Dua Hati Biru: Sebuah Sekuel yang Lebih Dewasa dan Mendidik (Cocok Ditonton Pasangan yang Ingin Menikah)

Identitas Film Judul : Dua Hati Biru Sutradara : Dinna Jasanti, Gina S. Noer Produser : Chand Parwez Servia, Gina S. Noer, Riza, Sigit Pratama Tanggal rilis : 17 April 2024 Rumah produksi : Starvision, Wahana Kreator Penulis naskah : Gina S. Noer Durasi tayang : 1 jam 46 menit Pemeran : Angga Yunanda, Aisha Nurra Datau, Farrell Rafisqy, Cut Mini Theo, Arswendy Bening Swara, Lulu Tobing, Keanu AGL, Maisha Kanna Genre : Drama keluarga, romantis   Sinopsis Setelah empat tahun berkuliah dan bekerja di Korea, Dara (Aisha Nurra Datau) kembali ke Indonesia demi bisa tinggal bersama suaminya, Bima (Angga Yunanda), dan putranya yang masih kecil, Adam (Farrell Rafisqy). Namun, kedatang

The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes: Sebuah Cerita Origin Villain yang Rapih dan Apik

Identitas Film

Judul

:

The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes

Sutradara

:

Francis Lawrence

Produser

:

Nina Jacobson, Brad Simpson, Francis Lawrence

Tanggal rilis

:

17 November 2023

Rumah produksi

:

Color Force, about: blank

Penulis naskah

:

Michael Leslie, Michael Arndt

Durasi tayang

:

2 jam 37 menit

Pemeran

:

Tom Blyth, Rachel Zegler, Viola Davis, Hunter Schafer, Peter Dinklage, Josh Andrés Rivera

Genre

:

Fiksi ilmiah, petualangan, action, thriller, distopia

 

Sinopsis

Coriolanus “Corio” Snow (Tom Blyth) adalah putra dari Jenderal Crassus Snow, sosok yang begitu berjasa selama perang pemberontakan para distrik. Namun, sepeninggal sang Jenderal, keluarga Snow tak lagi hidup seenak dulu. Corio yang kini seorang murid di akademi elit di Capitol bertekad untuk mengembalikan kejayaan keluarganya dan menaikkan posisinya setinggi mungkin.

Di tahun kesepuluh Hunger Games, dibuat pembaruan berupa sistem mentor. Beberapa murid terpilih dari akademi Capitol akan menjadi mentor untuk tiap tribute—dengan tujuan menjadikan Hunger Games sebagai pertunjukan yang menghibur. Snow terpilih menjadi mentor bagi tribute perempuan dari Distrik 12, Lucy Gray Baird (Rachel Zegler).

Sebelumnya Lucy Gray telah menarik perhatian orang-orang dengan aksi prank dan nyanyiannya yang merdu, tetapi Snow tahu Lucy Gray bukanlah tipe pemenang Hunger Games. Meskipun begitu, Snow akan melakukan apapun demi membuat Lucy Gray menang agar dirinya bisa menjadi yang terbaik di antara teman-temannya, dan agar bisa menyelamatkan gadis yang telah mencuri perhatiannya tersebut.


Kelebihan

Sebelum membahas filmnya, aku ingin memberikan beberapa informasi dulu tentang film ini. Film The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes diadaptasi dari buku karya Suzanne Collins yang berjudul The Ballad of Songbirds and Snakes (2020). Buku ini mengambil latar 64 tahun sebelum Katniss Everdeen mengikuti Hunger Games pertama kali [tonton The Hunger Games (2012)].

Kemudian, untuk yang belum paham mengenai Hunger Games dan konteks sejarah dari semesta serial film ini, aku jelaskan dulu ya. Jadi, semesta The Hunger Games mengambil latar di masa depan, ketika dunia yang sekarang hancur akibat perang. Di wilayah Amerika Utara, beridirilah negara baru dengan nama Panem. Panem memiliki ibu kota yang disebut Capitol beserta 13 distrik. Capitol memegang kekuasaan politik dan pemerintahan tertinggi, termasuk dalam hal distribusi sumber daya.

Namun, Capitol tidak bersikap adil dalam mengelola sumber daya dan menjalankan pemerintahan. Capitol memperkaya masyarakatnya dan menyengsarakan distrik-distrik, padahal sumber daya yang dinikmati Capitol diproduksi distrik-distrik. Kemudian, para distrik bersatu dipimpin Distrik 13 untuk memerangi Capitol, maka pecahlah perang pemberontakan pertama. Singkat cerita, perang dimenangkan oleh Capitol dan sejak saat itu, kesenjangan antara penduduk Capitol dan penduduk distrik makin terlihat. Sebagai hukuman, Capitol menciptakan Hunger Games yang pesertanya adalah perwakilan pemuda-pemudi dari tiap distrik. Di dalam permainan tersebut, para peserta, yang disebut tribute, harus saling membunuh sampai tersisa satu orang, sambil ditonton secara live oleh seluruh negeri.

Kejam banget ‘kan Hunger Games itu? Well, di film ini kalian akan berkenalan dengan Corio Snow, sosok di balik Hunger Games. Film ini berfokus pada perkembangan karakter Corio sehingga dia menjadi sesosok Presiden Snow yang bengis dari trilogi film The Hunger Games.

Cerita pada film ini dibagi menjadi tiga bagian, yang masing-masing menceritakan fase-fase perkembangan karkater Corio Snow. Corio di masa muda tampak tidak disukai. Gurunya sendiri, Casca Highbottom (Peter Dinklage), kerap berusaha menjatuhkannya. Hal itu menjadikan Corio makin termotivasi, sampai mengambil tindakan-tindakan ekstrem demi bisa mendapatkan posisi terbaik. Dialah yang mengusulkan ide untuk adanya sistem mentor dan sponsor di Hunger Games, yang ternyata menjadikan permainan tersebut makin diminati masyarakat hingga ramai diperbincangkan.

Akan tetapi, di bagian kedua dan ketiga cerita, kelihatan sekali perubahan karkater Corio. Dia mulai terlihat seperti Presiden Snow yang kita semua kenal. Terlibat dalam Hunger Games kesepuluh mendorong hasrat serakah dalam dirinya. Dia mulai terlihat rela melakukan apapun demi bisa bertahan, termasuk jika harus menyingkirkan orang lain. Hal tersebut tergambar dengan sangat bagus dalam film ini. Fase-fase perubahan Corio Snow terpotret dengan jelas dan bertahap. Itu mejadikan film ini sebuah cerita asal mula villain yang tersusun dengan sangat rapih.

Selain Corio, tentu sang heroine, Lucy Gray Baird, juga mencuri perhatian kita semua. Dia berbeda dari Katniss Everdeen, tetapi juga serupa. Katniss adalah pemburu yang dipaksa untuk menghibur; Lucy Gray adalah penghibur yang dipaksa berburu; tetapi keduanya memiliki jiwa yang bebas dan tak mau dikekang. Keduanya akan melakukan apapun untuk selamat, tetapi mereka tidak menikmati prosesnya jika harus mengorbankan orang lain.

Ditambah lagi, nyanyian-nyanyian Lucy Gray amat memikat hati. Suara merdunya tak hanya menyihir masyarakat Capitol, tetapi juga penonton di bioskop. Lagu-lagu yang dia nyanyikan sangat berkesan, mengantarkan perasaan yang dirinya rasakan serta menghidupkan suasana cerita. Aku suka ketika dia menyanyikan lagu The Hanging Tree, membuatku teringat kembali pada film The Hunger Games: Mockingjay part 1 (2014). Ketika dia menyanyikan Nothing You Can Take From Me dan The Old Therebefore juga tak kalah memukau. Yang paling menarik darinya adalah nasibnya yang seperti dengan lagu yang dinyanyikan sendiri. Kalian yang sudah menonton pasti paham, hahaha.

Selain kedua tokoh utama, tokoh lain yang mencuri perhatian adalah Dr. Volumnia Gaul (Viola Davis), seorang pembuat permainan dari Hunger Games. Sosoknya memberikanku rasa tidak nyaman karena cara dia memandang Hunger Games sebagai sesuatu yang sakral dan perlu terus dilestarikan. Aku juga cukup tertarik dengan Casca Highbottom, gurunya Corio Snow. Sikap dia yang memusuhi Corio menjadikan dirinya seperti antagonis, agak mengingatkanku pada Severus Snape dari Harry Potter.

Setelah itu, kalian yang rindu dengan permainan bertahan hidup satu ini pasti akan puas. Suasana mendebarkan, menakutkan, dan kejamnya Hunger Games kembali hadir dalam film ini. Memang Hunger Games di film ini masih sederhana dibanginkan yang diikuti Katniss, tetapi itu tidak mengurangi sensasi menegangkannya. Di samping perasaan seru ketika menonton Hunger Games, selalu ada perasaan sedih ketika melihat satu per satu tribute gugur.

Tentu saja film The Hunger Games tidak lengkap jika tidak ada kisah cintanya. Dalam film ini, ada kisah cinta terlarang antara Corio dan Lucy Gray. Kisah mereka dibuka dengan romantis, tetapi ditutup dengan tragis. Harus aku akui bahwa Corio jatuh cinta sangat dalam pada Lucy Gray. Dia terpesona oleh spirit kebebasan yang terdengar dari nyanyian merdu gadis itu. Sungguh sayang hubungan manis mereka harus pupus ketika rasa percaya lenyap.

Konklusinya pun membuatku merinding. Ada pertanyaan yang ditekankan dalam film ini: “Apa tujuan Hunger Games?” Pertanyaan tersebutlah yang mendorong perkembangan karakter Corio dan di akhir, dia menemukan jawabannya. Aku tidak akan membocorkannya ya; kalian harus tonton sendiri. Namun yang pasti, konklusinya itu relevan banget dengan kehidupan—kejam, tapi memang begitu adanya. Kemudian, yang menariknya adalah dalam film ini, Lucy Gray juga menyampaikan konklusi kontrasnya: bahwa semua manusia terlahir baik dan menjadi jahat itu pilihan, maka sepanjang hidup manusia harus terus berusaha menjadi baik.

 

Kelemahan

Secara umum, aku menikmati film ini. Hal yang aku rasa kurang mungkin cuma bagian ketiga cerita. (Spoiler alert) pada bagian ketiga, cerita fokus pada kehidupan Corio Snow sebagai seorang peacekeeper (polisi di negara Panem). Di bagian inilah karakter Corio yang bengis dan serakah mulai termanifestasi. Namun, proses perubahan karakternya agar buru-buru, terutama ketika puncak perseteruannya dengan Lucy Gray. Aku rasa bagian tersebut bisa lebih dramatis lagi, terutama untuk menjadi titik balik perkembangan karakter Corio.

 

Kesimpulan

The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes adalah prekuel yang mampu mengobati kerinduan penggemar franchise film The Hunger Games. Film ini berfokus pada perkembangan karakter Coriolanus Snow di masa mudanya. Pada film ini, perkembangan karakter Corio diperlihatkan dalam fase-fase yang tersusun rapih, meskipun agak kurang di bagian akhirnya. Namun, itu tertutupi karena film ini mampu menghadirkan kembali kekejaman, ketegangan, dan kesadisan dari Hunger Games. Apalagi, dinamika Corio dan Lucy Gray turut membumbui cerita ini dengan kisah cinta yang manis dan tragis. Kalian pun pasti akan terpesona dengan suara Lucy Gray yang memikat. Maka dari itu, aku berikan skor 8,7/10 untuk film ini. The Hunger Games: The Ballad of Songbirds and Snakes adalah cerita asal mula villain yang amat berkesan dan tersusun rapih.

Film ini sekarang dapat kalian tonton di bioskop-bioskop kesayangan kalian. Silakan tonton dulu trailer-nya di bawah ini.

***

Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 



Komentar