hong Jung Eun, Hong Mi Ran

Musim/Episode

:

2 Musim/30 episode

Pemeran

:

Lee Jae Wook, Jung So Min, Hwang Min Hyun, Go Youn Jung, Yoo Jun Sang, Yoo In Soo, Oh Na Ra, Lee Do Kyung, Arin, Shin Seung Ho, Hong Seo Hee

Genre

:

Fantasi sejarah, action, romantis, high fantasy

Alchemy of Souls merupakan salah satu drakor paling ramai diperbincangkan pada tahun 2022 lalu. Drakor ini mendulang banyak pujian dari penonton. Penayangannya dibagi menjadi dua bagian; bagian pertama tayang dari 18 Juni 2022 s.d. 28 Agustus 2022 dan terdiri atas 20 episode, dan bagian keduanya tayang dari 10 Desember 2022 s.d. 8 Januari 2023 dan terdiri atas 10 episode. Sampai saat ini, aku baru menonton bagian pertamanya saja, belum bagian keduanya—yang entah kapan akan kutonton. Kalian bisa menonton Alchemy of Souls di Netflix.

Drakor ini berlatar di sebuah negeri fiksi bernama Daeho, yang suasana dan kebudayaannya terinspirasi dari Korea pada era Joseon, tetapi sistem sihirnya terinspirasi dari mitologi Tionghoa. Iya, drakor ini memang berbeda dari drakor-drakor lain, tetapi serial sejenis sudah ada banyak di Tionghoa. Drakor bergenre fantasi sejarah ini bercerita tentang lika liku para penyihir muda di Daeho yang harus menghadapi takdir mereka akibat ilmu sihir terlarang: alkimia jiwa.

Cerita bermula ketika seorang penyihir buron bernama Nak Su (Go Youn Jung) sedang dikejar oleh para penyihir dari Songrim (semacam otoritas dan sekolah penyihir di Daeho). Nak Su lalu menggunakan teknik sihir terlarang untuk melarikan diri: alkimia jiwa, yang dapat menukar jiwa di antara dua orang. Namun, jiwanya malah terjebak dalam tubuh gadis lemah dan buta bernama Mu Deok (Jung So Min).

Nak Su lalu diam-diam menjalani hidup sebagai Mu Deok, sambil memikirkan cara untuk bisa kembali ke tubuh aslinya. Akan tetapi, penyamarannya sebagai Mu Deok diketahui oleh Jang Uk (Lee Jae Wook), pewaris klan Jang, salah satu klan penyihir terhebat di Daeho. Masa lalu pelik yang dialami kedua orang tuanya membuat ayah Jang Uk, Jang Gang (Joo Sang Wook) yang begitu dihormati, mengunci energi sihir Jang Uk sehingga dia tak dapat menggunakan sihir.

Jang Uk lalu menawarkan kesepakatan kepada Nak Su: dia akan membantu Nak Su mendapatkan tubuh aslinya kembali, sementara Nak Su harus membantunya membuka kuncian energinya serta melatihnya ilmu sihir. Sementara itu, Nak Su dapat bekerja sebagai pelayan pribadinya dengan nama Mu Deok. Kesepakatan tersebut pun disetujui, lalu dimulailah perjalanan keduanya yang tanpa disadari membuat mereka makin dekat dan menumbuhkan cinta. Dapatkah Jang Uk dan Mu Deok menghadapi rintangan yang telah disimpan takdir di hadapan mereka?

Aku terkejut saat pertama kali menonton drakor ini karena ternyata ini naskahnya orisinal, bukan adaptasi webtoon atau buku, maupun adaptasi film atau serial lain. Itu mengagumkan karena worldbuilding serial 30 episode ini solid. Aku tertarik sekali dengan sistem sihirnya, sistem sosial dan kebudayaannya, serta latarnya. Hanya saja, karena ini orisinal dan aku kurang familiar dengan referensinya, aku agak kesulitan untuk memahami keseluruhan worldbuilding-nya itu. Apalagi, di awal kita diberikan banyak istilah yang membuatku agak kebingungan. Belum lagi menghafal nama-nama tokohnya—sebaiknya semua tokoh dihapal karena semuanya punya peran signifikan. Memang agak berat untuk memulai menonton drakor ini.

Kemudian, meskipun dibuka dengan menarik, di beberapa episode pertama aku sempat bosan dengan ceritanya. Kita sudah diberi tahu situasi Nak Su/Mu Deok (sepertinya setelah ini aku akan menyebutnya Mu Deok saja) dan Jang Uk sehingga kita memiliki gambaran arah ceritanya ingin seperti apa. Namun, untuk menuju ke sana banyak sekali berputar-putarnya. Ada banyak konflik lain dulu yang dialami Jang Uk dan Mu Deok, yang menurutku berfungsi untuk memperkenalkan tokoh-tokoh pendukung dan memperkuat hubungan antara Jang Uk dan Mu Deok. Hanya saja, bagian itu sedikit terlalu bertele-tele yang membuatku bosan duluan.

Namun setelah itu, ceritanya jadi menarik sekali. Bahkan, mungkin salah satu alasannya adalah cerita yang agak terlalu bertele-tele tadi, sebab pada bagian itulah kedekatan Jang Uk dan Mu Deok dibangun. Setelahnya, cerita jadi makin seru karena kita melihat perjuangan Jang Uk untuk menjadi penyihir terbaik di Songrim, juga beberapa subplot lain yang dialami para tokoh pendukungnya. Memang ada banyak subplot, tetapi semuanya disusun dengan rapih sehingga terasa pas. Kalian yang suka menunggu-nunggu plot twist juga akan puas karena ada beberapa twists yang pastinya menambah drama dan keseruan drakor ini. Pokoknya, makin cerita bergulir, konfliknya makin pelik, tetapi masih di tingkat yang bisa kita nikmati.

Sementara kalian yang menunggu romansanya, bersiap-siaplah untuk dibuat terombang-ambing karena kedua pemeran utama kita akan diincar banyak orang. Untuk urusan romansa, yang mencuri perhatianku adalah kisah antara Seo Yul (Minhyun) dan Nak Su—iya, khsus mereka berdua, aku akan memanggilnya Nak Su. Kalian yang gampang terkena second-lead syndrome harus siap-siap ikut patah hati bersama Yul. Di sisi lain, mustahil untuk tidak mendukung Jang Uk dan Mu Deok. Perkembangan hubungan mereka dibangun dengan sangat baik sampai membuatmu tak akan tega melihat mereka jika harus berpisah.

Berikutnya, karena ini bergenre fantasi, aku terutama juga kagum dengan efek visual CGI-nya. Kualitas CGI-nya rapih sekali. Kemudian, ketika dipadukan dengan koreo pertarungan penyihir yang keren, kalian akan mendapatkan pengalaman menonton drakor yang berbeda. Aku selalu menyukai sihir dalam Alchemy of Souls.

Aku belum berencana menonton bagian keduanya, tetapi sepertinya akan kutonton. Bagaimanapun, kisah antara Jang Uk dan Nak Su belum usai, maka aku pasti akan menonton bagaimana akhirnya. Kalian bisa menonton trailer bagian pertamanya di sini.

***

The Good Bad Mother

(2023)

Judul

:

The Good Bad Mother

Sutradara

:

Shim Na Yeon

Produser eksekutif

:

Kim So Jung

Produser

:

Park Jun Seo, Park Cheol Soo

Penulis

:

Bae Se Young

Musim/Episode

:

1 Musim/14 episode

Pemeran

:

Ra Mi Ran, Lee Do Hyun, Ahn Eun Jin, Yoo In Soo

Genre

:

Drama keluarga, drama komedi, romantis, potongan kehidupan

The Good Mother adalah salah satu drakor paling sukses di tahun 2023. Drakor yang judul asli bahasa Korea-nya berarti Bad Mother ini bahkan masuk ke dalam daftar drakor dengan rating tertinggi dalam sejarah pertelevisian kabel di Korea. Kalian dapat menonton drakor satu ini di Netflix.

Ada seorang ibu bernama Jin Young Soon (Ra Mi Ran), yang bersama suaminya mengelola peternakan babi yang telah menjadi usaha turun-temurun. Namun, suatu hari ada pengusaha kontraktor yang ingin menggusur peternakan mereka. Karena menolak penggusuran, pengusaha tersebut membakar peternakan mereka, lalu menyuap seorang jaksa agar memanipulasi kasus tersebut sehingga dirinya dapat dinyatakan tak bersalah di pengadilan. Meskipun begitu, sang suami, Choi Hae Sik (Cho Jin Woong) tak menyerah mencari keadilan, tetapi dia bernasib malang karena harus meregang nyawa karenanya.

Karena merasa hancur, Jin Young Soon, yang pada saat itu sedang hamil besar, pindah ke desa lain dan memulai hidup baru di sana. Dia juga membangun kembali peternakan babinya dari awal. Dia melahirkan putra yang diberinya nama Choi Kang Ho (Lee Do Hyun); yang uniknya, lahir di hari yang sama dengan putri salah satu tetangga barunya—putri tersebut dinamai Lee Mi Joo (Ahn Eun Jin).

Demi bisa membalas kematian suaminya, Jin Young Soon mendidik Kang Ho dengan keras dan kejam agar Kang Ho dapat menjadi seorang jaksa. Akan tetapi, akibat pola didik yang seperti itu, Kang Ho tumbuh menjauh dari ibunya. Walaupun dia sungguhan menjadi jaksa, dia memutus hubungan dengan sang ibu, dan malah bekerja dengan sang pengusaha kontraktor jahat yang membunuh ayahnya dulu.

Akan tetapi, situasi berbalik ketika Kang Ho menjadi korban kecelakaan yang menyebabkannya terkena amnesia. Ingatan terakhir yang bisa Kang Ho ingat adalah ketika usianya 7 tahun, maka dia pun kembali bertingkah seperti anak kecil. Ini adalah kesempatan baru bagi Jin Young Soon dan Kang Ho untuk memulai lagi dari awal, tetapi Jin Young Soon juga harus mempersiapkan Kang Ho untuk menghadapi orang-orang jahat yang mengincarnya. Dapatkah Jin Young Soon mendapatkan keadilan yang dia inginkan melalui putranya yang sedang amnesia itu?

Jika dibilang ini termasuk drakor yang sukses, aku setuju banget. Drakor ini memang memiliki cerita yang sekuat itu, walau agak mengendur di akhir-akhir—but it’s okay. Drakor ini sendiri punya jumlah episode yang unik, yaitu 14; kebanyakan drakor terdiri atas 12 atau 16 episode, kecuali drakor orisinal Netflix yang biasanya 8 episode.

Yang paling aku suka dari drakor ini adalah caranya menggambarkan kompleksitas hubungan orang tua dan anak. Sisi orang tua ditampilkan oleh Jin Young Soon sebagai ibunya Kang Ho. Kalau menurut ilmu parenting yang sedang tren sekarang ini, dia adalah sosok orang tua toksik (toxic parent) yang mendidik anak dengan begitu kejam sampai-sampai melakukan kekerasan fisik dan emosional. Akan tetapi, kita sama-sama tahu mengapa Jin Young Soon sampai sejauh itu. Kita tahu betapa pahit dan traumatis masa lalunya sebab dia adalah orang yang lemah, tak berdaya. Oleh karena itu, dia ingin agar anaknya menjadi orang yang dapat melawan dan membela kepentingannya sendiri, orang yang punya kuasa.

Di sisi lain, sisi anak ditampilkan oleh Choi Kang Ho. Karakternya memperlihatkan bagaimana beratnya hidup anak yang kehidupannya diatur sedemikian rupa oleh ibunya, dilarang ini itu oleh ibunya, dan hanya boleh bergerak ke satu tujuan: menjadi jaksa—itupun karena tuntutan ibunbya juga. Sebenarnya, tak heran jika Kang Ho memilih memutuskan hubungan dengan Desa Jouri (desa tempatnya tumbuh besar), terutama dengan ibunya. Itu pilihan yang tidak bisa aku bilang salah, tetapi memang amat disayangkan hubungan orang tua dan anak tersebut harus menjadi seperti itu. Oh, jangan melupakan akting Lee Do Hyun yang bagus sekali; memang tepat dia yang memerankan Kang Ho sebab dia memiliki senyum seperti anak jahil sehingga cocok dengan karakter Kang Ho yang sedang amnesia seperti anak keicl.

(Spoiler alert) padahal jauh di dalam hatinya, Kang Ho ingin membalas dendam untuk ibunya. Aku merinding saat Kang Ho bilang bahwa dia ingin balas dendam kepada orang-orang itu bukan karena kematian ayahnya, tetapi karena mereka telah menghancurkan kehidupan ibunya sampai membuat ibunya menjadi sosok ibu yang jahat. Iya, hubungan yang pelik antara orang tua dan anak, bukan?

Akan tetapi, aku kurang suka karena sepertinya keluarga Jin Young Soon selalu dirundung kemalangan. Lagi dan lagi musibah menimpa mereka—rasanya jadi seperti sinetron. Memang terasa menyayat hati, seperti ketika (spoiler alert) babi-babi di peternakan Jin Young Soon harus dimusnahkan karena ada wabah menyakit kuku dan mulut. Di adegan tersebut, Jin Young Soon teringat dengan kematian orang-orang terkasih di sekelilingnya—orang tuanya, kakaknya, suaminya, dan kini babi-babinya meninggalkan dirinya. Oleh karena itulah aku berharap, setidaknya kita bisa melihat dirinya mendapat banyak kebahagiaan di akhir; tapi yang kita dapat terlalu sedikit, hahaha.

Selain drama ibu anak, ada juga elemen romansa antara Kang Ho dan salah satu gadis di desanya: Lee Mi Joo (Ahn Eun Jin). Aku salut sekali dengan sosok Mi Joo. Dia wanita yang sangat tangguh karena bisa mencintai Kang Ho sampai sebesar itu. Subplot hubungan mereka disajikan dengan baik sehingga bisa berjalan beriringan dengan plot utama tentang hubungan Kang Ho dan ibunya. Sepanjang menonton, selain menantikan Kang Ho dan ibunya, aku juga menantikan Kang Ho dan Mi Joo bersatu. Aku paling suka ketika masa-masa Kang Ho mempersiapkan ujiannya—mereka berdua sangat menggemaskan. Akan tetapi, ya lagi-lagi hubungan mereka mengalami kemalangan—makin terasa sinetron, kan?

Kemudian, aku juga senang sekali dengan kekompakkan warga Desa Jouri. Sepertinya, sekarang ada tren di drakor-drakor untuk menghadirkan sekolompok warga desa yang kompak dan mau bahu-membahu membantu tetangga (atau mungkin memang trennyas selalu begitu ya?). Drakor ini pun mengikuti pola tren tersebut dengan menampilkan para warga Desa Jouri yang hangat dan rukun. Aku terharu dengan kepedulian mereka terhadap sesama. Biarpun sehari-harinya mereka kadang seperti saling memusuhi, mereka tetap menangis dan mengulurkan bantuan untuk satu sama lain ketika ada yang terkena musibah. Melihat kehidupan mereka berbuah manis di akhir cerita terasa melegakan, aku ikut merasakan kepuasan. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

My Perfect Stranger

(2023)

Judul

:

My Perfect Stranger

Sutradara

:

Kang Soo Yeon, Lee Wong Hee

Produser eksekutif

:

Yoon Jae Hyuk

Produser

:

Ahn Chang Hyun, Lee Seung Bum

Penulis

:

Baek So Yeon

Musim/Episode

:

1 Musim/16 episode

Pemeran

:

Kim Dong Wook, Jin Ki Joo, Seo Ji Hye, Lee Won Jung

Genre

:

Fantasi, misteri, romantis

My Perfect Stranger adalah salah satu judul drakor yang tayang di tahun 2023. Menurutku sendiri, drakor ini underrated—tak banyak yang tahu, padahal termasuk bagus, terutama bagi penyuka genre misteri yang serial-killer trope dan genre romantis yang strangers-to-lovers trope. Drakor ini memiliki judul alternatif Run Into You dan A Chance Encounter, dan terjemahan langsung dari judul Korea-nya adalah Met You by Chance. Drakor satu ini bisa kalian tonton di Viu.

Yoon Hae Jun (Kim Dong Wook) adalah seorang pembaca berita ternama. Dia ingin hidup santai di masa depannya. Pada suatu ketika, dirinya menemukan mobil misterius yang ternyata adalah mesin waktu dari masa depan. Saat mencoba pergi ke masa depan, dia mendapati bahwa alih-alih hidup tenang, dirinya tewas dibunuh seorang pembunuh berantai yang dahulu pernah aktif di tahun 1987.

Baek Yoon Young (Jin Ki Joo) adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan buku. Dia lebih senang bekerja daripada bersama orang tuanya—entah sejak kapan, hubungannya dengan kedua orang tuanya tidak lagi akrab. Terutama dengan sang ayah yang dia benci sekali karena telah membuat keluarga mereka kesusahan. Akan tetapi, dia sekarang harus menelan penyesalan ketika ibunya meninggal mendadak.

Pada sebuah pertemuan tak disengaja, keduanya bertemu dan terjebak di tahun 1987. Hae Jun ingin menangkap pelaku pembunuhan berantai agar bisa mencegah kematiannya di masa depan. Yoon Young ingin mencegah kedua orang tuanya bertemu dan menikah. Yang mereka tidak tahu adalah tujuan mereka berkaitan. Dapatkah mereka mencapai tujuan masing-masing dan mengubah nasib?

Salah satu hal yang menarik bagiku dari drakor ini adalah elemen misterinya. Drakor ini memiliki misteri yang bikin geregetan. Sudah berteori ke mana-mana mengenai siapa pelakunya, tetapi selalu saja ada hal yang terlewat. Padahal Hae Jun dan Yoon Young sudah mengumpulkan data yang banyak loh, tetapi si pelaku seakan bisa mengelabui mereka. Belum lagi keterlibatan pihak-pihak lain yang makin mempersulit situasi. Itu menjadikan kasus pembunuhan berantai ini bikin penasaran sampai akhir.

Akan tetapi, rasanya setelah akhirnya diketahui identitas pelakunya, aku merasa masih ada banyak tanda tanya yang perlu dijawab. Bagaimana dia memilih target, mengapa targetnya adalah mereka, serta (spoiler alert) mengapa dia membunuh Hae Jun dan ibunya Yoon Young di masa depan? Aku rasa seharusnya itu dijelaskan setelah identitas pelakunya diungkap—terutama ketika ternyata dia pelakunya.

Selain tentang pembunuhan berantai, sebenarnya drakor ini juga tentang orang tua dan anak. Di episode pertama, kita dapat melihat betapa Yoon Young tidak akur dengan kedua orang tuanya, yang berujung penyesalan besar. Terjebak di masa lalu ini baginya adalah sebuah kesempatan untuk mengubah nasib mereka dengan mencegah mereka bersatu. Namun, Yoon Young justru belajar banyak mengenai masa lalu kedua orang tuanya. Ibunya selalu merasa kesepian seakan tak ada yang mengerti dirinya, sementara ayahnya harus hidup susah karena kejaran polisi walau dia tak berbuat salah apa-apa.

Salah satu adegan yang paling menyesekkan hatiku—dan menjadi favoritku di drakor ini—adalah (spoiler alert) adegan ketika Yoon Young melihat ayahnya (versi muda) berjalan keluar dalam keadaan bonyok dan terpincang-pincang setelah dipukuli polisi. Di situ, Yoon Young akhirnya mengerti mengapa ayahnya menjadi sosok ayah yang dikenalnya. Sebelum menjadi orang tua kita, mereka juga pernah memiliki peran lain—mereka pernah menjadi anak, saudara, dan teman bagi orang lain; dan tentunya, mereka telah mengalami banyak hal ketika menjadi peran-peran tersebut. Semua pengalaman itulah yang membentuk mereka. Kita mustahil bisa mengerti sepenuhnya apa yang pernah mereka alami—termasuk penderitaan yang mereka alami.

Di samping itu, aku suka dengan elemen romansa di drakor ini yang sederhana. Romansanya beda banget dari drakor-drakor lain yang menampilkan pasangan bergairah dan mencintai dengan ugal-ugalan. My Perfect Stranger justru menampilkan Hae Jun dan Yoon Young sebagai pasangan yang biasa saja, tetapi tetap terasa romantis. Mereka adalah orang asing bagi satu sama lain, tetapi kesulitan yang mereka hadapi bersama membuat keduanya dekat, lalu saling peduli yang berujung saling cinta. Mereka melakukan apapun demi melindungi satu sama lain—dan itu romantis. Tak perlu adegan ciuman atau dialog cheesy yang seperti sinetron, hanya percakapan tentang harapan dan impian serta pegangan tangan saja bisa memperlihatkan romansa yang indah.

Kalau kalian butuh rekomendasi tontonan yang “hidden gem”, aku akan merekomendasikan My Perfect Stranger, drakor yang underrated ini. Walau kurang populer, bukan berarti drakor ini jelek ya. Silakan dicoba tonton dulu. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.

***

Celebrity

(2023)

Judul

:

Celebrity

Sutradara

:

Kim Cheol Kyu

Produser eksekutif

:

So Jae Hyun, Shin Ye Jin

Produser

:

Kim Young Kyu, Lee Ki Hyuk, Park Jin Hyung, Son Ki Won

Penulis

:

Kim Yi Young

Musim/Episode

:

1 Musim/12 episode

Pemeran

:

Park Gyu Young, Kang Min Hyuk, Lee Chung Ah, Lee Dong Gun, Jun Hyo Seong

Genre

:

Thriller, drama

Celebrity merupakan salah satu drakor orisinal Netflix yang tayang pada tahun 2023. Drakor ini sangat ramai dan mendapat banyak respons positif penonton. Ceritanya adalah tentang kehidupan gelap di balik sosok-sosok selebgram serta orang-orang yang iri kepada mereka. Kalian bisa menontonnya di Netflix.

Seo Ah Ri (Park Gyu Young) adalah seorang pedagang kosmetik keliling yang giat bekerja. Dahulu keluarganya adalah keluarga kaya, tetapi setelah bisnis ayahnya bangkrut, nasib keluarganya berbalik 180 derajat yang mengharuskannya menjadi tulang punggung keluarga. Pada saat itu, Ah Ri tidak tahu apa-apa tentang Instagram maupun selebgram. Sampai suatu hari dia tak sengaja bertemu dengan teman SMA-nya yang sekarang seorang selebgram terkenal, Oh Min Hye (Jun Hyo Seong).

Ah Ri melihat betapa kehidupan Min Hye kontras dengan dirinya. Min Hye yang terkenal di Instagram memiliki bisnis yang mampu menghasilkan omzet yang sangat besar. Kehidupan selebgram membuat Ah Ri penasaran, lalu dirinya pun mencobanya sendiri, menjadi selebgram. Namun, memanjat tangga popularitas di Instagram bukanlah perkara mudah, ada harga yang harus dibayar. Ada banyak orang iri yang akan berusaha menjatuhkannya. Ah Ri pun terjebak dalam dunia penuh tipu dan toksik tersebut. Sayangnya, itu harus ditebus dengan nyawanya sendiri.

Berbulan-bulan kemudian, setelah dinyatakan mati bunuh diri, Seo Ah Ri sang selebgram kembali. Dia mengadakan siaran langsung melalui akun Instagramnya untuk membongkar orang-orang yang berkomplot untuk menyingkirkannya. Mungkinkah Ah Ri sungguhan kembali dari kematian? Akan dia berhasil menjatuhkan orang-orang yang telah mencuranginya?

Menurutku, drakor ini menarik banget. Aku tertarik karena penasaran ingin melihat selebgram-selebgram berpemikiran dangkal berkelahi, hahaha. Jika kalian suka melihat para selebgram atau pembuat konten (content creator) bertengkar, ya begitulah kenyataannya. Serial ini memperlihatkan kenyataan tersebut.

Salah satu pembelajaran yang bisa diambil dari drakor ini adalah jangan menjadikan para selebgram sebagai teladan moral. Hanya karena mereka membuat konten hiburan untuk masyarakat umum, bukan berarti mereka bisa menjadi teladan. Mereka pasti berbuat salah, dan itu manusiawi, kecuali kesalahan berupa tindakan kriminal yang disengaja maupun tak disengaja ya. Intinya adalah jangan berekspektasi para pembuat konten tersebut memiliki moral yang sempurna. Apa yang mereka perlihatkan di depan kamera pasti sudah direkayasa agar mendukung image positif mereka.

Kemudian, menurutku drakor ini juga menyindir gaya hidup bermewah-mewahan yang dipamerkan para pembuat konten di media sosial. Konten yang memamerkan barang-barang mewah dan bermerek, serta berapa harganya sudah sangat banyak berseliweran. Akan tetapi, konten tersebut tanpa disadari mempromosikan gaya hidup berlebih-lebihan dan hedonisme. Mungkin terlihat sederhana, padahal efeknya serius. Konten-konten tersebut mendorong orang untuk meningkatkan konsumsi, bahkan ketika kemampuan keuangannya tak menyanggupi sehingga mereka pun berutang—atau bahkan mencari uang dengan cara yang tidak halal. Para influencer tersebut tetap bertanggung jawab untuk itu karena merekalah yang membuat kemewahan seakan menjadi standar hidup. Padahal, lagi-lagi apa yang tampak di kamera bukan kebenaran utuh. Para selebgram tersebut mungkin hanya memamerkan barang-barang bagus milik mereka (atau mungkin sebenarnya bukan milik mereka sama sekali), tetapi menyembunyikan yang lain-lain di belakang kamera.

Selain itu, drakor ini pun menunjukkan kepada kita bahwa menjadi selebgram memiliki sisi gelapnya sendiri. Sekarang, banyak anak bercita-cita menjadi pembuat konten karena itu (tampaknya) pekerjaan mudah yang menghasilkan banyak uang. Padahal, selain sorot lampu dan ketenaran yang ditawarkannya, ada dunia gelap bagi para pembuat konten. Dalam drakor ini, (spoiler alert) hal tersebut diperlihatkan oleh perkumpulan selebgram Gabin Lady Society yang diam-diam menggunakan narkoba dan melakukan tindakan kriminal lainnya. Satu perbuatan buruk akan menimbulkan perbuatan buruk berikutnya. Ah Ri yang terjebak dalam situasi tersebut akhirnya terbebani rasa bersalah yang mengguncang keadaan mentalnya.

Belum lagi dengan komentar-komentar kebencian dari para warganet. Di media sosial, orang-orang dapat dengan mudah memberikan komentar penuh kebencian kepada orang lain—begitu mudahnya menghakimi orang lain, begitu mudahnya memfitnah orang lain. Realitas tersebut pun dirasakan Ah Ri ketika dirinya sudah terkenal. Bagi warganet biasa, menuliskan komentar seperti itu rasanya tidak masalah karena mereka dapat bersembunyi di balik anonimitas mereka. Padahal, informasi di internet bisa dimanipulasi, maka penting untuk tidak reaktif dalam memberikan komentar, terutama ketika kebenaran utuhnya belum diketahui, karena komentar-komentar tersebut bisa berdampak nyata bagi orang lain—dan itu termasuk mendorong orang untuk bunuh diri.

Hal menarik lain dari drakor ini bukan cuma kritik sosialnya loh, ada juga elemen misteri-thriller mengenai kematian Seo Ah Ri yang akan membuat kalian penasaran. Sejujurnya, itulah yang membuatku hooked dengan serial ini—selain pertengkaran para selebgram berpikiran dangkal tadi, hahaha. Aku penasaran apakah Seo Ah Ri yang sedang siaran langsung di Instagram adalah Seo Ah Ri yang sebenarnya atau bukan. Apakah dia kembali dari kematian? Jika itu bukan dia, lalu siapa? Dan bagaimana dia bisa mati in the first place? Misteri tersebut mendorongku untuk menyelesaikan drakor ini.

Ada juga elemen romansa antara Seo Ah Ri dan Han Ju Kyung (Kang Min Hyuk). Akan tetapi, mereka bukan pasangan favoritku. Aku merasa kemesraan mereka hambar, walau memang lumayan menarik untuk diikuti. Meskipun begitu, Han Ju Kyung punya peran penting untuk perjalanan karir Ah Ri sebagai selebgram. Dan terlepas dari sifatnya yang terlihat congkak karena datang dari keluarga tajir, dia selalu memberikan support untuk Ah Ri. Oh omong-omong, aku juga sudah lama banget tidak melihat Kang Min Hyuk main di drama; terakhir sepertinya memang The Heirs.

Tokoh lain yang menarik perhatianku ialah Yoon Si Hyeon (Lee Chung Ah). Dia terlihat sangat cantik dan dewasa. Aku suka karakternya yang bijaksana dan penyabar. Walau berasal dari keluarga kaya raya, dia tidak pernah membeda-bedakan orang. Dia merangkul sispapun, termasuk Ah Ri yang mulanya bukan berasal dari kalangan elit. (Spoil alert) ku mulanya agak khawatir kalau cerita ini akan jadi cinta segitiga antara Ah Ri, Ju Kyung, dan Si Hyeon, tetapi ternyata tidak sama sekali—aku lega banget. Aku senang karena peran Si Hyeon dibuat sebegitu bagus sehingga memperlihatkan bahwa dia perempuan independen yang tangguh.

Menurutku pribadi, drakor ini sebaiknya tak hanya ditonton untuk hiburan, tapi juga pembelajaran. Isunya lekat dengan realitas sehari-hari kita, terutama yang suka beraktivitas di media sosial. Aku merekomendasikan serial ini kepada kalian yang tertarik menjadi selebgram, pembuat konten, atau para timnya yang bekerja di balik layar. Kalian bisa melihat trailer-nya di sini.


Sebelumnya

Selanjutnya

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 



[1] Hashira adalah posisi tertinggi bagi para pembunuh iblis dalam organisasi Korps Demon Slayer.

Komentar