Vermilioin Rain: Novel Thriller-Misteri Lokal tentang Anomali Cuaca yang Cerdik dan Mencekam

Identitas Buku Judul : Vermilion Rain Penulis : Kai Elian Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun terbit : 2023 Cetakan : I Tebal : 296 halaman ISBN : 9786020669724 Genre : Psychological thriller , misteri, fiksi ilmiah   Tentang Penulis Kai Elian adalah seorang penulis asal Indonesia yang telah menuliskan beberapa buku best-selling , antara lain Teori Tawa dan Cara-Cara Melucu Lainnya (2022), Vermilion Rain (2023), Panduan Jalan-jalan Aman Bersama Mama Macan (2024), dan Halte Alam Baka (2025). Novel Vermilion Rain memenangkan juara III dalam Lomba Novel Thriller GPU x GWP. Kalian dapat mengikuti keseharian Kai Elian melalui akun Instagramnya di @hello.kaielian .   Sinopsis Fenomena cuaca aneh terjadi di Desa...

The Devil All the Time: Semua Manusia Pasti Berbuat Dosa, Bahkan Yang Paling Religius Sekalipun



Identitas Film

Judul                               : The Devil All the Time

Sutradara                        : Antonio Campos

Tanggal rilis                    : 16 September 2020

Rumah produksi             : Nine Stories Productions dan Bronx Moving Company

Penulis naskah               : Antonio Campos dan Paulo Campos

Durasi tayang                 : 138 menit

Pemeran                         : Tom Holland, Bill Skarsgard, Riley Keough, Jason Clarke, Sebasian Stan, dkk

 

Sinopsis

The Devil All the Time merupakan adaptasi dari novel dengan judul serupa karya Donald Ray Pollock yang mengambil latar waktu tahun 1950-an di dua kota kecil bernama Knockemstiff, Ohio dan Coal River, West Virginia di Amerika Serikat. Cerita diawali oleh seorang veteran Perang Dunia II, yakni Willard Russel (Bill Skarsgard) yang pulang ke rumahnya dan menikahi seorang pelayan restoran bernama Charlotte (Haley Bennett). Mereka tinggal di Knockemstiff dan memiliki seorang anak bernama Arvin Russel (Tom Holland).

Arvin tumbuh dengan didikan agama yang cukup kuat oleh ayahnya. Mereka memiliki “gereja” kecil mereka sendiri di tengah hutan yang tidak jauh dari kediaman mereka. Namun selain diajari ketaatan pada Tuhan, Arvin juga dididik ayahnya agar menggunakan kekerasan untuk melawan kekerasan.

Akan tetapi, hidup keluarga Arvin tidak terus bahagia. Sejak kedua orang tuanya meninggal, dia pindah tinggal bersama neneknya di Coal River. Setelah dewasa, Arvin tumbuh dengan karakteristik kekerasan (violence) dan terlibat dalam lingkaran setan kejahatan di kota tersebut.

 

Kelebihan

Meskipun film ini terasa padat (akan aku jelaskan nanti) dan aku butuh waktu untuk memprosesnya, ada beberapa kelebihan film ini. Pertama, para pemain film ini adalah para bintang papan atas perfilman Amerika. Film ini dibintangi oleh Tom Holland, Bill Skarsgard, dan Robert Pattinson – kapan lagi melihat Spiderman, Pennywise, dan Edward Cullen dalam satu film? Tentu saja, dengan memakai bintang-bintang hebat seperti itu, kualitas akting mereka tidak diragukan lagi.

Bahkan, aku salut sekali dengan Tom Holland yang luar biasa. Lupakan image Peter Parker (Spiderman) karena kamu akan melihat Tom Holland sebagai karakter yang jauh berbeda. Melalui perannya sebagai Arvin Russel, Tom Holland telah membuktikan kemampuan aktingnya yang hebat sekali.

Kedua, suasana thriller di film ini dibuat dengan baik. Sound effect atau efek suara di film ini sangat sedikit sehingga suasana setiap adegannya semakin natural. Ketiadaan efek suara itu membuat banyak adegan dalam film ini menjadi disturbing. Ada sensasi yang membuat aku tidak nyaman akibat suasanya terasa nyata dan mencekam dengancara yang tidak nyaman.

Selain itu, perilaku tokoh-tokohnya pun menambah suasana mencekam film ini. Bagi orang seperti aku, yang lebih takut pada manusia dari pada setan, melihat kegilaan (madness) manusia memberikan rasa ngeri tersendiri. Tokoh-tokoh dalam The Devil All the Time memiliki kegilaannya masing-masing. Misalnya, Willard yang sangat taat pada Tuhan dan rajin berdoa memiliki trauma pasca perang serta kecintaan berlebihan pada istrinya hingga dia rela mengorbankan anjing peliharaan anaknya. Film ini menyiratkan bahwa sereligius apapun manusia, dia tetap manusia yang rapuh dan dapat bertindak bodoh.

Ketiga, tema yang diangkat dalam cerita ini. Jujur saja, aku tidak begitu paham apa tema ceritanya. The Devil All the Time memiliki beberapa tokoh yang berperan penting dalam keseluruhan alur dan semua tokoh tersebut dipersatukan oleh dua hal: agama dan kejahatan. Aku rasa dua hal itulah yang menjadi tema cerita.

Agama dan kejahatan adalah dua hal yang kontras sekali, tetapi uniknya hal tersebut hadir dalam diri manusia. Bahkan, manusia paling religius pun tidak luput dari perbuatan jahat, entah apapun alasan yang membuatnya demikian. Misalnya, Pendeta Roy Laferty (Harry Melling) yang tega membunuh istrinya karena kebutaannya pada apa yang dia Imani. Ya, seorang pendeta pun dapat membunuh walaupun itu karena khilaf.

Film ini bukan bermaksud menyudutkan orang-orang beragama, tetapi ingin memperlihatkan bahwa manusia yang religius sekalipun mampu berbuat dosa. Untuk memperlihatkannya, The Devil All the Time tidak mempertontonkan teroris yang membunuh atas nama agama. Namun, film ini justru memperlihatkan orang-orang di sekitar kita, seperti pendeta geraja, yang kita pikir baik dan tidak mungkin berbuat dosa, tetapi rupanya tidak demikian. Film satu ini memperlihatkan bahwa di tangan orang, agama bisa dimanipulasi demi memenuhi nafsu. In a disturbing way, film ini mengingatkan kita bahwa siapa pun, termasuk keluarga kita dan pemuka agama sekalipun, dapat melakukan tindakan di luar kemanusiaan.

 

Kelemahan

Seperti yang aku katakana sebelumnya, kelemahan film ini adalah terlalu padat. Alur ceritanya sangat kompleks. Penonton harus benar-benar memperhatikan agar dapat memahami jalan cerita. Bahkan, aku yang menonton dengan fokus pun tetap kebingungan setelah film berakhir, seperti ada yang terlewat. Menurutku, seharusnya The Devil All the Time ini dibuat jadi series 5 sampai 8 episode saja ketimbang film.

Alur cerita yang terlalu padat inilah yang membuat tema cerita sulit dipahami. Dengan terlalu banyak karakter yang memiliki kisahnya masing-masing, ada terlalu banyak permasalahan dalam film ini. Banyaknya permasalahan itu dan alur cerita yang maju-mundur membuat benang merah yang menghubungkan setiap tokoh sulit dilihat, paling tidak itu menurut ku. 

Kemudian, karena cerita ini disajikan dalam format film, rasanya alur cerita sedikit terburu-buru pada beberapa hal. Hal yang aku maksud adalah pengenalan tokoh-tokohnya. Untuk tokoh Willard Russel, Arvin Russel, dan Lenora Laferty (Eliza Scanlen), mereka sudah diperkenalkan dengan cukup baik dalam film ini. Akan tetapi, tokoh penting lainnya seperti Pendeta Preston Teagardin (Robert Pattinson) dan Sherif Lee Bodecker (Sebastian Stan) digambarkan dengan terlalu singkat. Padahal, tokoh-tokoh lainnya, seperti kedua tokoh tersebut, juga memiliki latar belakang sendiri dan kegilaannya sendiri. Namun demi durasi tayang, kisah mereka diringkas yang sayangnya menjadi terasa nanggung.

 

Kesimpulan

The Devil All the Time adalah film Tom Holland yang cukup menarik. Sang aktor berhasil membuktikan kemampuannya di dunia seni peran melalui perannya sebagai Arvin Russel. Namun, alur ceritanya terasa terlalu padat sehingga membuat ceritanya membingungkan. Alurnya terlalu rumit dan tokohnya terlalu banyak untuk durasi tayang dua jam. Walaupun begitu, film ini memperlihatkan bahwa manusia itu penuh paradoks – orang paling baik dan beriman pun tetap bisa melakukan kejahatan. Dengan caranya, film ini memperlihatkan bahwa seperti apapun cara pandang setiap orang terhadap agama, entah percaya buta atau skeptis, tidak akan membuatnya terlepas dari perbuatan dosa. Skor untuk The Devil All the Time adalah 8/10.

Kalau kalian belum lihat trailer filmnya, silakan cek di bawah ini!

***
Thank you for reading this long. I wish this writing gives you knowledge and insights. If you like this writing, please share it to your friends through your Facebook, Twitter, or any other social media by copying the link in the share button. Please fill the comment below, so I could know what do you think about this topic or you can give me some comments and criticisms. Once again, thank you for reading my blog. See you in the next post! 


Komentar