Nice View: The Pursuit of Happiness Versi Kota Shenzhen, Tiongkok

Identitas Film

Judul

:

Nice View

Sutradara

:

Muye Wen

Produser

:

Ning Hao

Tanggal rilis

:

1 Februari 2022 (Tiongkok)

Penulis naskah

:

Xiaohan Han, Muye Wen, Mengdi Xiu

Durasi tayang

:

1 jam 46 menit

Pemeran

:

Jackson Yee, Tian Yu, Chen Halin, Qi Xi, Gong Lei, Xu Jungcong, Wang Ning, Huang Yao, Gong Jinguo

Genre

:

Drama

 

Sinopsis

Jing Hao (Jackson Yee) pindah ke kota Shenzhen bersama adiknya, Jing Tong (Chen Halin), untuk memulai hidup baru, tetapi keadaan keuangan mereka menjadi rintangan yang harus mereka hadapi. Apalagi, Jing Tong menderita kelainan jantung bawaan, seperti mendiang ibu mereka. Dibutuhkan tindakan medis segera untuk menyembuhkannya, tetapi Jing Hao tak memiliki cukup uang untuk membayarnya.

Suatu hari, sebuah peluang bisnis berisiko muncul di hadapannya—seperti kata orang-orang, high risk, high return. Jing Hao lalu mengambil opsi nekat dengan mengambil pinjaman untuk memulai bisnisnya, meski dia masih kekurangan karyawan, pabrik, peralatan, dan modal awal. Namun, dia tetap mempertaruhkan segalanya demi membiayai operasi adiknya. Akankah Jing Hao berhasil mengumpulkan uang tersebut?


Kelebihan

Nice View mengingatkanku pada film The Pursuit of Happiness (2006) yang dibintangi Will Smith. Keduanya sama-sama film inspiratif yang menghangatkan hati, tentang perjuangan orang demi keluarga mereka. Namun, karena berasal dari negara yang berbeda, keduanya memiliki pendekatan dan kesan yang berbeda pula—yang justru menjadi daya tarik lebih bagi Nice View.

Dalam The Pursuit of Happiness, Chris Gardner yang diperankan oleh Will Smith, si tokoh utama, mengejar kesuksesan demi putranya, padahal dia mengalami beragam masalah dalam kehidupan pribadinya. Segala cara ia lakukan, segala peluang ia ambil. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jing Hao (Jackson Yee) dalam Nice View.

Yang berbeda adalah dalam The Pursuit of Happiness, Chris tampak berusaha sendirian, nyaris tak ada orang di sekililingnya yang menolong dia. Bisa dikatakan, tak ada kebersamaan dan kolaborasi dalam usahanya hingga sukses. Hal itu mungkin relate dengan budaya orang Amerika Serikat yang cenderung individualistis. Di sisi lain, dalam Nice View, Jing Hao bekerja sama dengan orang-orang di sekitarnya untuk meraih kesuksesan. Ada momen-momen yang justru berfokus pada kolaborasi dan kekeluargaan mereka. Hal itu lebih relate dengan budaya orang Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya, yang menurutku pribadi, merupakan daya tarik film ini dibandingkan The Pursuit of Happiness. Aku senang sekali melihat bagaimana dalam usahanya meraih kesuksesan, Jing Hao turut mendorong orang-orang di sekitarnya juga merasakan kesuksesan tersebut.

Hal lain yang membedakan kedua film adalah Jing Hao masih muda, usianya 20 tahunan, yang seharusnya sedang berkuliah. Namun, karena kesulitan uang dan kini yatim piatu, dia harus bekerja menjadi tukang servis handphone. Namun, kalian harus melihat sendiri bagaimana Jing Hao yang masih semuda itu sangat lihai mempereteli bagian-bagian handphone, lalu memperbaiki dan menyusunnya kembali. Dari situ, aku tahu betapa Jing Hao memiliki bakat dan dedikasi yang tinggi. Itu adegan yang membuatku terkesima pada karakternya.

Selain itu, film ini tidak melulu memperlihatkan adegan sedih kok. Ada adegan bertarungnya, kejar-kejarannya, komedinya, serta bahagianya. Alih-alih menunjukkan kesusahan Jing Hao dan sang adik secara berlebihan demi menguras air mata penonton, film ini lebih banyak menyoroti usaha Jing Hao untuk mencari biaya rumah sakit serta kebersamaan dirinya dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan cara yang unik, film ini menyentuh hati penonton dengan memperlihatkan warna-warni kehidupan orang biasa seperti Jing Hao. Ada banyak lapisan emosi yang ingin ditunjukkan cerita ini—yang akan membuat penonton tertarik.

Berikutnya, secara tersirat, film ini memperlihatkan penonton bagaimana beratnya hidup di kota Shenzhen, kota padat penduduk sekaligus pusat bisnis teknologi di Tiongkok. Melalui karakter Jing Hao, kita dapat melihat bagaimana orang-orang biasa di kota tersebut bertahan hidup dengan mengambil berbagai pekerjaan, sekalipun berisiko tinggi, seperti pembersih kaca gedung pencakar langit. Jing Hao pun mengambil pekerjaan itu, dan itu merupakan adegan yang iconic sekali—ketika kamera hanya menyoroti wajah lelah para pembersih kaca, lalu perlahan shot-nya menjauh dan memperlihatkan gedung pencakar langit beserta pemandangan kota Shenzhen. Perjuangan mencari uang demi bertahan hidup memang berat dan penuh pertaruhan, ya?

Selanjutnya, sebagaimana yang telah kutulis di atas, salah satu poin utama cerita ini adalah kebersamaan para tokohnya. Relasi antara Jing Hao dan sang adik, Jing Tong, terasa manis dan haru. Kalian dapat melihat bagaimana keduanya saling sayang dan menjaga. Di sisi lain, kebersamaan mereka dengan para karyawan pabriknya juga meluluhkan hati. Jing Hao merekrut orang-orang yang tersingkirkan dalam persaingan dunia kerja, mereka yang sudah hilang harapan untuk mencari nafkah di tengah hiruk pikuk ekonomi kota Shenzhen yang pesat berubah. Aku salut sekali melihat perjuangan mereka bersama yang sudah seperti keluarga.

Satu hal lain yang kusuka dari karakter Jing Hao adalah bagaimana dirinya berusaha mati-matian demi orang yang ia sayangi, walaupun orang-orang meremehkannya. Dalam film ini, beberapa kali ada adegan orang-orang yang meremehkan usaha Jing Hao dengan mengatakan bahwa risiko yang dirinya ambil tidak sepadan, tetapi Jing Hao selalu menjawab itu sepadan, karena bagi Jing Hao, taruhannya adalah nyawa adiknya. Aku tertegun tiap melihat keyakinan Jing Hao, karena itu terpancar kuat dari sorot matanya. Jackson Yee sebagai pemeran Jing Hao, you did a great job!


Kelemahan

Secara keseluruhan, tidak ada kelemahan dalam film ini yang sifatnya major. Contohnya, aku kesulitan menghafal nama tokoh-tokoh pendukung film ini, seperti para karyawan pabriknya Jing Hao. Aku hanya ingat wajah mereka, tapi tidak bisa menghafal nama-nama mereka. Selain itu, sebagai orang yang sangat awam dalam dunia peralatan elektronik, aku agak kesulitan memahami makna refurbishment dalam konteks tersebut dan mengapa itu dilarang pemerintah dalam film ini. Aku sampai harus mengklik pause, lalu mencari penjelasan refurbishment dulu, hehehe. Akan tetapi, itu hal yang personal sih; aku yakin belum tentu kalian akan mengalami kesulitan yang sama.


Kesimpulan

Nice View adalah sebuah tontonan yang cocok disaksikan bersama dengan keluarga. Film yang bercerita tentang perjuangan seorang kakak demi kesembuhan adiknya ini dapat menyentuh hati kalian. Film ini memperlihatkan beragam warna kehidupan orang-orang biasa, baik itu tawa, tangis, lelah, amarah, dan lainnya, beserta perjuangan keras mereka untuk bertahan. Film ini akan membuat kalian menyadari bahwa meski ada banyak rintangan dalam kehidupan, selalu ada hal yang pantas disenyumi; dan bahwa hidup memang layak diperjuangkan. Kalian yang menyukai film The Pursuit of Happiness pasti akan suka dengan film ini, atau mungkin lebih suka. Aku berikan skor 9/10 untuk film penuh haru dan tawa ini. Kalian harus tonton ya! 

Kalian bisa menonton Nice View secara streaming di Netflix. Tonton dulu trailer filmnya di bawah ini ya.


***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post!

Komentar