Serial TV Terfavorit 2023
Halo! Akhirnya aku kembali dengan beberapa rekomendasi serial TV dari judul-judul yang kutonton di tahun 2023. Seharusnya tulisan ini diunggah sejak lama, tetapi aku kehilangan mood untuk menulisnya. Di pertengahan tahun, selera menontonku berkurang dan itu memengaruhi mood-ku untuk menulis. Aku hanya menonton judul-judul yang ramai, tidak banyak mengeksplorasi. Kemudian, aku berusaha untuk menuntaskan rekomendasi serial TV ini agar konsisten serta sebagai sebuah komitmen kepada diri sendiri. Menunda tak masalah, yang penting jangan tak diselesaikan sama sekali, hahaha. So here it is! Semoga kalian bisa mendapatkan rekomendasi menarik dalam daftar ini.
***
Daftar isi:
***
Demon Slayer: Swordsmith Village arc
Season
3
(2021–on going)
Judul
|
:
|
Demon
Slayer (Kimetsu no Yaiba)
|
Sutradara
|
:
|
Sotozaki
Haruo
|
Penulis
|
:
|
Ufotable
|
Produser
|
:
|
Fujio
Akifumi, Miyake Masanori, Takahashi Yuuma, Kondo Hikaru (season 1),
Takano Takahashi (season 2)
|
Musim/Episode
|
:
|
3
Musim/55 episode (on going)
|
Pengisi
suara
|
:
|
Hanae
Natsuki, Kitou Akari, Okamoto Nobuhiko, Hanazawa Kana, Kawanishi Kengo
|
Genre
|
:
|
Petualangan,
dark fantasy, seni
bela diri, historical
fantasy , shounen
|
Demon
Slayer adalah sebuah serial anime yang
diadaptasi dari manga berjudul sama karya Koyoharu Gotouge. Judul versi Bahasa
Jepang-nya adalah “Kimetsu no Yaiba.” Manga
Demon Slayer, per Februari 2021,
memiliki 150 juta copy dalam
peredaran, termasuk versi digitalnya, sehingga dia menjadi serial manga
kesembilan yang paling best-selling
sepanjang masa. Kalian dapat menonton Demon Slayer di Bilibili.tv,
Netflix, Viu, Vidio.com, Catchplay, Disney+ Hotstar, dan iQIYI.
Pada saat aku menulis reviu ini, Demon Slayer musim
keempat baru saja tayang, hehehe. Jadi, sudah agak terlambat, tapi tak apa.
Cerita Demon Slayer mengambil latar waktu
pada era Taishou (1912–1926). Di
zaman itu, hidup seorang pemuda bernama Kamado Tanjiro (Hanae Natsuki) yang
mendapati seluruh keluarganya tewas dibunuh oleh iblis. Satu-satunya anggota
keluarganya yang selamat ialah adiknya, Kamado Nezuko (Kitou Akari), tetapi
Nezuko pun telah berubah menjadi iblis.
Tanjiro lalu bergabung dengan sebuah organisasi
rahasia, bernama Korps Demons Slayer, organisasi
pendekar pedang yang bertujuan membasmi iblis. Dengan menjadi anggota Korps Demon Slayer, Tanjiro berharap dapat
menemukan cara untuk mengembalikan adiknya menjadi manusia. Maka dari itu,
Tanjiro dengan membawa Nezuko ke mana-mana, serta ditemani dua temannya,
Agatsuma Zenitsu (Shimono Hiro) dan Hashibara Inosuke (Matsuoka Yoshitsugu),
melakukan petualangan untuk melawan iblis-iblis dan mencari cara menyembuhkan
Nezuko.
Di musim ketiga ini, kita melihat petualangan
Tanjiro dan teman-teman di Desa Pengerajin Pedang. Setelah menyelesaikan
misinya bersama Hashira
Suara, Uzui Tengen (Konishi Katsuyuki) dan tubuhnya sudah pulih dari
luka-luka akibat pertarungan, Tanjiro dan Nezuko pergi ke Desa Pengerajin
Pedang untuk menemui Haganezuka-san (Namikawa Daisuke), pengerajin pedangnya
Tanjiro. Mereka ingin meminta Haganezuka-san agar mau membuatkan Tanjiro pedang
baru.
Namun, setibanya di Desa Pengerajin Pedang,
Haganezuka-san menolak permintaan Tanjiro. Alih-alih, sambil terus membujuk si pengerajin
pedang, Tanjiro berlatih agar menjadi pendekar pedang yang lebih mahir. Di sana
bahkan, Tanjiro bertemu dengan dua orang Hashira lain.
Akan tetapi, ketenangan di Desa Pengerajin Pedang
terpaksa rusak saat muncul dua Iblis Bulan Atas yang menyerang desa tersebut.
Dapatkah Tanjiro, Nezuko, dan teman-teman mengalahkan kedua iblis tersebut dan
menyelamatkan desa?
Sejauh ini, bisa dibilang ini adalah musim
favoritku di anime Demon Slayer. Iya, mungkin banyak yang tidak sepakat
denganku, tetapi aku tetap mantap pada pernyataanku tadi. Salah satu alasannya
adalah karena di musim ini, muncul dua Hashira favoritku, hahaha.
Secara cerita, musim ini menarik karena kita
melihat Desa Pengerajin Pedang yang menyuplai Korps Demon Slayer dengan
pedang nichirin—pedang khusus untuk membunuh iblis—terbaik. Konsep
desanya pun unik ya, sebab lokasinya dirahasiakan dan cara mengaksesnya pun
khusus. Bahkan, para anggota Korps Demon Slayer yang ingin ke sana tak
boleh tahu lokasinya. Di desa tersebut pun kita mendapatkan sedikit petunjuk
tentang sosok pendekar pedang pertama yang menggunakan teknik pernapasan—teknik
berpedang yang memanfaatkan pernapasan terkonsentrasi penuh yang digunakan pembunuh iblis—dalam bertarung.
Kemudian, di musim ketiga ini kita bertemu dengan
tokoh-tokoh baru. Yang pertama adalah Shinazugawa Genya (Okamoto Nobuhiko). Dia
salah satu anak yang lulus bersama dengan Tanjiro dalam ujian masuk Korps Demon
Slayer pada musim pertama. Ternyata, dia adalah adik dari Hashira Angin,
tetapi mereka memiliki hubungan yang kurang akur karena masa lalu pahit mereka.
(Spoiler alert) dulu, ibu mereka berubah menjadi iblis, lalu si kakak
terpaksa membunuhnya, tetapi Genya yang pada saat itu tak mengerti apa-apa
malah menyalahkan kakaknya karena telah membunuh ibu mereka—sebuah nasib yang
kejam. Itu adalah konflik kakak adik yang menyesakkan sekali. Selain itu,
keunikan Genya adalah cara bertarungnya. Dia memakan iblis sehingga dapat
berubah menjadi iblis untuk sementara waktu. Menarik banget kan?
Tokoh baru yang kedua adalah Tokito Muichiro
(Kawanishi Kengo), sang Hashira Kabut. Dia adalah Hashira termuda,
bahkan usianya jauh lebih muda daripada Tanjiro; tetapi level skill bertarungnya
luar biasa. Di musim ini, akan diceritakan tentang masa lalu Tokito-san, yang lebih
baik kalian tahu dengan menonton sendiri karena sedih banget.
Episode yang menceritakan masa lalu Tokito-san
merupakan episode yang sedih dan epik. Teknik pernapasan kabut milik Tokito-san
ditampilkan dengan keren sekali, menunjukkan betapa besar gap antara
kekuatannya dengan kekuatan iblis yang dilawannya. Di sisi lain, cerita masa
lalu Tokito-san pun bisa disampaikan dengan begitu indah, dan menambah kesan
epik pada pertarungannya. Pokoknya, episode tersebut dapat dirangkum dalam tiga
kata: sedih, indah, dan epik. Sebuah pengalaman menonton anime yang
menyenangkan.
Tokoh baru yang ketiga adalah Kanroji Mitsuri
(Hanazawa Kana), sang Hashira Cinta. Well, salah satu hal menarik
dari karakternya adalah fan service-nya, hahaha. Namun, lebih dari itu,
aku suka pada pendalaman karakternya. Kanroji-san menjadi representasikan
perempuan kuat yang harus berbenturan dengan norma masyarakat. Diceritakan (spoiler
alert) bahwa sejak kecil Kanroji-san memiliki otot yang begitu kuat dan
makan dalam porsi yang sangat besar.
Akan tetapi, hal itu malah menghambatnya bertemu
jodoh. Tiap laki-laki yang dia kenal menganggapnya aneh karena memiliki otot
kuat dan nafsu makan besar tersebut, juga karena warna rambutnya. Maka, demi
bisa diterima para laki-laki, Kanroji-san mengubah dirinya dengan bersikap
lebih feminin, tak menunjukkan bahwa dirinya kuat, menahan nafsu makannya walau
harus kelaparan, dan mengecat warna rambutnya. Semua demi bisa sesuai dengan
norma masyarakat.
Aku senang sekali ketika dia berhenti dan malah
bergabung dengan Korps Demon Slayer. Dia tak perlu mengubah dirinya agar
sesuai dengan ekspektasi siapa-siapa. Dia tak perlu membatasi dirinya demi
laki-laki manapun. Karakternya membawa pesan tersebut kepada kaum perempuan di
luar sana. Karakter Kanroji-san menjadi contoh agar kaum perempuan jangan mau
membatasi diri mereka demi laki-laki; jika laki-laki tersebut tak bisa menerima
kelebihan kalian, artinya mereka tidak pantas untuk kalian. Alih-alih, karena Kanroji-san
malah bergabung dengan Korps Demon Slayer dan terus berlatih sampai
berada di level Hashira, dirinya bertemu dengan orang-orang hebat
lainnya, dengan laki-laki yang selevel dengan dirinya. Ketika seorang perempuan
hebat terus mengasah kehebatannya, pada akhirnya dia akan bertemu laki-laki
hebat juga; maka tak perlu pusing memikirkan laki-laki payah yang hanya ingin
menghambat perempuan.
Selain mengenai representasi perempuan melalui
latar belakangnya tersebut, karakter Kanroji-san menarik karena teknik
penapasannya: pernapasan cinta. Secara visual, teknik pernapasan tersebut
sepertinya adalah yang paling cantik. Gaya bertarung Kanroji-san seperti para
atlet gymnastic dan penari balet—begitu gemulai dan elegan. Namun, dia
juga tampil dengan sangat kuat. Betul-betul sosok strong woman
yang tak ada lawan.
Selain para tokoh barunya, Tanjiro pun tampil
dengan sangat keren loh. Di musim ini memang dia tidak ditemani Zenitsu dan
Inosuke, tapi di musim ini Tanjiro mengalami perkembangan karakter yang luar
biasa. Teknik tarian dewa api miliknya makin bagus. Dia menampilkan jurus-jurus
yang lebih keren lagi daripada musim sebelumnya—kalian harus menontonnya
sendiri.
Ditambah lagi, dramanya dengan Nezuko di episode
terakhir itu sempurna. Aku yang sudah melihatnya saat membaca manganya saja
tetap menangis. Visualnya cantik banget—kualitas film, bukan serial TV.
Pembuat animenya berhasil me-elevate drama tersebut menjadi sajian yang
menyenangkan mata dan menyentuh hati. Episode tersebut memang turning point yang
sangat penting dari cerita Demon Slayer, dan Ufotable sukses besar
menyajikannya kepada penonton.
Terakhir, aku suka dengan
soundtrack-nya Kizuna no Kiseki
oleh Man with a Mission dan Milet. Kalian
yang penasaran dengan trailer musim pertamanya dapat menontonnya di sini dan trailer musim
ketiganya dapat menontonnya di sini.
***
Never Have I Ever
Season 4
(2023)
Judul
|
:
|
Never
Have I Ever
|
Pencipta
|
:
|
Mindy
Kaling, Lang Fisher
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Mindy
Kaling, Lang Fisher, Howard Klein, David Miner, Tristram Shapeero
|
Musim/Episode
|
:
|
4
Musim/40 episode
|
Pemeran
|
:
|
Maitreyni
Ramakrishnan, Poorna Jagannathan, Richa Moorjani, Darren Barnet, Jaren
Lewison, Ramona Young, Lee Rodriguez, Megan Suri
|
Genre
|
:
|
Drama
komedi, coming
of age, komedi romantis, drama remaja
|
Never
Have I Ever merupakan sebuah serial drama
remaja ciptaan Mindy Kaling dan Lang Fisher. Mindy Kaling mengatakan bahwa
serial ini diciptakannya berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Boston. Never
Have I Ever telah menjadi serial yang sangat berpengaruh dalam mematahkan
stereotip orang-orang Asia Selatan. Kalian dapat menonton Never Have I Ever
di Netflix.
Never Have I Ever bercerita tentang kehidupan seorang gadis remaja keturunan
India, bernama Devi Vishwakumar (Maitreyi Ramakrishnan), yang harus menghadapi
masa remaja yang rumit setelah dia kehilangan ayahnya secara mendadak. Kematian
sang ayah sangat mengguncang Devi sampai dia sempat mengalami kelumpuhan kaki
dan permasalahan psikis selama beberapa bulan. Itu semua menghancurkan reputasi
Devi di sekolah.
Devi pun ingin membangun kembali reputasinya.
Dengan bantuan kedua sahabatnya, Eleanor Wong (Ramona Young) dan Fabiola Torres
(Lee Rodriguez), Devi berusaha mendekati anak laki-laki paling ganteng di
sekolahnya, Paxton Hall-Yoshida (Darren Barnet). Namun, dia juga harus
berurusan dengan rivalnya di sekolah, Benjamin “Ben” Gross (Jaren Lewison),
yang tak pernah berhenti mengganggunya dan teman-temannya. Di sisi lain, Devi
harus membangun hubungan harmonis dengan ibunya, padahal mereka tidak pernah
akur.
Kalau kalian belum pernah menonton Never Have
I Ever, sebaiknya kalian berhenti di sini karena setelah ini ada banyak spoiler. Kalian dapat menonton trailer musim pertamanya di
sini.
Di musim keempat, ketika kembali melihat Devi di
tahun terakhirnya di SMA. Setelah “malam” dengan Ben yang berakhir canggung,
Ben me-ghosting Devi yang membuat gadis tersebut frustrasi. Ketika tahun
ajaran selanjutnya dimulai, Devi mendapati ternyata Ben memiliki pacar baru,
namanay Margot (Victoria Moroles). Tentu Devi merasa sangat dicampakkan. Tak
dia sangka Ben melakukan itu padanya. Akan tetapi, tak butuh waktu lama bagi
Devi untuk menemukan cowok baru: Ethan Morales (Michael Cimino). Semua akan
sempurna, pikir Devi. Bagaimanakah akhirnya masa-masa terakhir Devi di SMA?
Akankah sesuai dengan yang ia impikan?
Akhirnya serial yang kuikuti dari musim
pertamanya ini tiba juga di musim terakhirnya. Menyaksikan perkembangan Devi
sepanjang musim seperti melihat adik perempuan sendiri tumbuh dewasa. Devi
masih gadis emosional dan gegabah yang ambisius, tetapi dia telah menjadi lebih
dewasa dan bijaksana dalam bersikap. Dia masih ingin memiliki pacar ganteng,
tetapi tidak lagi seputus asa itu.
Sebagaimana sebuah cerita bergenre coming of
age, serial ini menyorot perkembangan karakter Devi. Dia sekarang sudah
menjadi lebih dewasa, walau sesekali masih bersikap kekanak-kanakan—but
she’s less enoying now, hahaha. Sebagai contoh, ketika dia bertengkar
dengan Margot dan Fabiolla, Devi memang sempat kelepasan dan bertindak menurut
emosi sesaatnya, tetapi lalu diikuti dengan dirinya meminta maaf dengan tulus.
Bahkan, dalam salah satu sesi konsultasi Devi
dengan terapisnya, Dr. Jamie Ryan (Niecy Nash), sang terapis mengatakan bahwa
Devi telah mengalami perkembangan karakter yang luar biasa. Dia tumbuh menjadi
gadis yang membanggakan. Itu suatu cara yang unik untuk membuat penonton
kembali mengingat Devi di musim pertama.
Yang aku suka dari musim ini adalah beberapa
masalah yang Devi hadapi itu relatable dengan pengalamanku pribadi.
Seperti Devi, aku juga pernah mengalami tidak diterima di universitas manapun
dan dengan panik harus mencari universitas mana lagi yang masih membuka
pendaftaran. Kemudian, ketika Devi merasa begitu emosional saat mengemas barang-barangnya
sebelum berangkat kuliah, aku turut merasakan apa yang dirasakannya. Bagiku,
berkemas adalah kegiatan yang emosional, seperti pengingat bahwa kita harus
pergi dan menyudahi cerita senang di sini. Kalian juga merasa emosional saat
berkemas, tidak?
Sayangnya, ketika Devi mengalami perkembangan
karaker yang bagus, tokoh-tokoh lainnya tidak. Eleanor mungkin yang
perkembangan karakternya lumayan bagus dengan segala problemnya menentukan
rencana karir masa depan, tetapi tetap saja terasa seadanya. Fabiolla justru
lebih buruk sebab di musim ini dia terlihat terlalu plin plan menentukan
pilihan kuliah, padahal karakernya adalah gadis yang punya perencanaan baik.
Sementara itu, Kamala Nandiwadal (Richa Moorjani) yang biasanya mendapatkan
subplot yang bagus, kali ini memiliki screentime yang sangat sedikit
dengan subplot yang tidak jelas. Lebih parah lagi dengan Aneesa Qureshi (Megan
Suri), dirinya hampir tak mendapatkan screentime.
Kembali lagi ke Devi, di samping perkembangan
karakternya, hal menarik darinya di musim ini adalah perjalanan cintanya. Di
awal, kita dapat melihat Devi telah menjadi gadis yang cukup populer. Dia pun
dengan mudah mendapat pacar baru, cowok terganteng saat itu setelah Paxton
lulus, yakni Ethan, tapi hubungan mereka tak bertahan lama. Yang menarik adalah
fakta bahwa Devi tak lagi seorang gadis yang putus asa untuk memiliki pacar
cowok ganteng. Dia tahu mana cowok yang tepat untuk dia, yang baik untuk dia. She
knows her worth. Aku bangga banget.
Sementara itu, hubungannya dengan Ben memang di
awal agak menyebalkan dengan segala omong kosong drama remaja mereka. Namun,
itu sesuatu yang perlu mereka lalui supaya mereka tahu siapa yang benar-benar
mereka inginkan. Harus aku akui, sebagai Tim Ben sejak awal, aku senang sekali
dengan akhir cerita mereka berdua, hahaha.
Kemudian, masih ada Paxton—iya, aku merasa
kemunculannya kembali di musim ini agak aneh setelah dia lulus SMA di musim
sebelumnya. Untung saja dia mendapatkan subplot yang tepat. Sebenarnya, apa
yang dialami Paxton realistis—terkadang kita merasa ternyata tidak cocok dengan
apa yang telah kita dapatkan melalui usaha kita, ternyata itu tak sesuai
harapan kita. Paxton menunjukkan bahwa tidak masalah jika kita mengubah jalan
dan memulai lagi dari awal.
Secara umum, aku masih
lebih suka musim ketiga, tetapi musim keempat ini tidak buruk—karena tertolong
dengan perkembangan karakter Devi. Kurasa, musim terakhir ini akan sangat relatable
bagi kalian yang akan lulus SMA atau baru lulus SMA. Kalian dapat menonton trailer-nya
di sini.
***
Skip and Loafer
(2023)
Judul
|
:
|
Skip
and Loafer
|
Sutradara
|
:
|
Deai
Kotomi
|
Penulis
|
:
|
Deai
Kotomi
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/12 episode (on going)
|
Pengisi
suara
|
:
|
Kurosawa
Tomoyo, Egoshi Akinori, Terasaki Yuka, Uchida Maaya, Han Megumi, Saiga
Mitsuki
|
Genre
|
:
|
Potongan
kehidupan, coming
of age, komedi romantis, drama
remaja, seinen
|
Skip and Loafer merupakan serial anime yang diadaptasi dari serial manga
karya Takamatsu Misaki dan diproduksi oleh studio P.A. Works. Pada tahun 2024,
ada 2,3 juta copy manganya di peredaran. Anime ini juga menjadi yang
paling sukses pada musim semi tahun 2023 lalu. Kalian dapat menontonnya di
Bilibili.tv dan Netflix.
Iwakura Mitsumi (Kurosawa Tomoyo) adalah seorang
gadis yang baru saja masuk SMA. Dia berasal dari desa kecil yang sepi di
Prefektur Ishikawa yang terletak di wilayah utara Jepang. Dia merantau ke Tokyo
demi melanjutkan sekolahnya. Gadis yang begitu optimistis dan pintar itu
berharap dapat menggapai cita-citanya untuk menjadi PNS, lalu menjadi pejabat
di pemerintahan supaya bisa membangun daerah asalnya.
Akan tetapi, rupanya Tokyo tak semudah itu
ditaklukkan. Di hari pertamanya sekolah saja dia hampir terlambat dan tak bisa
mengikuti upacara penerimaan siswa baru. Namun, insiden kecil itu
mempertemukannya dengan cowok rupawan yang ternyata adalah teman sekolahnya,
Shima Sousuke (Egoshi Akinori). Berkat Shima-kun, Mitsumi-chan bisa bernapas
lega. Akan tetapi, bisakah Mitsumi-chan menghadapi hari-hari berikutnya di SMA
tetap dengan ceria?
Meskipun sekilas cerita anime ini tampak biasa
saja—mungkin membosankan bagi beberapa orang—anime ini memiliki tempat
tersendiri bagiku. Aku menyukainya karena ceritanya terasa relatable
secara personal. Jangan heran ya kalau di reviu ini aku akan banyak menggunakan
kata “relate”, hehehe.
Daya tarik utama dari anime ini adalah
protagonisnya: Mitsumi-chan. Dia adalah gadis lugu, optimistis, ambisius, dan
tekun. Dia memiliki tujuan dan dengan gigih berusaha meraihnya. Dia
mengingatkanku pada diriku di masa SMP dan SMA yang berpikir bahwa jalan menuju
sukses itu mudah. Ternyata, jalan menuju sukses penuh lika liku dan absurd,
hahaha. Namun, yang aku suka darinya adalah bagaimanapun kesulitan dan
kegagalan yang dia hadapi, dia menghadapinya dengan pikiran positif. Namun, dia
bukan orang berpikiran positif yang menyebalkan, malah dia menyenangkan,
membuat teman-teman di sekitarnya ikut merasa senang. “Aku adalah orang yang
sering terjatuh secara mencolok. Tapi aku juga sangat mahir dalam bangkit
kembali!” Itulah dialog Mitsumi-chan yang membekas bagiku yang membuatku sangat
menyukai karakternya.
Selain itu, bagiku pribadi permasalahan yang
dihadapi Mitsumi-chan terasa relatable. Aku tahu bahwa bersekolah di
tempat yang anak-anaknya punya pergaulan high class itu sulit; membuat
kesan pertama yang baik itu sulit; membuat teman baru itu sulit; berusaha
tambil bergaya itu sulit; menjadi murid yang aktif kontributif itu sulit;
menyeimbangkan antara belajar dan kegiatan nonakademik di sekolah itu sulit;
mendengar ada teman yang berbicara jelek tentang kita di belakang kita itu
sulit; berusaha tetap berpikiran positif dan senyum bagaimanapun keadaannya itu
sulit; dan konsisten mengejar target itu sulit. Aku rasa itu hal lain yang
membuat karater Mitsumi-chan menarik, yaitu dia begitu lekat bagi banyak orang,
seakan kita bisa melihat diri kita padanya. Ditambah lagi, anime ini, walaupun
temanya kehidupan sekolah, targetnya adalah orang dewasa, maka mungkin bagi
penonton yang sudah lulus SMA akan merasa sedikit nostalgia melihat
Mitsumi-chan dan teman-temannya.
Karakter utama laki-lakinya, Shima-kun, juga tak
kalah menarik loh. Baik hati, namun terasa kesepian—itulah deskripsi
Mitsumi-chan terhadap Shima-kun. Aku pikir, hanya Mitsumi-chan yang menyadari
hal tersebut. Karakter Shima-kun memang menarik karena dia seperti terlihat
baik-baik saja di luar, padahal ada banyak kegalauan di hatinya. “Kalian yang
terus bisa melangkah tanpa ragu-ragu, jauh lebih mempesona… dan terasa jauh.” That
dialog hit me hard, karena (yup) relatable sekali. Aku bisa mengerti
yang Shima-kun rasakan di adegan itu karena aku sendiri pernah mengalaminya.
Sayangnya, karakter Shima-kun belum dieksplorasi sepenuhnya, sepertinya masih
banyak cerita yang ditawarkan Shima-kun.
Di samping kedua tokoh utamanya tersebut, para
tokoh pendukungnya juga tak kalah menarik. Yang aku suka ialah masing-masing
karakter dirancang khusus agar realistis, tak aneh-aneh sebagaimana yang
biasanya kita lihat di anime-anime. Ada Makoto-chan (Han Megumi) yang tampak
culun dan sederhana. Dia insecure dengan penampilannya dan selalu merasa
terintimidasi dengan anak-anak perempuan yang terlihat stylish dan
cantik, maka dia menjauhi serta bersikap dingin kepada mereka. Ada Yuzu-chan
(Uchida Maaya) yang cantik dan dikagumi banyak anak laki-laki. Namun, dia muak
dengan itu semua karena orang-orang hanya menilainya dari paras cantiknya saja,
padahal dia juga punya kelebihan-kelebihan lain. Ada Mika-chan (Terasaki Yuka)
yang manis dan suka cari perhatian. Dia adalah tipe anak perempuan yang selalu
memperhitungkan segalanya, mulai dari penampilan sampai pergaulan, dan ingin
menjadi cewek populer di sekolah, tetapi terkadang dia bersikap seperti bermuka
dua. Namun, menurutku karakter Mika-chan lebih kompleks daripada itu, dan
perlahan-lahan dia mengalami perkembangan karakter yang bagus. Aku harap di
musim selanjutnya karakternya lebih dieksplorasi lagi.
Meskipun genrenya komedi romantis, romansanya itu
tipis sekali. Aku justru suka yang begitu karena makin terasa kepolosan anak
SMA-nya. Hubungan Mitsumi-chan dan Shima-kun justru lebih terasa platonic,
tetapi kalian pasti bisa merasakan bahwa keduanya tertarik pada satu sama lain.
Mungkin, ini yang akan dikembangkan di musim selanjutnya ya.
Tak hanya penokohannya, menurutku daya tarik
anime ini juga terletak pada art style-nya. Desain karakter Mitmusi-chan
tampak sederhana sekali, agak berlawanan dengan tren sekarang yang berusaha
membuat tokoh utama seunik mungkin. Tokoh-tokoh lainnya juga memiliki desain
yang sederhana yang sangat sesuai dengan karakter mereka. Ditambah lagi, colot
palette-nya terlihat manis dengan warna-warni pastelnya.
Yang tidak kalah manis adalah intro pembukanya.
Intro pembukanya menggemaskan sekali dengan menampilkan Mitsumi-chan dan
Shima-kun yang menari dengan lagu Mellow oleh Suda Keina. Outro penutupnya juga tampak sederhana dan
menggemaskan dengan lagu Hanauta
to Mawari Michi oleh Aida Rikako. Bisa dibilang, anime ini menunjukkan bahwa
kesederhanaan yang terasa lekat merupakan daya tarik yang tak bisa dilawan.
Sayangnya, sejauh ini
belum ada informasi apa-apa kapan musim keduanya tayang. Semoga segera ada
informasi ya. Kalian dapat menonton trailer-nya di sini.
***
A Tale of Thousand Stars
(2021)
Judul
|
:
|
A
Tale of Thousand Stars
|
Sutradara
|
:
|
“Aof”
Noppharnach Chaiwimol
|
Penulis
|
:
|
“Aof”
Noppharnach Chaiwimol, “Bee” Pongsate Lucksameepong
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/10 episode
|
Pemeran
|
:
|
“Mix”
Sahaphap Wongratch, “Earth” Pirapat Watthanasetsiri, “Aye” Sarunchana
Apisamaimongkol, “Champ” Nattharat Kornkaew, “Nammon” Krittanai Arsalprakit,
“Khaotung” Thanawat Rattanakitpaisan, “Drake” Sattabut Laedeke, “White” Nawat
Phumphotingam
|
Genre
|
:
|
Boys’ love,
drama
|
A Tale of Thousand Stars merupakan serial BL (boys’ love) asal Thailand produksi
GMMTV. Serial ini diadaptasi dari novel dengan judul serupa karya Bacteria.
Serial yang tayang pada tahun 2021 ini mendapatkan banyak tanggapan positif
dari penonton. Kalian bisa menontonnya di kanal Youtube GMMTV.
Tian Sopasitsakun (“Mix” Sahaphap Wongratch)
memiliki penyakit jantung yang hanya dapat disembuhkan dengan transplantasi
jantung. Setelah mengetahui kenyataan pahit tersebut, Tian memilih menghabiskan
hari-harinya dengan foya-foya seakan dia akan mati esok. Namun, pada suatu
malam dia kolaps akibat kondisi jantungnya tersebut. Dia harus segera
mendapatkan donor jika ingin selamat.
Tian
lalu membuka mata, mendapati bahwa di tubuhnya sudah ada jantung baru. Dia
pikir itu pasti karena campur tangan ayahnya yang seorang pejabat negara
sehingga dia bisa mendapatkan donor secepat itu. Tian lalu mencari tahu siapa
pemilik asli jantung tersebut, yang ternyata adalah seorang perempuan seusianya
bernama Torfun Chareonpon (“Aye” Sarunchana Apisamaimongkol), yang tewas dalam
sebuah kecelakaan tragis.
Melalui
buku harian Torfun yang ditemukannya, Tian mencari tahu siapa Torfun. Dia
adalah seorang guru sukarelawan di desa Pha Pun Dao, sebuah desa terpelosok di
wilayah utara Thailand, yang dekat perbatasan negara. Tian membaca bagaimana
Torfun sangat menikmati hari-harinya di desa tersebut, walaupun tempat itu
begitu terpencil. Tian iri dengan kebahagiaan yang Torfun rasakan, karena dia
belum pernah merasakannya.
Kemudian,
Tian pun memutuskan untuk meneruskan hidup Torfun. Dia lalu pergi juga menjadi
guru sukarelawan di desa tersebut. Di sanalah dia bertemu Ketua Phupa (“Earth” Pirapat
Watthanasetsiri), seorang polisi hutan dan laki-laki yang Torfun sukai. Namun,
meskipun dirinya sudah kesusahan beradaptasi dengan lingkungan desa dan berbaur
dengan masyarkat, Ketua Phupa malah berusaha membuatnya menyerah. Akan tetapi,
karena tekadnya sudah bulat, Tian bertahan. Dapatkah Tian melanjutkan kehidupan
Torfun dan menemukan kebahagiaannya sendiri di desa Pha Pun Dao?
Dari semua judul serial BL Thailand yang pernah
kutonton, A Tale of Thousand Stars memiliki konsep yang paling berbeda.
Drama BL Thailand lain biasanya tentang mahasiswa, siswa sekolah, atau teman
kerja dengan latar perkotaan; A Tale of Thousand Stars justru tentang
seorang guru sukarelawan dan polisi hutan dengan latar pedesaan yang begitu
asri. Menonton serial ini terasa adem berkat latar desanya yang memanjakan mata
dengan warna hijau alaminya. Bahkan, ternyata kru produksinya membangun latar
desa ini dari nol, bukan menggunakan desa yang sudah ada—keren banget ya.
Ditambah dengan soundtrack-nya,
lengkaplah suasana pedesaannya.
Tak hanya menyuguhkan suasana pedasaan yang asri,
serial ini pun mengangkat permasalahan daerah-daerah pelosok di Thailand.
Ketiadaan listrik dan sinyal, jarak yang jauh ke fasilitas pelayanan
masyarakat, masyarakat yang berpendidikan rendah, tengkulak yang menipu dan
memanipulasi harga hasil bumi, serta penyelundupan barang-barang terlarang
merupakan permasalahan yang diangkat dalam cerita ini. Memang sih itu latarnya
di Thailand, tetapi aku yakin di Indonesia hal-hal tersebut juga terjadi. Maka
dari itu, serial ini pun bisa meningkatkan awareness kita terhadap
kesenjangan yang terjadi di daerah-daerah pelosok dan perbatasan.
Sementara itu, cerita utamanya sendiri amat
menyentuh dan indah. Salah satu poin cerita ini adalah usaha Tian untuk
meneruskan hidup mendiang Torfun. Pendekatannya agak mirip dengan drakor Hometown
Cha-cha-cha (baca reviunya di sini): orang kota
metropolitan datang ke desa untuk bekerja, lalu kesulitan berbaur dengan
masyarkaat desa dan malah jatuh hati dengan orang lokal. Yang aku suka dari
Tian adalah dia tidak ditampilkan klise—tidak ada adegan Tian tampak bertingkat
manja atau jijik dengan lingkungan di desa tersebut. Dia tetap kesusahan, baik
beradaptasi dengan lingkungan pedesaan dan berbaur dengan warga, tetapi dia tidak
pernah tampak menyerah. Itu mempertegas keseriusan Tian, yang membuatku
menyukai karakternya.
Aku suka adegan ketika Tian yang teringat ucapan
Pak Wanai, ketua yayasan guru sukarelawan. Pak Wanai berpesan: ketika Tian
merasa lelah, merasa dirinya tidak becus, merasa ingin menyerah, dirinya harus
ingat masa tersulit yang pernah dia lewati sebelumnya supaya menguatkan hatinya
bahwa dia bisa melewati kesulitan ini juga.
Setelahnya, Tian mengalami perkembangan karakter
yang sangat membanggakan. Perjalanannya ke desa Pha Pun Dao merupakan
perjalanannya untuk menemukan diri, tujuan, dan kebahagiaan. Dengan mengikuti
jejak mendiang Torfun, Tian belajar banyak hal dari murid-muridnya serta warga
desa lainnya. Dalam salah satu episode, Tian bilang aneh rasanya bahwa di
tempat yang tak ada listrik dan internet tersebut, dirinya merasa lebih bahagia
daripada yang pernah dia rasakan seumur hidupnya. Serial ini mengajarkan kita
bahwa kebahagiaan dapat ditemukan pada hal dan momen sederhana dalam hidup. Itu
sebuah konklusi yang sangat menghangatkan hati.
Cerita ini juga merupakan perjalanan Tian untuk
bisa memaafkan dirinya. Tian merasa bersalah sebab dirinya yang selama ini
menyia-nyiakan hidup malah selamat, sedangkan Torfun yang begitu baik hati dan
mendedikasikan diri untuk hal positif harus meniggal. Rasa bersalah Tian diplot
dengan rapih sehingga aku bisa ikut merasakan sesaknya rasa bersalah tersebut. Pada
salah satu episode, Khama (“Thanom” Witaya Jethapai) sang kepala desa
mengatakan bahwa yang lebih sulit daripada meminta maaf adalah memaafkan, apalagi
memaafkan diri sendiri. That line hit so hard.
Sementara itu, romansa dalam serial BL ini memberikan
kesan yang agak berbeda. Romansa slow-burn antara Tian dan Ketua Phupa merupakan
enemy-to-lover trope. Selain itu, dalam hubungan tersebut, keduanya
memiliki perbedaan usia yang cukup jauh—Tian masih kuliah, sementara Phupa
sudah berusia 30-an. Maka dari itu, tidak heran jika Phupa terkesan lebih
dewasa daripada Tian.
Yang aku kurang suka sebenarnya adalah ada
terlalu banyak fan service. Entahlah, aku merasa agak risih saja dengan fan
service tersebut. Apalagi ada yang berlebihan sehingga terkesan terlalu mengobjektifikasi
aktornya. That was so unnecessary.
Akan tetapi, hubungan keduanya menunjukkan hubungan
yang sehat antara dua orang dewasa. Ketika banyak cerita romansa yang
menekankan pengorbanan besar-besaran demi cinta, Tian dan Phupa tak seperti
itu. Mereka berkomunikasi dengan baik soal hubungan mereka dan membuat
keputusan paling rasional tanpa mengutamakan ego. Hal tersebut terlihat ketika
(spoiler alert) Phupa meminta agar Tian menyelesaikan dulu kuliahnya
alih-alih menetap di desa tersebut. Phupa sadar bahwa Tian punya masa depan
cerah dan perjalanan yang masih panjang, dan Phupa akan menunggunya. Itu
keputusan yang realistis dan rasional. Hubungan yang baik seharusnya begitu,
mendorong satu sama lain untuk maju dan menjadi lebih baik.
A Tale of Thousand Star adalah serial yang menghangatkan hati dan bisa menjadi bahan
refleksi diri. Ada banyak pesan moral yang bisa dipetik dari ceritanya. This
is highly recommended. Kalian bisa menonton trailer-nya di sini.
***
Alchemy of Souls
Part 1
(2022)
Judul
|
:
|
Alchemy
of Souls
|
Sutradara
|
:
|
Park
Joon Hwa
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Jang
Jeong Do, Lee Yong Ok, Lee Soo Beom
|
Produser
|
:
|
Ahn
So Jeong
|
Penulis
|
:
|
Hong
Jung Eun, Hong Mi Ran
|
Musim/Episode
|
:
|
2
Musim/30 episode
|
Pemeran
|
:
|
Lee
Jae Wook, Jung So Min, Hwang Min Hyun, Go Youn Jung, Yoo Jun Sang, Yoo In
Soo, Oh Na Ra, Lee Do Kyung, Arin, Shin Seung Ho, Hong Seo Hee
|
Genre
|
:
|
Fantasi
sejarah, action, romantis, high fantasy
|
Alchemy of Souls merupakan salah satu drakor paling ramai diperbincangkan pada
tahun 2022 lalu. Drakor ini mendulang banyak pujian dari penonton.
Penayangannya dibagi menjadi dua bagian; bagian pertama tayang dari 18 Juni
2022 s.d. 28 Agustus 2022 dan terdiri atas 20 episode, dan bagian keduanya
tayang dari 10 Desember 2022 s.d. 8 Januari 2023 dan terdiri atas 10 episode.
Sampai saat ini, aku baru menonton bagian pertamanya saja, belum bagian
keduanya—yang entah kapan akan kutonton. Kalian bisa menonton Alchemy of
Souls di Netflix.
Drakor ini berlatar di sebuah negeri fiksi
bernama Daeho, yang suasana dan kebudayaannya terinspirasi dari Korea pada era
Joseon, tetapi sistem sihirnya terinspirasi dari mitologi Tionghoa. Iya, drakor
ini memang berbeda dari drakor-drakor lain, tetapi serial sejenis sudah ada
banyak di Tionghoa. Drakor bergenre fantasi sejarah ini bercerita tentang lika liku
para penyihir muda di Daeho yang harus menghadapi takdir mereka akibat ilmu
sihir terlarang: alkimia jiwa.
Cerita bermula ketika seorang penyihir buron
bernama Nak Su (Go Youn Jung) sedang dikejar oleh para penyihir dari Songrim
(semacam otoritas dan sekolah penyihir di Daeho). Nak Su lalu menggunakan
teknik sihir terlarang untuk melarikan diri: alkimia jiwa, yang dapat menukar
jiwa di antara dua orang. Namun, jiwanya malah terjebak dalam tubuh gadis lemah
dan buta bernama Mu Deok (Jung So Min).
Nak Su lalu diam-diam menjalani hidup sebagai Mu
Deok, sambil memikirkan cara untuk bisa kembali ke tubuh aslinya. Akan tetapi,
penyamarannya sebagai Mu Deok diketahui oleh Jang Uk (Lee Jae Wook), pewaris
klan Jang, salah satu klan penyihir terhebat di Daeho. Masa lalu pelik yang
dialami kedua orang tuanya membuat ayah Jang Uk, Jang Gang (Joo Sang Wook) yang
begitu dihormati, mengunci energi sihir Jang Uk sehingga dia tak dapat
menggunakan sihir.
Jang Uk lalu menawarkan kesepakatan kepada Nak
Su: dia akan membantu Nak Su mendapatkan tubuh aslinya kembali, sementara Nak
Su harus membantunya membuka kuncian energinya serta melatihnya ilmu sihir.
Sementara itu, Nak Su dapat bekerja sebagai pelayan pribadinya dengan nama Mu
Deok. Kesepakatan tersebut pun disetujui, lalu dimulailah perjalanan keduanya
yang tanpa disadari membuat mereka makin dekat dan menumbuhkan cinta. Dapatkah
Jang Uk dan Mu Deok menghadapi rintangan yang telah disimpan takdir di hadapan
mereka?
Aku terkejut saat pertama kali menonton drakor
ini karena ternyata ini naskahnya orisinal, bukan adaptasi webtoon atau buku,
maupun adaptasi film atau serial lain. Itu mengagumkan karena worldbuilding serial 30 episode ini solid. Aku tertarik sekali dengan
sistem sihirnya, sistem sosial dan kebudayaannya, serta latarnya. Hanya saja,
karena ini orisinal dan aku kurang familiar dengan referensinya, aku agak
kesulitan untuk memahami keseluruhan worldbuilding-nya itu. Apalagi, di
awal kita diberikan banyak istilah yang membuatku agak kebingungan. Belum lagi
menghafal nama-nama tokohnya—sebaiknya semua tokoh dihapal karena semuanya
punya peran signifikan. Memang agak berat untuk memulai menonton drakor ini.
Kemudian, meskipun dibuka dengan menarik, di
beberapa episode pertama aku sempat bosan dengan ceritanya. Kita sudah diberi
tahu situasi Nak Su/Mu Deok (sepertinya setelah ini aku akan menyebutnya Mu
Deok saja) dan Jang Uk sehingga kita memiliki gambaran arah ceritanya ingin
seperti apa. Namun, untuk menuju ke sana banyak sekali berputar-putarnya. Ada
banyak konflik lain dulu yang dialami Jang Uk dan Mu Deok, yang menurutku
berfungsi untuk memperkenalkan tokoh-tokoh pendukung dan memperkuat hubungan
antara Jang Uk dan Mu Deok. Hanya saja, bagian itu sedikit terlalu bertele-tele
yang membuatku bosan duluan.
Namun setelah itu, ceritanya jadi menarik sekali.
Bahkan, mungkin salah satu alasannya adalah cerita yang agak terlalu
bertele-tele tadi, sebab pada bagian itulah kedekatan Jang Uk dan Mu Deok
dibangun. Setelahnya, cerita jadi makin seru karena kita melihat perjuangan
Jang Uk untuk menjadi penyihir terbaik di Songrim, juga beberapa subplot lain
yang dialami para tokoh pendukungnya. Memang ada banyak subplot, tetapi
semuanya disusun dengan rapih sehingga terasa pas. Kalian yang suka
menunggu-nunggu plot twist juga akan puas karena ada beberapa twists yang
pastinya menambah drama dan keseruan drakor ini. Pokoknya, makin cerita
bergulir, konfliknya makin pelik, tetapi masih di tingkat yang bisa kita
nikmati.
Sementara kalian yang menunggu romansanya,
bersiap-siaplah untuk dibuat terombang-ambing karena kedua pemeran utama kita
akan diincar banyak orang. Untuk urusan romansa, yang mencuri perhatianku
adalah kisah antara Seo Yul (Minhyun) dan Nak Su—iya, khsus mereka berdua, aku
akan memanggilnya Nak Su. Kalian yang gampang terkena second-lead syndrome
harus siap-siap ikut patah hati bersama Yul. Di sisi lain, mustahil untuk tidak
mendukung Jang Uk dan Mu Deok. Perkembangan hubungan mereka dibangun dengan
sangat baik sampai membuatmu tak akan tega melihat mereka jika harus berpisah.
Berikutnya, karena ini bergenre fantasi, aku
terutama juga kagum dengan efek visual CGI-nya. Kualitas CGI-nya rapih sekali. Kemudian,
ketika dipadukan dengan koreo pertarungan penyihir yang keren, kalian akan
mendapatkan pengalaman menonton drakor yang berbeda. Aku selalu menyukai sihir
dalam Alchemy of Souls.
Aku belum berencana
menonton bagian keduanya, tetapi sepertinya akan kutonton. Bagaimanapun, kisah
antara Jang Uk dan Nak Su belum usai, maka aku pasti akan menonton bagaimana
akhirnya. Kalian bisa menonton trailer bagian pertamanya di sini.
***
The Good Bad Mother
(2023)
Judul
|
:
|
The
Good Bad Mother
|
Sutradara
|
:
|
Shim
Na Yeon
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Kim
So Jung
|
Produser
|
:
|
Park
Jun Seo, Park Cheol Soo
|
Penulis
|
:
|
Bae
Se Young
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/14 episode
|
Pemeran
|
:
|
Ra
Mi Ran, Lee Do Hyun, Ahn Eun Jin, Yoo In Soo
|
Genre
|
:
|
Drama
keluarga, drama komedi, romantis, potongan kehidupan
|
The Good Mother adalah salah satu drakor paling sukses di tahun 2023. Drakor
yang judul asli bahasa Korea-nya berarti Bad Mother ini bahkan masuk ke
dalam daftar drakor dengan rating tertinggi dalam sejarah
pertelevisian kabel di Korea.
Kalian dapat menonton drakor satu ini di Netflix.
Ada seorang ibu bernama Jin Young Soon (Ra Mi
Ran), yang bersama suaminya mengelola peternakan babi yang telah menjadi usaha
turun-temurun. Namun, suatu hari ada pengusaha kontraktor yang ingin menggusur
peternakan mereka. Karena menolak penggusuran, pengusaha tersebut membakar
peternakan mereka, lalu menyuap seorang jaksa agar memanipulasi kasus tersebut
sehingga dirinya dapat dinyatakan tak bersalah di pengadilan. Meskipun begitu,
sang suami, Choi Hae Sik (Cho Jin Woong) tak menyerah mencari keadilan, tetapi
dia bernasib malang karena harus meregang nyawa karenanya.
Karena merasa hancur, Jin Young Soon, yang pada
saat itu sedang hamil besar, pindah ke desa lain dan memulai hidup baru di
sana. Dia juga membangun kembali peternakan babinya dari awal. Dia melahirkan
putra yang diberinya nama Choi Kang Ho (Lee Do Hyun); yang uniknya, lahir di
hari yang sama dengan putri salah satu tetangga barunya—putri tersebut dinamai
Lee Mi Joo (Ahn Eun Jin).
Demi bisa membalas kematian suaminya, Jin Young
Soon mendidik Kang Ho dengan keras dan kejam agar Kang Ho dapat menjadi seorang
jaksa. Akan tetapi, akibat pola didik yang seperti itu, Kang Ho tumbuh menjauh
dari ibunya. Walaupun dia sungguhan menjadi jaksa, dia memutus hubungan dengan
sang ibu, dan malah bekerja dengan sang pengusaha kontraktor jahat yang
membunuh ayahnya dulu.
Akan tetapi, situasi berbalik ketika Kang Ho
menjadi korban kecelakaan yang menyebabkannya terkena amnesia. Ingatan terakhir
yang bisa Kang Ho ingat adalah ketika usianya 7 tahun, maka dia pun kembali
bertingkah seperti anak kecil. Ini adalah kesempatan baru bagi Jin Young Soon
dan Kang Ho untuk memulai lagi dari awal, tetapi Jin Young Soon juga harus
mempersiapkan Kang Ho untuk menghadapi orang-orang jahat yang mengincarnya. Dapatkah
Jin Young Soon mendapatkan keadilan yang dia inginkan melalui putranya yang
sedang amnesia itu?
Jika dibilang ini termasuk drakor yang sukses,
aku setuju banget. Drakor ini memang memiliki cerita yang sekuat itu, walau
agak mengendur di akhir-akhir—but it’s okay. Drakor ini sendiri punya
jumlah episode yang unik, yaitu 14; kebanyakan drakor terdiri atas 12 atau 16
episode, kecuali drakor orisinal Netflix yang biasanya 8 episode.
Yang paling aku suka dari drakor ini adalah
caranya menggambarkan kompleksitas hubungan orang tua dan anak. Sisi orang tua
ditampilkan oleh Jin Young Soon sebagai ibunya Kang Ho. Kalau menurut ilmu parenting
yang sedang tren sekarang ini, dia adalah sosok orang tua toksik (toxic
parent) yang mendidik anak dengan begitu kejam sampai-sampai melakukan
kekerasan fisik dan emosional. Akan tetapi, kita sama-sama tahu mengapa Jin
Young Soon sampai sejauh itu. Kita tahu betapa pahit dan traumatis masa lalunya
sebab dia adalah orang yang lemah, tak berdaya. Oleh karena itu, dia ingin agar
anaknya menjadi orang yang dapat melawan dan membela kepentingannya sendiri,
orang yang punya kuasa.
Di sisi lain, sisi anak ditampilkan oleh Choi
Kang Ho. Karakternya memperlihatkan bagaimana beratnya hidup anak yang
kehidupannya diatur sedemikian rupa oleh ibunya, dilarang ini itu oleh ibunya,
dan hanya boleh bergerak ke satu tujuan: menjadi jaksa—itupun karena tuntutan
ibunbya juga. Sebenarnya, tak heran jika Kang Ho memilih memutuskan hubungan
dengan Desa Jouri (desa tempatnya tumbuh besar), terutama dengan ibunya. Itu
pilihan yang tidak bisa aku bilang salah, tetapi memang amat disayangkan
hubungan orang tua dan anak tersebut harus menjadi seperti itu. Oh, jangan
melupakan akting Lee Do Hyun yang bagus sekali; memang tepat dia yang
memerankan Kang Ho sebab dia memiliki senyum seperti anak jahil sehingga cocok
dengan karakter Kang Ho yang sedang amnesia seperti anak keicl.
(Spoiler alert) padahal jauh di dalam
hatinya, Kang Ho ingin membalas dendam untuk ibunya. Aku merinding saat Kang Ho
bilang bahwa dia ingin balas dendam kepada orang-orang itu bukan karena
kematian ayahnya, tetapi karena mereka telah menghancurkan kehidupan ibunya
sampai membuat ibunya menjadi sosok ibu yang jahat. Iya, hubungan yang pelik
antara orang tua dan anak, bukan?
Akan tetapi, aku kurang suka karena sepertinya
keluarga Jin Young Soon selalu dirundung kemalangan. Lagi dan lagi musibah
menimpa mereka—rasanya jadi seperti sinetron. Memang terasa menyayat hati,
seperti ketika (spoiler alert) babi-babi di peternakan Jin Young Soon
harus dimusnahkan karena ada wabah menyakit kuku dan mulut. Di adegan tersebut,
Jin Young Soon teringat dengan kematian orang-orang terkasih di
sekelilingnya—orang tuanya, kakaknya, suaminya, dan kini babi-babinya
meninggalkan dirinya. Oleh karena itulah aku berharap, setidaknya kita bisa
melihat dirinya mendapat banyak kebahagiaan di akhir; tapi yang kita dapat
terlalu sedikit, hahaha.
Selain drama ibu anak, ada juga elemen romansa
antara Kang Ho dan salah satu gadis di desanya: Lee Mi Joo (Ahn Eun Jin). Aku
salut sekali dengan sosok Mi Joo. Dia wanita yang sangat tangguh karena
bisa mencintai Kang Ho sampai sebesar itu. Subplot hubungan mereka disajikan
dengan baik sehingga bisa berjalan beriringan dengan plot utama tentang
hubungan Kang Ho dan ibunya. Sepanjang menonton, selain menantikan Kang Ho dan
ibunya, aku juga menantikan Kang Ho dan Mi Joo bersatu. Aku paling suka ketika
masa-masa Kang Ho mempersiapkan ujiannya—mereka berdua sangat menggemaskan.
Akan tetapi, ya lagi-lagi hubungan mereka mengalami kemalangan—makin terasa
sinetron, kan?
Kemudian, aku juga senang
sekali dengan kekompakkan warga Desa Jouri. Sepertinya, sekarang ada tren di
drakor-drakor untuk menghadirkan sekolompok warga desa yang kompak dan mau
bahu-membahu membantu tetangga (atau mungkin memang trennyas selalu begitu ya?).
Drakor ini pun mengikuti pola tren tersebut dengan menampilkan para warga Desa
Jouri yang hangat dan rukun. Aku terharu dengan kepedulian mereka terhadap
sesama. Biarpun sehari-harinya mereka kadang seperti saling memusuhi, mereka
tetap menangis dan mengulurkan bantuan untuk satu sama lain ketika ada yang
terkena musibah. Melihat kehidupan mereka berbuah manis di akhir cerita terasa
melegakan, aku ikut merasakan kepuasan. Kalian dapat menonton trailer-nya
di sini.
***
My Perfect Stranger
(2023)
Judul
|
:
|
My
Perfect Stranger
|
Sutradara
|
:
|
Kang
Soo Yeon, Lee Wong Hee
|
Produser
eksekutif
|
:
|
Yoon
Jae Hyuk
|
Produser
|
:
|
Ahn
Chang Hyun, Lee Seung Bum
|
Penulis
|
:
|
Baek
So Yeon
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/16 episode
|
Pemeran
|
:
|
Kim
Dong Wook, Jin Ki Joo, Seo Ji Hye, Lee Won Jung
|
Genre
|
:
|
Fantasi,
misteri, romantis
|
My Perfect Stranger adalah salah satu judul drakor yang tayang di tahun 2023.
Menurutku sendiri, drakor ini underrated—tak banyak yang tahu, padahal
termasuk bagus, terutama bagi penyuka genre misteri yang serial-killer trope
dan genre romantis yang strangers-to-lovers trope. Drakor ini
memiliki judul alternatif Run Into You dan A Chance Encounter,
dan terjemahan langsung dari judul Korea-nya adalah Met You by Chance.
Drakor satu ini bisa kalian tonton di Viu.
Yoon Hae Jun (Kim Dong Wook) adalah seorang
pembaca berita ternama. Dia ingin hidup santai di masa depannya. Pada suatu
ketika, dirinya menemukan mobil misterius yang ternyata adalah mesin waktu dari
masa depan. Saat mencoba pergi ke masa depan, dia mendapati bahwa alih-alih
hidup tenang, dirinya tewas dibunuh seorang pembunuh berantai yang dahulu
pernah aktif di tahun 1987.
Baek Yoon Young (Jin Ki Joo) adalah seorang
editor di sebuah perusahaan penerbitan buku. Dia lebih senang bekerja daripada
bersama orang tuanya—entah sejak kapan, hubungannya dengan kedua orang tuanya
tidak lagi akrab. Terutama dengan sang ayah yang dia benci sekali karena telah
membuat keluarga mereka kesusahan. Akan tetapi, dia sekarang harus menelan
penyesalan ketika ibunya meninggal mendadak.
Pada sebuah pertemuan tak disengaja, keduanya
bertemu dan terjebak di tahun 1987. Hae Jun ingin menangkap pelaku pembunuhan
berantai agar bisa mencegah kematiannya di masa depan. Yoon Young ingin
mencegah kedua orang tuanya bertemu dan menikah. Yang mereka tidak tahu adalah
tujuan mereka berkaitan. Dapatkah mereka mencapai tujuan masing-masing dan
mengubah nasib?
Salah satu hal yang menarik bagiku dari drakor
ini adalah elemen misterinya. Drakor ini memiliki misteri yang bikin geregetan.
Sudah berteori ke mana-mana mengenai siapa pelakunya, tetapi selalu saja ada
hal yang terlewat. Padahal Hae Jun dan Yoon Young sudah mengumpulkan data yang
banyak loh, tetapi si pelaku seakan bisa mengelabui mereka. Belum lagi
keterlibatan pihak-pihak lain yang makin mempersulit situasi. Itu menjadikan
kasus pembunuhan berantai ini bikin penasaran sampai akhir.
Akan tetapi, rasanya setelah akhirnya diketahui
identitas pelakunya, aku merasa masih ada banyak tanda tanya yang perlu
dijawab. Bagaimana dia memilih target, mengapa targetnya adalah mereka, serta (spoiler
alert) mengapa dia membunuh Hae Jun dan ibunya Yoon Young di masa depan?
Aku rasa seharusnya itu dijelaskan setelah identitas pelakunya diungkap—terutama
ketika ternyata dia pelakunya.
Selain tentang pembunuhan berantai, sebenarnya
drakor ini juga tentang orang tua dan anak. Di episode pertama, kita dapat
melihat betapa Yoon Young tidak akur dengan kedua orang tuanya, yang berujung
penyesalan besar. Terjebak di masa lalu ini baginya adalah sebuah kesempatan
untuk mengubah nasib mereka dengan mencegah mereka bersatu. Namun, Yoon Young
justru belajar banyak mengenai masa lalu kedua orang tuanya. Ibunya selalu
merasa kesepian seakan tak ada yang mengerti dirinya, sementara ayahnya harus
hidup susah karena kejaran polisi walau dia tak berbuat salah apa-apa.
Salah satu adegan yang paling menyesekkan
hatiku—dan menjadi favoritku di drakor ini—adalah (spoiler alert) adegan
ketika Yoon Young melihat ayahnya (versi muda) berjalan keluar dalam keadaan
bonyok dan terpincang-pincang setelah dipukuli polisi. Di situ, Yoon Young
akhirnya mengerti mengapa ayahnya menjadi sosok ayah yang dikenalnya. Sebelum
menjadi orang tua kita, mereka juga pernah memiliki peran lain—mereka pernah
menjadi anak, saudara, dan teman bagi orang lain; dan tentunya, mereka telah
mengalami banyak hal ketika menjadi peran-peran tersebut. Semua pengalaman
itulah yang membentuk mereka. Kita mustahil bisa mengerti sepenuhnya apa yang
pernah mereka alami—termasuk penderitaan yang mereka alami.
Di samping itu, aku suka dengan elemen romansa di
drakor ini yang sederhana. Romansanya beda banget dari drakor-drakor lain yang
menampilkan pasangan bergairah dan mencintai dengan ugal-ugalan. My Perfect
Stranger justru menampilkan Hae Jun dan Yoon Young sebagai pasangan yang
biasa saja, tetapi tetap terasa romantis. Mereka adalah orang asing bagi satu
sama lain, tetapi kesulitan yang mereka hadapi bersama membuat keduanya dekat,
lalu saling peduli yang berujung saling cinta. Mereka melakukan apapun demi melindungi
satu sama lain—dan itu romantis. Tak perlu adegan ciuman atau dialog cheesy
yang seperti sinetron, hanya percakapan tentang harapan dan impian serta
pegangan tangan saja bisa memperlihatkan romansa yang indah.
Kalau kalian butuh
rekomendasi tontonan yang “hidden gem”, aku akan merekomendasikan My
Perfect Stranger, drakor yang underrated ini. Walau kurang populer,
bukan berarti drakor ini jelek ya. Silakan dicoba tonton dulu. Kalian dapat
menonton trailer-nya di sini.
***
Celebrity
(2023)
Judul
|
:
|
Celebrity
|
Sutradara
|
:
|
Kim
Cheol Kyu
|
Produser
eksekutif
|
:
|
So
Jae Hyun, Shin Ye Jin
|
Produser
|
:
|
Kim
Young Kyu, Lee Ki Hyuk, Park Jin Hyung, Son Ki Won
|
Penulis
|
:
|
Kim
Yi Young
|
Musim/Episode
|
:
|
1
Musim/12 episode
|
Pemeran
|
:
|
Park
Gyu Young, Kang Min Hyuk, Lee Chung Ah, Lee Dong Gun, Jun Hyo Seong
|
Genre
|
:
|
Thriller,
drama
|
Celebrity merupakan
salah satu drakor orisinal Netflix yang tayang pada tahun 2023. Drakor ini
sangat ramai dan mendapat banyak respons positif penonton. Ceritanya adalah
tentang kehidupan gelap di balik sosok-sosok selebgram serta orang-orang yang
iri kepada mereka. Kalian bisa menontonnya di Netflix.
Seo Ah Ri (Park Gyu Young) adalah seorang
pedagang kosmetik keliling yang giat bekerja. Dahulu keluarganya adalah
keluarga kaya, tetapi setelah bisnis ayahnya bangkrut, nasib keluarganya
berbalik 180 derajat yang mengharuskannya menjadi tulang punggung keluarga.
Pada saat itu, Ah Ri tidak tahu apa-apa tentang Instagram maupun selebgram.
Sampai suatu hari dia tak sengaja bertemu dengan teman SMA-nya yang sekarang
seorang selebgram terkenal, Oh Min Hye (Jun Hyo Seong).
Ah Ri melihat betapa kehidupan Min Hye kontras dengan
dirinya. Min Hye yang terkenal di Instagram memiliki bisnis yang mampu
menghasilkan omzet yang sangat besar. Kehidupan selebgram membuat Ah Ri
penasaran, lalu dirinya pun mencobanya sendiri, menjadi selebgram. Namun,
memanjat tangga popularitas di Instagram bukanlah perkara mudah, ada harga yang
harus dibayar. Ada banyak orang iri yang akan berusaha menjatuhkannya. Ah Ri
pun terjebak dalam dunia penuh tipu dan toksik tersebut. Sayangnya, itu harus
ditebus dengan nyawanya sendiri.
Berbulan-bulan kemudian, setelah dinyatakan mati
bunuh diri, Seo Ah Ri sang selebgram kembali. Dia mengadakan siaran langsung
melalui akun Instagramnya untuk membongkar orang-orang yang berkomplot untuk
menyingkirkannya. Mungkinkah Ah Ri sungguhan kembali dari kematian? Akan dia
berhasil menjatuhkan orang-orang yang telah mencuranginya?
Menurutku, drakor ini menarik banget. Aku tertarik
karena penasaran ingin melihat selebgram-selebgram berpemikiran dangkal berkelahi,
hahaha. Jika kalian suka melihat para selebgram atau pembuat konten (content
creator) bertengkar, ya begitulah kenyataannya. Serial ini memperlihatkan
kenyataan tersebut.
Salah satu pembelajaran yang bisa diambil dari
drakor ini adalah jangan menjadikan para selebgram sebagai teladan moral. Hanya
karena mereka membuat konten hiburan untuk masyarakat umum, bukan berarti
mereka bisa menjadi teladan. Mereka pasti berbuat salah, dan itu manusiawi,
kecuali kesalahan berupa tindakan kriminal yang disengaja maupun tak disengaja
ya. Intinya adalah jangan berekspektasi para pembuat konten tersebut memiliki
moral yang sempurna. Apa yang mereka perlihatkan di depan kamera pasti sudah
direkayasa agar mendukung image positif mereka.
Kemudian, menurutku drakor ini juga menyindir
gaya hidup bermewah-mewahan yang dipamerkan para pembuat konten di media
sosial. Konten yang memamerkan barang-barang mewah dan bermerek, serta berapa
harganya sudah sangat banyak berseliweran. Akan tetapi, konten tersebut
tanpa disadari mempromosikan gaya hidup berlebih-lebihan dan hedonisme. Mungkin
terlihat sederhana, padahal efeknya serius. Konten-konten tersebut mendorong orang
untuk meningkatkan konsumsi, bahkan ketika kemampuan keuangannya tak
menyanggupi sehingga mereka pun berutang—atau bahkan mencari uang dengan cara
yang tidak halal. Para influencer tersebut tetap bertanggung jawab untuk
itu karena merekalah yang membuat kemewahan seakan menjadi standar hidup. Padahal,
lagi-lagi apa yang tampak di kamera bukan kebenaran utuh. Para selebgram tersebut
mungkin hanya memamerkan barang-barang bagus milik mereka (atau mungkin sebenarnya
bukan milik mereka sama sekali), tetapi menyembunyikan yang lain-lain di
belakang kamera.
Selain itu, drakor ini pun menunjukkan kepada
kita bahwa menjadi selebgram memiliki sisi gelapnya sendiri. Sekarang, banyak
anak bercita-cita menjadi pembuat konten karena itu (tampaknya) pekerjaan mudah
yang menghasilkan banyak uang. Padahal, selain sorot lampu dan ketenaran yang
ditawarkannya, ada dunia gelap bagi para pembuat konten. Dalam drakor ini, (spoiler
alert) hal tersebut diperlihatkan oleh perkumpulan selebgram Gabin Lady
Society yang diam-diam menggunakan narkoba dan melakukan tindakan kriminal lainnya.
Satu perbuatan buruk akan menimbulkan perbuatan buruk berikutnya. Ah Ri yang
terjebak dalam situasi tersebut akhirnya terbebani rasa bersalah yang
mengguncang keadaan mentalnya.
Belum lagi dengan komentar-komentar kebencian
dari para warganet. Di media sosial, orang-orang dapat dengan mudah memberikan
komentar penuh kebencian kepada orang lain—begitu mudahnya menghakimi orang
lain, begitu mudahnya memfitnah orang lain. Realitas tersebut pun dirasakan Ah
Ri ketika dirinya sudah terkenal. Bagi warganet biasa, menuliskan komentar
seperti itu rasanya tidak masalah karena mereka dapat bersembunyi di balik anonimitas
mereka. Padahal, informasi di internet bisa dimanipulasi, maka penting untuk
tidak reaktif dalam memberikan komentar, terutama ketika kebenaran utuhnya
belum diketahui, karena komentar-komentar tersebut bisa berdampak nyata bagi
orang lain—dan itu termasuk mendorong orang untuk bunuh diri.
Hal menarik lain dari drakor ini bukan cuma kritik
sosialnya loh, ada juga elemen misteri-thriller mengenai kematian Seo Ah
Ri yang akan membuat kalian penasaran. Sejujurnya, itulah yang membuatku hooked
dengan serial ini—selain pertengkaran para selebgram berpikiran dangkal
tadi, hahaha. Aku penasaran apakah Seo Ah Ri yang sedang siaran langsung di Instagram
adalah Seo Ah Ri yang sebenarnya atau bukan. Apakah dia kembali dari kematian? Jika
itu bukan dia, lalu siapa? Dan bagaimana dia bisa mati in the first place? Misteri
tersebut mendorongku untuk menyelesaikan drakor ini.
Ada juga elemen romansa antara Seo Ah Ri dan Han
Ju Kyung (Kang Min Hyuk). Akan tetapi, mereka bukan pasangan favoritku. Aku merasa
kemesraan mereka hambar, walau memang lumayan menarik untuk diikuti. Meskipun begitu,
Han Ju Kyung punya peran penting untuk perjalanan karir Ah Ri sebagai
selebgram. Dan terlepas dari sifatnya yang terlihat congkak karena datang dari
keluarga tajir, dia selalu memberikan support untuk Ah Ri. Oh
omong-omong, aku juga sudah lama banget tidak melihat Kang Min Hyuk main di
drama; terakhir sepertinya memang The Heirs.
Tokoh lain yang menarik perhatianku ialah Yoon Si
Hyeon (Lee Chung Ah). Dia terlihat sangat cantik dan dewasa. Aku suka
karakternya yang bijaksana dan penyabar. Walau berasal dari keluarga kaya raya,
dia tidak pernah membeda-bedakan orang. Dia merangkul sispapun, termasuk Ah Ri
yang mulanya bukan berasal dari kalangan elit. (Spoil alert) ku mulanya
agak khawatir kalau cerita ini akan jadi cinta segitiga antara Ah Ri, Ju Kyung,
dan Si Hyeon, tetapi ternyata tidak sama sekali—aku lega banget. Aku senang karena
peran Si Hyeon dibuat sebegitu bagus sehingga memperlihatkan bahwa dia perempuan
independen yang tangguh.
Menurutku pribadi, drakor ini sebaiknya tak hanya
ditonton untuk hiburan, tapi juga pembelajaran. Isunya lekat dengan realitas
sehari-hari kita, terutama yang suka beraktivitas di media sosial. Aku merekomendasikan
serial ini kepada kalian yang tertarik menjadi selebgram, pembuat konten, atau
para timnya yang bekerja di balik layar. Kalian bisa melihat trailer-nya
di sini.
Sebelumnya
Selanjutnya
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar