Identitas Buku Judul : Vermilion Rain Penulis : Kai Elian Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 296 halaman ISBN : 9786020669724 Genre : Psychological thriller , misteri, fiksi ilmiah Tentang Penulis Kai Elian adalah seorang penulis asal Indonesia yang telah menuliskan beberapa buku best-selling , antara lain Teori Tawa dan Cara-Cara Melucu Lainnya (2022), Vermilion Rain (2023), Panduan Jalan-jalan Aman Bersama Mama Macan (2024), dan Halte Alam Baka (2025). Novel Vermilion Rain memenangkan juara III dalam Lomba Novel Thriller GPU x GWP. Kalian dapat mengikuti keseharian Kai Elian melalui akun Instagramnya di @hello.kaielian . Sinopsis Fenomena cuaca aneh terjadi di Desa...
Inside Out 2: Sebuah Sekuel Seru dan Penuh Haru dari Cerita Ajaib tentang Alam Pikiran Manusia
Dapatkan link
Facebook
X
Pinterest
Email
Aplikasi Lainnya
Identitas Film
Judul
:
Inside Out 2
Sutradara
:
Kelsey Mann
Produser
:
Mark Nielsen
Tanggal rilis
:
14 Juni 2024
Rumah produksi
:
Pixar Animation Studios
Penulis naskah
:
Meg LeFauve, Dave Holstein,
Kelsey Mann
Durasi tayang
:
1 jam 36 menit
Pemeran
:
Amy Poehler, Maya Hawke,
Kensington Tallman, Phyllis Smith, Lewis Black, Liza Lapira, Tony Hale, Ayo
Edebiri, Paul Walter Hauser, Adèle Exarchopoulos
Riley Andersen (Kensington
Tallman) adalah remaja yang istimewa, yang selalu dijaga oleh kelima emosi di
dalam kepalanya: Riang (Amy Poehler), Sedih (Phyllis Smith), Takut (Tony Hale),
Jijik (Liza Lapira), dan Marah (Lewis Black). Namun, dengan memasuki usia
beranjak dewasa, Riley mengalami masa pubertas yang membuatnya merasakan
emosi-emosi baru yang lebih kompleks. Maka, muncullah empat emosi baru di
pikirannya: Cemas (Maya Hawke), Pengin (Ayo Edibiri), Malu (Paul Walter
Hauser), dan Jemu (Adèle Exarchopoulos).
Setelah mengetahui bahwa kedua
sahabatnya tidak akan masuk ke SMA yang sama dengan dirinya, Riley merasa cemas
dia akan sendirian tanpa teman selama masa SMA. Demi memastikan Riley tak
mengalami hal menyedihkan itu, Cemas mengambil alih kendali pikiran Riley dan
menyingkirkan Riang dan yang lainnya. Akan tetapi, ketika terlalu dipenuhi
perasaan cemas, Riley mulai berubah dan kehilangan dirinya. Apakah yang harus
dilakukan Riang, Sedih, dan yang lainnya untuk menyelamatkan Riley?
Kelebihan
Sembilan tahun telah berlalu
sejak film Inside Out yang pertama tayang. Aku suka sekali dengan
film tersebut, sebuah karya yang begitu magis dan indah yang menggambarkan betapa
kompleksnya perasaan, emosi, dan pikiran manusia. Tentu aku sangat bersemangat ketika
mengetahui akan ada sekuel dari film tersebut. Ternyata, sekuelnya gak
mengecewakan!
Oh ya, sebelum masuk ke
reviunya, aku mau memberikan disclaimer sedikit. Aku akan merujuk ke
nama-nama emosi di pikiran Riley menggunakan bahasa Indonesia ya. Joy menjadi
Riang, Sadness menjadi Sedih, Fear menjadi Takut, Disgust menjadi Jijik, Anger
menjadi Marah, Anxiety menjadi Cemas, Envy menjadi Pengin, Embarrassment menjadi
Malu, dan Ennui menjadi Jemu. Alasannya adalah karena aku ingin memopulerkan
istilah-istilah dalam bahasa Indonesia yang digunakan untuk merujuk pada
perasaan atau emosi.
Baiklah, mari masuk ke reviunya.
Hal yang kusukai dari film Inside Out adalah caranya menerjemahkan
kompleksitas emosi dan pikiran manusia menjadi tontonan animasi yang dapat
dipahami orang-orang, dan itu barhasil sekali lagi dilakukan di sekuelnya.
Berbagai konsep dalam psikologi divisualisasikan dengan kreatif dalam film ini,
seperti memori yang dibuat menjadi bola kristal, ide yang dibuat menjadi bohlam
lampu, serta sarkasme yang dibuat menjadi jurang yang menggemakan suara menjadi
sarkastis. Cara kreatifnya tersebut merupakan keunggulan unik dari cerita ini.
Di film keduanya, Inside Out memperkenalkan
konsep-konsep psikologi baru, yaitu sistem kepercayaan (belief system)
serta kesadaran diri (sense of self). Kedua konsep tersebut
divisualisasikan dengan elok, serta menjadi kunci penting dalam menggambarkan
perkembangan diri Riley. Sistem kepercayaan yang didasari memori-memori Riley membangun
caranya berpikir dan merasa serta mempersepsikan dunia, lalu pada akhirnya itu
membentuk kesadaran akan dirinya sendiri, yaitu bagaimana dia melihat dirinya
serta interaksinya dengan dunianya. That is a brilliant idea.
Akan tetapi, highlight utama
dalam cerita ini adalah kehadiran emosi-emosi baru dalam diri Riley, terutama
Cemas yang menjadi antagonis utama dalam cerita. Kehadiran Cemas merupakan insight
unik yang sekaan mengatakan bahwa ketika memasuki usia dewasa, manusia akan
merasakan lebih banyak cemas, terutama pada hal-hal yang mungkin terjadi,
hal-hal yang akan terjadi, serta hal-hal yang belum tentu terjadi. Semakin
Cemas mengambil alih kendali atas pikiran Riley, semakin Riley berbuat gegabah
dan bahkan kehilangan dirinya. Kesadaran yang ia bangun selama ini memudar
perlahan.
Namun, yang paling penting dari
film ini adalah ia ingin mengatakan bahwa tak ada emosi yang buruk, tak ada
emosi yang tidak berguna. Sejak awal film—bahkan sejak film Inside Out pertama
jika kita mau melihat lebih jauh lagi ke belakang—dikatakan bahwa setiap emosi
memiliki peran, termasuk Cemas. Ia melindungi Riley dari hal-hal yang mungkin
terjadi, membuatnya memikirkan kemungkinan buruk di masa depan dan
mengantisipasinya. Itu sebuah perspektif yang menarik tentang rasa cemas yang
seringkali dianggap buruk. Cemas membuat Riley berlatih lebih giat dan keras karena
khawatir mengecewakan pelatihnya, dan itu adalah hal bagus. Namun, ketika kecemasannya
tak terkendali, Riley mulai merasakan panik berlebihan yang menyakiti dirinya. Di
sisi lain, film ini pun memperlihatkan bagaimana Riang juga dapat bertindak
salah. Riang memang berperan untuk membuat Riley merasa bahagia dan positif,
tetapi dalam situasi tertentu, itu bisa menjadi hal buruk. Menjadi riang di tempat
dan waktu yang salah bukanlah hal bagus.
Kesimpulannya, emosi-emosi yang
berlebihan dan dibiarkan tak terkendali akan merusak. Maka dari itu, yang
penting bukanlah memilah mana emosi yang baik dan buruk, bukan menyingkirkan
satu emosi karena dianggap negatif; yang penting ialah bagaimana kita mengendalikan
emosi-emosi tersebut supaya tak merusak diri serta orang-orang di sekitar kita.
(Spoiler alert) di salah
satu adegan di babak terakhir film ini, ketika semua emosi memeluk kesadaran
diri Riley, itu adalah metafora dari proses Riley menerima perasaan yang sedang
ia rasakan, seluruhnya. Dia tak menyangkal atau menekan perasaannya, melainkan
merengkuh semuanya. Pada akhirnya, tercipta kesadaran diri Riley yang baru,
yang mewakili berbagai versi dirinya, yang baik dan buruk. That is so beautiful.
(Aku minta maaf ya karena terlalu spoiler, tetapi aku rasa aku harus
menceritakan bagian tersebut, hehehe.)
Selain itu, keunggulan lain dari
film ini adalah peran emosi-emosi yang lain menjadi lebih banyak terhadap
cerita, antara lain Jijik, Takut, dan Marah. Di film pertama, Riang dan
Sedihlah yang berperan banyak, tetapi kali ini, tiga teman mereka yang lain turut
bertualang menjelajahi pikiran Riley sehingga semuanya kedapatan peran yang
seimbang.
Yang menurutku unik adalah
bagaimana para emosi ini juga turut berkembang. Ada adegan ketika Riang
akhirnya meluapkan emosinya bahwa dia kebingungan, frustrasi, dan lelah menjadi
positif terus. Ada juga adegan ketika Marah berusaha memberi dukungan kepada
Riang agar tidak menyerah. Itu sesuatu yang unik karena Riang merasa frustrasi
dan Marah merasa penuh harap—kinda contrasts with what they actually are.
Namun, itu juga seakan mengatakan bahwa orang yang kerap berpikiran positif
juga bisa bingung dan frustrasi; orang yang kerap marah juga bisa bersikap penuh
harap. Meraskan berbagai emosi itu normal, dan justru memaksakan diri hanya
merasakan satu atua dua emosi tertentu saja dapat berdampak buruk.
Kemudian di akhir, (spoiler
alert) ketika Riley dapat bermain hockey dengan ceria lagi, diiringi musik soundtrack
khas Inside Out, aku suka sekali adegan itu. Adegan yang begitu
indah dan begitu menyentuh, serta penuh nostalgia terhadap film pertamanya.
Kelemahan
Secara keseluruhan, film ini
tidak memiliki kelemahan yang berarti, yang bisa mengganggu pengalaman menonton.
Namun, tetap ada sedikit catatan, yang salah satunya adalah tidak ada
pembahasan tentang konsep memori inti (core memory), yang merupakan konsep
penting dalam film pertama. Memang ada konsep baru seperti sistem kepercayaan
dan kesadaran diri, tetapi akan lebih baik jika memori inti juga dimunculkan
lagi di film ini.
Selain itu, menurutku
penyelesaian konflik di film ini tak seberkesan yang ada di film pertama. Di
film ini, penyelesaiannya agak dipercepat, entah karena durasi atau alasan
lain, tetapi yang pasti, kesannya tak semenakjubkan film pertamanya.
Kelemahan terakhir ialah film
ini memang seru dan haru, tetapi tidak berhasil memberikan kesan magis yang
sama dengan film pertama. Bukan ingin bilang film ini jelek, karena filmya
bagus dan recommended kok, hanya aku tidak mendapatkan sensasi magis
dari film pertamanya di film kedua ini.
Kesimpulan
Inside Out 2 hadir
sebagai sebuah sekuel yang cantik dari sebuah film animasi yang begitu dicintai.
Dengan premis cerita yang begitu relatable bagi banyak orang, Inside Out 2 berhasil menyentuh perasaan para penontonnya. Film ini menghadirkan
konsep-konsep baru mengenai psikologi manusia dan tetap berhasil
memvisualisasikannya dengan kreatif sehingga bisa dimengerti siapapun, termasuk
penonton anak-anak. Meskipun ada beberapa hal yang dapat diperbaiki dari film
ini, secara umum, Inside Out 2 merupakan film yang seru dan penuh haru. Konfliknya terasa lekat serta
penuh dengan pembelajaran menarik. Film ini mengajarkan kita untuk menerima
semua perasaan kita. Maka dari itu, walaupun tak semagis film pertamanya, film
ini tetaplah indah dengan caranya sendiri. Aku memberikan skor 8,8/10 untuk Inside Out 2.
Silakan kalian tonton sendiri dan turut menjelajahi isi kepala Riley yang
ruwet, seperti isi kepala kita semua!
Kalian dapat menonton Inside Out 2 di Disney+ Hotstar. Silakan tonton trailer-nya dulu di bawah ini.
***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!
Komentar
Posting Komentar